Mohon tunggu...
Aditiyo Aditiyo
Aditiyo Aditiyo Mohon Tunggu... -

Konsultan untuk Hidup dan Karir Anda

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bangun Karir Anda Dengan Hati

23 November 2015   11:10 Diperbarui: 23 November 2015   11:10 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditambah dengan pernyataan Prof Dr Ir H Yudi Julius MBA, Rektor Universitas Persada Indonesia YAI, “Dunia pendidikan kita masih disibukkan bongkar pasang kurikulum. Ironisnya, bongkar pasang kurikulum ini masih memiliki paradigma yang sama, yaitu menjadikan mata kuliah sebagai tujuan, belum sebagai alat kecakapan hidup. Hal ini menyebabkan lulusan pendidikan kita cenderung gagap dan kurang mampu bersaing”.

Perencanaan karir menjadi sesuatu yang wajib untuk dilakukan, tidak hanya bagi pengembangan sumber daya manusianya, tapi juga untuk kepentingan kontribusi bagi perusahaan ataupun negara secara maksimal.

Tanggung jawab siapakan ini?

Saat ini memang sudah ada bagian bimbingan karir baik di SMA maupun universitas, tapi pertanyaannya apakah bagian tersebut sudah bekerja dengan maksimal? Secara formal, tentunya harus dimulai dengan peraturan dari kementerian bersangkutan untuk menempatkan perencanaan karir ini sebagai kewajiban.

Merubah paradigma karir untuk mendapat penghasilan menjadi karir untuk passion

Jaman dulu profesi tidak terlalu banyak, kalau ada seorang ibu yang bertanya pada anaknya hampir dipastikan seperti ini “anakku, kalau sudah besar mau jadi apa?”, “dokter, insinyur atau polisi?”

Dulu belum ada namanya digital marketer, twit buzzer, e-commerce specialist atau profesi lainnya yang dulu bahkan dipikirkan saja tidak pernah. Dunia sudah banyak berubah, pemaksaan jodoh seperti cerita Siti Nurbaya sudah hampir tidak pernah terjadi. Begitu pula seharusnya pada pendekatan perencanaan karir. Sebisa mungkin janganlah ada individu yang menjalani karirnya karena “warisan” dari orang lain.

Seperti marketing yang berubah paradigma, dulu fokus pada produk, saat ini fokus pada needs yang bisa sangat berbeda-beda untuk setiap individu. Demikian juga seharusnya pada karir. Karir pilihan seseorang harus berdasarkan pada needs dia untuk pemenuhan passion-nya.

“People say you have to have a lot of passion for what you’re doing and it’s totally true and the reason is, it’s because it’s so hard that if you don’t any rational person will give up”, itulah yang dikatakan Steve Jobs mengenai passion.

Bagaimana seharusnya merencanakan karir? Dimulai dari penelurusan minat dan tujuan pribadi, karena Anda yang akan menjalani hidup dan karir Anda, sudah sepantasnya Andalah yang memutuskan kearah mana Anda akan melangkah. Tidak ada satupun karir yang terbaik bagi semua orang, karena setiap orang memiliki kepribadian, kesenangan dan gairahnya masing-masing.

Sangat penting di tahap awal untuk mengetahui apa yang Anda mau, bukan yang orang kehendaki untuk Anda. Masukkan dari orang lain penting sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan bukan sebagai keputusan itu sendiri.

Menemukan passion bukanlah pekerjaan semalam, kalau Anda bisa melakukan dalam waktu semalam, itu adalah keistimewaan bagi Anda. Satu-satunya cara untuk mencari dan mengetahui apakah yang Anda bayangkan merupakan passion Anda adalah dengan melakukannya. Banyak orang yang menyerah karena telah mencoba dan merasa tidak cocok dan mendarat pada kesimpulan bahwa dia telah melakukan kesalahan dalam melangkah. Mencoba itu tidak salah, justru Anda akan menemukan kebenaran mengenai aktivitas tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun