Mohon tunggu...
Caravella Zahra
Caravella Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Yogyakarta

Hi! Please be nice >.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan di Bawah Langit Biru

28 Mei 2024   23:32 Diperbarui: 28 Mei 2024   23:36 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentari pagi baru saja menampakkan sinarnya ketika Sinta melangkahkan kakinya ke dermaga kecil di ujung desa. Hari itu, ia memutuskan untuk mengunjungi pantai yang selalu menjadi tempat favoritnya untuk merenung. Angin laut yang sejuk menyambutnya, membawa aroma asin yang menenangkan. Sinta menyukai pagi di tepi laut; ada ketenangan yang tidak bisa ia temukan di tempat lain.

Sinta berjalan pelan-pelan, membiarkan butiran pasir halus menyusup di antara jari-jari kakinya. Di kejauhan, ia melihat sekelompok anak-anak bermain layang-layang, tertawa riang di bawah langit biru yang cerah. Suara ombak yang berdebur lembut dan burung camar yang terbang rendah menambah harmoni alam yang sempurna pagi itu.

Ia menuju ke tempat favoritnya, sebuah batu besar yang terletak di tepi pantai. Batu itu telah menjadi saksi bisu dari banyak momen penting dalam hidupnya. Duduk di atasnya, Sinta memandang ke arah laut yang membentang luas. Ia selalu merasa bahwa laut menyimpan sejuta rahasia dan cerita, sama seperti dirinya.

Pikirannya melayang pada masa lalu, pada kenangan bersama Bayu, kekasih yang pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Bayu adalah seorang pelaut, dan mereka sering menghabiskan waktu di pantai ini, berbagi mimpi dan cerita tentang masa depan. Sinta selalu terpesona dengan cerita-cerita Bayu tentang laut dan petualangan yang dialaminya. Sejak saat itu, laut menjadi bagian tak terpisahkan dari kenangan mereka.

Namun, satu tahun yang lalu, Bayu pergi melaut dan tidak pernah kembali. Perahu yang digunakannya ditemukan terdampar, tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Bayu. Kehilangan tersebut meninggalkan luka mendalam di hati Sinta, dan sejak saat itu, ia sering datang ke pantai ini untuk merasakan kehadiran Bayu yang seakan masih ada di sekitarnya.

Hari ini, Sinta membawa sebuah buku catatan kecil. Ia menuliskan segala sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan. Menulis adalah cara Sinta untuk menyembuhkan luka hatinya. Di halaman pertama, ia menulis:

"Laut selalu mengingatkanku pada Bayu. Di sini, aku merasa dekat dengannya, meski ia sudah tidak ada. Setiap ombak yang datang seakan membawa pesan darinya, pesan tentang keberanian, cinta, dan kehidupan yang terus berjalan."

Sinta tersenyum samar sambil menatap laut. Ia ingat kata-kata terakhir Bayu sebelum pergi melaut waktu itu, "Sinta, hidup ini seperti laut. Kadang tenang, kadang berombak. Tapi, apapun yang terjadi, kita harus tetap berlayar."

Pagi berganti siang, dan pantai mulai ramai oleh pengunjung yang datang untuk menikmati keindahan alam. Sinta melihat pasangan muda yang berjalan bergandengan tangan, keluarga yang duduk di tikar sambil menikmati bekal, dan sekelompok remaja yang bermain voli pantai. Kehidupan terus berjalan, pikirnya, seperti nasihat Bayu.

Tiba-tiba, sebuah layang-layang jatuh tepat di dekat batu tempat Sinta duduk. Seorang anak kecil berlari mendekat untuk mengambilnya. Anak itu tersenyum malu-malu pada Sinta sebelum akhirnya berlari kembali ke teman-temannya. Senyuman anak itu membuat hati Sinta hangat. Ia merasa ada harapan dan kebahagiaan yang menantinya di masa depan.

Saat matahari mulai terbenam, Sinta bangkit dari duduknya. Ia memandang ke arah matahari yang perlahan tenggelam di cakrawala, menciptakan gradasi warna yang indah di langit. Dengan perasaan yang lebih tenang dan hati yang lebih ringan, Sinta berjalan meninggalkan pantai, membawa kenangan indah hari itu bersamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun