Mohon tunggu...
Aditiyo Aditiyo
Aditiyo Aditiyo Mohon Tunggu... -

Konsultan untuk Hidup dan Karir Anda

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Fenomena Kutu Loncat Karir

5 November 2015   16:11 Diperbarui: 5 November 2015   16:32 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya ingat sesaat waktu akan lulus dari pendidikan tinggi untuk meraih gelar sarjana, ada seorang dosen yang berkata pada kami semua, “jangan jadi kutu loncat ya, malu-maluin!” Hmm pada saat itu, ada dua pertanyaan saya, kutu loncat itu apa sih dan kenapa malu-maluin? Hehe akhirnya saya tahu, kutu loncat itu ditujukan pada orang-orang yang dalam karirnya sering pindah-pindah pekerjaan, dan malu-maluin karena ya bikin malu almamater 

Yuk kita bahas, sebenarnya bagaimana sih…..

Bagi saya jadi kutu loncat sah-sah saja selama:

Bukan untuk menghindari tantangan.

Kalau tujuan Anda pindah perusahaan karena takut untuk menghadapi tantangan, sebaiknya jangan. Karena mau anda pindah kemanapun, tantangan akan selalu ada. Yang ada kepindahan Anda akan menjadi rutin, hingga suatu saat akan nabrak tembok, gak bisa pindah lagi.

Justru belajarlah untuk menghadapi tantangan yang ada. Mungkin kalau Anda tidak menikmati tantangannya, bisa jadi pekerjaan yang Anda lakukan sekarang bukanlah passion Anda. Nah kalau sudah demikian, sah juga untuk pergi mencari passion Anda sebenarnya.

Untuk selalu berkembang dalam karir.

Perhatikan garis tren peningkatan karir Anda, usahakan maksimal setiap tiga tahun Anda mendapatkan peningkatan karir, dalam definisi tanggung jawab yang diberikan, tim yang semakin besar dengan jabatan yang lebih tinggi.

Apabila dalam tiga tahun Anda tidak mendapatkan peningkatan itu, krusial di tahun kedua Anda mulai melihat-lihat peluang lain yang dapat memberikan Anda dorongan tren karir itu. Kalau memang perusahaan selalu mengapresiasi kinerja Anda yang baik, tidak masalah juga untuk menetap, sepenuhnya keputusan Anda.

Tidak terlalu cepat.

Jangan dibawah dua tahun pindah, kecuali ada penawaran dengan peningkatan tren karir atau ada masalah harga diri Anda yang terinjak-injak. Terus-terusan pindah dibawah periode dua tahun tersebut tanpa alasan yang jelas seperti di atas, akan membuat Anda dipertanyakan. Jaman sekarang banyak sekali penawaran pindah, tapi ingatlah, jangan pernah mau pindah dimana peningkatannya hanya pada gaji pokok. Secara kapasitas harus bisa membawa Anda lebih jauh, jangan terjebak menjadi pemburu emas tanpa tambahan tanggung jawab, itu juga tidak baik bagi rekam jejak Anda.

Kalau memang sudah lama tidak mendapat promosi maupun peningkatan kesejahteraan kenapa tidak pindah? Bagi perusahaan dianggap begitu-begitu saja dan bagi karyawan lebih baik mencari peluang ditempat lain. Sama-sama menguntungkan bagi kedua belah pihak.

 

http://www.careerguideindonesia.com/2015/10/fenomena-kutu-loncat-karir/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun