Kebudayaan, tradisi dan mungkin bisa juga disebut kebiasaan. merupakan satu hal yang terlihat umum dan wajar jika menerapkan sesuai tempatnya. Misalnya ketika kita makan di warung nasi pinggiran atau restoran terkenal di Indonesia. Saat selesai menyantap makanan yang kita pesan, sebagian besar dari kita akan meninggalkan piring dan peralatan bekas makan tadi. Pemandangan seperti ini memang umum dilihat di Indonesia.
Namun ketika kita sedang melakukan kunjungan ke negara lain. Hal yang menjadi kebiasaan kita di Indonesia belum tentu sama juga.
Sebuah pengalaman yang pernah diceritakan oleh teman saya ketika berkunjung ke negara lain. Ketika mereka selesai makan dan meninggalkan piring dan peralatan yang digunakan, dalam beberapa langkah saat akan meninggalkan tempat makan tersebut, dirinya dipanggil oleh penjualnya.
Entah bagaimana caranya penjaga tersebut memanggil teman saya yang habis selesai makan tersebut, namun pada intinya, penjual menerangkan kepada teman ini, bahwa dia harus meletakkan kembali piring dan sejumlah peralatan yang digunakan di tempat yang sudah ditentukan.
Malu... mungkin ada sedikit, karena pusat makanan seperti ini biasanya selalu padat dengan warga lokal dan mungkin ada juga wisatawan yang sedang makan.
Bagaimana cara kita memahami budaya suatu negara lain
Ada trik sederhana yang bisa kita gunakan untuk mengetahui kebiasaan atau tradisi di negara lain yang kita kunjungi.
Ketika sedang berpergian, makan di suatu tempat ataupun ingin melakukan suatu aktivitas, biasanya untuk menunggu dan memperhatikan dari warga lokal. Dengan memperhatikan kebiasaan warga lokal, kita akan mudah mengetahui dengan cepat, seperti akan seharusnya bertingkah laku.
Sama saat kita yang sedang berlibur di suatu negara yang sedang musim salju atau keadaan suhu sedang dingin. Sebaiknya tidak sembarangan untuk merokok, apalagi jika berada di dalam hotel atau suatu tempat tertutup.
Seandainya kita ingin merokok, biasanya tempat untuk merokok disediakan untuk umum. Namun perlu mencari titik kumpulnya dengan memperhatikan dari masyarakat yang melakukannya. Jika tidak ada masyarakat sedang melakukannya, sebaiknya kita bertanya kepada pihak hotel, supaya lebih tahu.
Jika nekat dan bersikap masa bodoh di negara orang lain, kemungkinan besar kita akan dikenakan denda dalam mata uang negara bersangkutan.
Demikian juga ketika kita berbelanja di supermarket, pada tempat tertentu di negara lain. Terkadang kita sendiri untuk melayani belanjaan, bukan dibantu dengan kasir atau petugas yang umumnya kita ketahui.
Sama hal dengan makan di negara lain. Ada beberapa tempat makan yang menggunakan konsep self service, dimana pembeli melayani dirinya sendiri.
Self service berarti kita melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa dilayani. Mulai dari memesan makanan, ambil menu dan apa yang akan dimakan, dan yang terakhir ketika selesai makan, kita harus membereskan bekas peralatan makan yang kita pakai.
Jadi, ketika teman bercerita saat dirinya melambai-lambai tangan kepada penjual dengan tujuan untuk dilayani. Kejadian lucunya, penjual tersebut kembali melambaikan tangannya. Jadi saling lambai-lambai dong dan tidak ada salah satu orang yang menghampiri. Untungnya, teman menyadari, bahwa maksud dari lambai tangan tersebut, ternyata mengharuskan dia yang datang.
Celakanya, saat selesai makan selesai, teman kembali lupa dan meninggalkan sisa peralatan makanan yang sudah digunakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H