Mohon tunggu...
Hewan Peliharaan (ACS)
Hewan Peliharaan (ACS) Mohon Tunggu... Full Time Blogger - ojol

Tukang ojek online dan penulis recehan https://hewandankita.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Saham Freeport Indonesia, Gejolak Papua dan Kemarahan Pemerintah Amerika

23 Desember 2018   07:18 Diperbarui: 23 Desember 2018   07:29 2383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keberanian Presiden Joko Widodo untuk mengambil-alih saham Freeport Indonesia bukan langkah yang mudah dilakukan. Beralih saham pemerintah Amerika Serikat (AS) ke Indonesia tersebut, sebenarnya memicu reaksi kekecewaan dan kemarahan AS terhadap Jokowi.

Dilansir Banjarmasinpost.co.id (22/12/2018). PT Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.. PT Freeport Indonesia menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas, dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi Tembagapura,

Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, Indonesia. Freeport Indonesia memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia.

Guru Besar Falkutas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengungkapkan, tentang keberanian Jokowi terhadap pengambilalihan kepemilikan saham Freeport Indonesia bukan tindakan mudah, Rhenald menerangkan, hal ini sudah pernah dicoba pemimpin sebelumnya namun tidak membuahkan hasil akibat tidak ada ketegasan sikap untuk Freeport Indonesia.

Rhenald menjelaskan ketika Jokowi mengeksekusi rencana saham Freeport. Sejak itu pemerintah pusat terus digoyang dan bahkan AS sempat mengirim pasukan merapat ke Australia. Renald memaklumi aksi yang dilakukan pemerintah AS merupakan bentuk psy war dalam mengawali kepentingannya.

Sementara itu di Papua, gejolak yang makin meningkat dengan peristiwa penembakan warga sipil di propinsi tersebut mulai sering terjadi setelah negosiasi peralihan saham mencapai kesepakatan antara kedua belah pihak.

Guru Besar Falkutas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali juga mengatakan, bahwa PT Freeport Indonesia bukan milik Indonesia, sebab perusahaan tersebut dibawa oleh asing ke tanah Indonesia untuk mengelola sumber daya berbentuk kekayaan alam. Sehingga, menurut Rhenald jika pemerintah Indonesia ingin mengambil alih secara paksa, maka kemungkinan besar aset miliknya akan dibawa keluar.

Penjelasan Rhenald lebih lengkap terkait alih teknologi dan peralatan untuk mengelola sumber daya tembaga, emas dan perak, karena pihak kita masih menggunakan cara konvensional. Sehingga harus membayar kompensasi.

Penutup

Sebelumnya kabar tentang rencana pemerintah Indonesia di era Jokowi yang akan mengeksekusi saham PT Freeport Indonesia, membuat pemerintah dapat menggunakan langkah yang tepat untuk membiayai pengambilalihan saham tersebut.

" Kebutuhan untuk membeli 51 persen saham Freeport Indonesia butuh dana yang besar dalam mata uang dollar AS, yakni sebesar 3,85 miliar dollar AS atau setara Rp 55,44 triliun. Kita tidak mau cadangan dollar kita tergerus lagi. Nilai rupiah bisa tertekan lagi kalau diambil dari lokal.

Karena kini kita berhasil memiliki sahamnya sebesar 51,2 persen, bisa dikatakan dalam setahun Indonesia bisa menikmati 1 miliar dollar AS lebih. Itu duit gede," kata Rhenald dalam keterangan tertulis, Sabtu (22/12/2018).

Dengan demikian, hanya dalam waktu empat tahun, global bond selesai dan setelahnya Indonesia bisa menikmati hasil melimpah selama 50 tahun ke depan. Sebab, jumlah surat utangnya hanya sekitar 4 miliar dollar AS sebagai kompensasi yang dibayarkan ke PTFI.

Melihat keberanian langkah Jokowi melakukan tindakan menambah pemasukan negara Indonesia dan mendapat respon yang kurang menyenangkan dari negara lain,  justru sebagian masyarakat Indonesia meragukan kinerja Joko Widodo bekerja untuk negeri.

Sebagai warganegara Indonesia, sepatutnya kita perlu memberi dukungan kepada pemerintah untuk mengoptimalkan sumber-sumber daya yang sering terabaikan dan memiliki potensi besar.

Sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun