Mohon tunggu...
Rikardus Prima Mega Bhakti
Rikardus Prima Mega Bhakti Mohon Tunggu... -

Insan yang dibesarkan di desa terpencil selatan Malang. Sekarang menempuh pendidikan bahasa Jepang di Universitas Brawijaya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keadilan Itu?

30 Januari 2010   17:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:10 1222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seorang ibu memberikan kue sama rata kepada anaknya, yang berumur 8 tahun dan berumur 23 tahun. Akan lebih baik jika ibu itu memberikan 2/3 kepada anak pertama dan 1/3nya lagi kepada anak kedua karena ditilik dari porsi konsumsi manusia. Orang yang lebih besar seharusnya menerima besar, dan yang kecil juga menerima yang sepantasnya.

Kasus seperti ini tidak jarang pula terjadi dikalangan "PENGADILAN" yang katanya tempat untuk medapatkan apa yang menjadi hak. Kasus koruptor yang menelan berjuta-juta-juta uang rakyat berdiri tegak menghirup udara segar, menikmati sinar bulan angin malam dan hangat nya sentuhan mentari pagi. sedangkan Seorang gelandangan mencuri ayam untuk dimakan demi keluarganya dihukum 5 bulan penajara. Harus meringkuk di hotel prodeo.

bagaimana dengan masyarakat kecil yang haknya dirampas, sehingga mereka tak pernah menenggak makna keadilan itu sendiri. Mahasiswa sering melakukan aksi, demo, Dan semacamnya demi sebuah keadilan.

Saya sendiri tak pernah bisa berbuat sedikit lebih adil, selalu ada yang merasa dirugikan dan selalu bilang, ini tidak adil seharusnya demikian dan ini datang dari berbagai pihak. Sehingga saya berpikir ternyata susah benar berbuat adil.

Mungkin seorang lelaki dengan sembilan isteri, dia meberikan nafkah yang sesuai porsi dan tingakatnya, sehingga hidup rukun tinggal dalam satu rumah. Ini bisa dikatakan adil ?

Hal yang sangat diharapkan setiap insan ini, sangat mahal. Perlu kerja keras untuk mendapatkan Apa itu Keadilan. Perlu pengorbanan, pertumpahan darah dan tak jarang pula terjadi perang suku atau bahkan perang saudara yang karena menuntut pembagian warisan.

Menurut pemikiran saya sendiri, adil itu sendiri adalah bahwa manusia di dunia menerima bagian apa yang menjadi haknya terlepas itu berat/ besarnya sama atau tidak, karena sangat tidak adil jika pada contoh nomer satu anak pertama dan kedua medapat porsi yang sama. Keadilan itu akan lebih terasa maknanya ketika ditilik dari aspek obyektif bukan subyektif( demikian pernyataan salah seorang teman saya). Dan di dunia ini tak ada seorangpun yang bisa dan mampu berbuat adil. Baik itu seorang guru yang bijaksana, bos yang baik ataupun seorang ibu sekalipun.

Hanya Tuhan sang pemberi adil sejati. Hanya Tuhan,

Pengadilan akhir jaman nanti, tahukah saudara bahwa kita semua akan diadili oleh sang peng-adil sejati karena ada pengadilan yang sangat adil diakhir jaman nanti. Tuhan lah pengadil dri semua itu. Tuhan yang menilai semua karya perbuatan manusia entah itu baik atau buruk.

Oleh karena itu mari kita berbuat sesuatu yang agak adil dalam bertindak...ini lebih baik daripada tidak sama sekali... Dan mungkin Tuhan bisa tersenyum untuk kita ...

Semoga kita bisa. Amin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun