Berita desakan mundur yang dilakukan oleh pendiri sekaligus pengagas Partai Amanat Nasional (PAN) belum lama ini, memang sangat menarik bagi masyarakat yang gemar membaca tulisan berbau-bau politik.
Desakan permintaan pengunduran diri yang disampaikan oleh kelima pendiri PAN yang sudah beredar di media berita nasional tersebut, dianggap oleh sebagian tokoh, pengamat dan juga masyarakat sebagai bentuk ketidaksolidnya PAN dengan Amien Rais.
Memasuki tahun politik 2019 yang sebentar lagi akan datang. Bagi kubu Prabowo, berita seperti ini jelas bukan suatu kabar yang bisa memberikan keuntungan untuk elektabilitas calon presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Efek yang jelas bisa menjadi pengaruh secara tidak langsung dari kegaduhan yang berlangsung tersebut akan memberi pengaruh yang bisa dikatakan dalam skala kecil atau besar, tergantung sikap masyarakat memberikan penilaiannya.
Kubu Prabowo melalui Koordinator Juru Bicara Pemenangan Nasional (BPN) Dahnil Anzar Simanjuntak, akhirnya perlu melakukan pembatasan isu yang berkembang dalam masyarakat. Dahnil saat menghadiri acara Sapa Indonesia Pagi yang ditayangkan oleh media televisi Kompas TV, memberikan tanggapannya terhadap desakan pendiri partai PAN yang menginginkan Amien Rais mundur dari PAN.
Dahnil menjelaskan sekaligus untuk membantah jika kemunculan desakan terhadap Amien Rais akan memberi pengaruh kepada Timses BPN. Dirinya menilai, hal tersebut merupakan hal yang sepele dan dianggap serangan yang biasa saja.
Dalam tanggapan yang disampaikan Dahnil, malah dirinya menduga hal tersebut dilakukan oleh pendukung Pak Jokowi.
"Kami kira mereka itu 'die hard'-nya (pendukung garis keras) Pak Jokowi. Kami sih melihatnya sederhana saja, mereka sedang melaksanakan tugasnya sebagai pendukung pendukung Pak Jokowi. Kami menghormati saja tugas beliau untuk menegasikan pihak lain," tambah Dahnil.
Penutup
Masuk tahun politik 2019 dalam mencari calon presiden, wakil presiden sekaligus pemilihan calon legislatif. Apa yang dikatakan Timses KBN Dahnil memang menarik untuk disikapi lebih dewasa.
Dalam pemilihan Capres dan Cawapres yang hanya ada pilihan Jokowi-Ma'ruf Amin atau Prabowo-Sandiaga, rasanya sangat disayangkan jika setiap kegaduhan yang muncul dalam internal selalu dihubung-hubungkan dengan pihak luar.
Mungkin saja Dahnil memiliki dugaan bahwa kelima pendiri dan pengagas berdirinya PAN seperti yang dipikirkannya. Namun sikap untuk intropeksi secara internal, saya kira perlu juga untuk dicermati sebagai bahan intropeksi diri. Yakni menilai dari sudut pandang netral tanpa memandang dari kubu-kubuan. Menurut saya, setiap partai politik dari kubu pendukung manapun, masa depan partai itu sendiri jelas perlu jadi perhatian kader dan pengurus wilayah masing-masing. Rasanya tidak elok jika salah fokus dalam tahun politik nanti, hasil yang didapat dalam pemilihan umum ternyata memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap partai masing-masing kubu.
Salah satu hal yang saya kira juga perlu menjadi perhatian penting bagi politikus, Timses dan pendukung masing-masing-masing pihak. Masyarakat Indonesia tidak hanya disuguhi sesuatu yang bersifat tampak di permukaan saja. Pendidikan politik yang benar dalam menyikapi segala sesuatu dalam kompetisi pemilihan umum, perlu juga dapat mencerdaskan warga negaranya. Sehingga kita tidak kehilangan generasi selanjutnya untuk pemilihan umum berikutnya dengan menggunakan pola pendidikan yang salah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI