untukmu pagi
Menikmati sinar matahari yang ramah menyapa dari balik jendela.Tersenyum. Menatap hari dengan segala ceritanya.Secangkir kopi dan sekumpulan berita tersaji di depan mata. Apa yang akan terjadi dengan hidup hari ini??
Terdiam, menikmati setiap tegukan kopi yang mengalir di tenggorokan. Ada harapan dan doa untuk cerita hidup hari ini. Enyahlah segala ketakutan. Izinkan diriku berfikir untuk saat ini saja.Yang kuinginkan hanyalah kewajaran bukan pada apa yang indah-indah
Hari ini...pagiku berlalu. bergerak lebih cepat dari yang aku inginkan. Inginku berdiam lama menikmati pagi, tapi dunia memanggil namaku berkali-kali. Mengajakku mengarungi cerita siang hari dengan sebuah rencana yang tergambar pada selembar kertas.
untukmu siang
bergerak mengejar sang waktu. Meskipun waktu akan selalu menang dan tidak pernah kalah. Segenap energi silih berganti menggerakkan sendi-sendi tubuh. berjalan..berlari, berjalan dan berlari lagi. silih berganti ampai akhirnya lelah menyelimuti jiwa dan raga ini.
Menjadi manusia siang yang ingin membuktikan eksistensinya. Menantang dunia dan berkata: Aku mampu melakukannya. Terus bergerak dengan hari-hari yang berenergi. Ada semangat yang bergelora. Dunia sepertinya bersahabat kala itu.
Kembali kuberjalan dengan hentakan lemah. Terduduk di bangku-bangku kosong.Energiku raib ditelan waktu. Siang akan berlalu dan aku masih harus berjalan. Menghabiskan setiap detik yang tersisa. waktu menjadi harta yang begitu berharga. Tertinggal sepersekian detik berarti suatu kekalahan. Tidak ada terlihat wajah tersenyum, tidak ada kata sapa dari bibir. Melaju dan terus melaju kencang.Inikah hidup??
Senja menyapa dan siang pun memberi tempat kepada sang malam.
untukmu malam
Sendi-sendi serasa lepas dan tidak menemukan energinya. berlalu sejalan dengan masa dan lunglai di tengah tapal batas kesadaran. Padamu, aku menceritakan hari pagi dan hari siangku.
Merenungi setiap pilihan-pilihan hati. Akankah menemukan muara yang tepat? Ketika getaran hati menemukan porosnya kesanalah hati akan berlabuh.
Hari ini, setiap momen terlukis dengan lagu sunyi berirama sepi. Lukislah setiap masa dan jangan pernah menuliskannya. Lukisan akan selalu nampak indah sampai kapan pun akhirnya.
Malam ini, aku tersungkur..terisak pelan. Mengamini setiap keindahan pagi, gelora siang dan kesunyian senja. Alam menciptakan isyaratnya sendiri, meminta manusia untuk membacanya. beginilah waktu akan berjalan selanjutnya.
Ketika malam akan segera digantikan pagi, jalinan doa dan harapan kulepaskan. saatnya mengembalikan energi dan mengumpulkan kekuatan pada setiap inci tubuh ini.
Apa lagi yang ingin kusampaikan kepada malam? Hanyalah suatu cerita biasa yang hadir di waktu-waktu yang ajaib.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H