Indonesia sudah menjadi salah satu negara penyumbang sampah terbesar dunia. Ini terbukti dari warga DKI yang terpaksa menyambut awal tahun baru 2020 dengan banjir yang membuat aktifitas sehari -- hari menjadi terhambat. Hal ini disebabkan oleh penumpukan sampah yang berlebihan.
Jakarta menghasilkan lebih dari 4 ribu ton sampah makanan per harinya yang setara dengan pasokan makan untuk sekitar 11% dari populasi Indonesia.
Sisa makanan atau biasa disebut dengan food waste ini didapatkan dari proses produksi, distribusi, dan perilaku konsumsi manusia. Namun, jarang sekali diketahui bahwa sebagian besar sampah yang dihasilkan ternyata berasal dari makanan.
Inilah beberapa faktor dan perilaku manusia yang menyebabkan food waste:
1. Kemasan Makanan dan Minuman
Dari 10 sampah yang bereserakan, 9 diantaranya merupakan sampah dari kemasan makanan. Bahan yang digunakan untuk membuat kemasan pun menggunakan material yang tidak mudah untuk diurai seperti plastik.
Akibatnya, sampah -- sampah ini hanya ditumpuk di tempat pembuangan atau berserakan di jalan. Hal ini sudah menjadi cerminan manusia dalam perilaku konsumsi mereka yang lebih memilih hal praktis seperti menggunakan sendok atau garpu plastik tanpa memikirkan kebersihan lingkungan.
2. Pasokan Makanan yang Berlebihan
Selain sampah kemasan, makanan yang masih utuh dan layak pun juga menjadi sampah sebelum mereka dapat dikonsumsi. Hal ini terjadi karana pemasokan bahan pangan yang berlebihan; baik itu sayur-sayuran, buah, dan makanan kalengan.
Setiap tahun, para petani membuang setidaknya 10% dari sayuran segar yang mereka hasilkan karena kurang memenuhi syarat ataupun "tidak layak" dijual karena kondisi fisiknya walaupun masih bisa dikonsumsi.
Ditambah dengan makanan kaleng di rak supermarket dan makanan di kulkas rumah, terpaksa harus dibuang karena sudah kadaluarsa.
3. Trend Makanan di Sosial Media
Sosial media pada zaman sekarang sudah sangat berkembang dalam sisi pemakaian dan manfaat, begitu juga dengan dampak yang diberikannya. Faktor yang terakhir ini memang jarang sekali terlintas di pikiran orang -- orang.
Namun dampak dari sosial media dalam segi makanan sangat berpengaruh dalam penyumbangan sampah makanan.
Sudah bukan hal yang baru untuk para pengguna mengunggah foto -- foto makanan mereka di sosial media khususnya Instagram. Banyak juga yang menjadikan hal ini sebagai profesi tetap yang biasa dikenal dengan "Food Blogger".
Tanpa disadari, hal ini sudah merubah pandangan makanan terhadap orang -- orang bahwa makanan bukan lagi sebuah kebutuhan manusia untuk hidup.
Sering sekali mereka membeli makanan hanya untuk sebuah konten Instagram sehingga setelah mendapatkan hasil foto yang indah, makanan tersebut tidak lagi dimakan karena kondisinya yang sudah dingin atau setidaknya tidak dihabiskan.
Perilaku -- perilaku ini sering sekali dianggap remeh orang sehingga timbul banyak kerugian yang perlahan bisa dirasakan masyarakat akibat ketidakpekaan mereka terhadap lingkungan dan dampak yang mereka berikan kepada orang disekitar.
Oleh karena itu, tahun 2020 ini akan lebih baik jika kesadaran pribadi ditingkatkan mulai dari menghargai dan menghabiskan setiap makanan yang dibeli dan buanglah sampah pada tempatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H