Banyak kekhawatiran yang muncul dalam benak orang tua maupun anggota keluarga ketika melihat anak-anak yang masih berusia dini (0-6 tahun) di rumah mereka telah kecanduan gadget dan internet. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini kita berada di era digitalisasi, dimana teknologi dan internet telah menjadi bagian yang tak terlepaskan dari kehidupan kita sehari-hari. Tak terkecuali anak-anak usia dini disekitar kita.
Saat berjalan dilingkungan tempat tinggal saat akhir pekan, tak jarang saya menemukan pemandangan dimana anak-anak yang usianya kisaran 6 tahun bahkan dibawahnya sedang disibukkan dengan gadget dan internet mereka. Beberapa dari mereka sedang berkumpul dengan teman sebayanya atau bahkan anak yang usianya diatas mereka untuk bermain game bersama-sama, yang mana saat ini sering disebut dengan 'mabar' (Main Bareng). Ada juga anak-anak lain yang usianya sekitar 2- 4 tahun sedang duduk tenang sambil memusatkan pandangannya pada video dari aplikasi merah yang dikenal sebagai youtube, dimana mereka sedang menunggu suapan-suapan makanan yang diberikan oleh ibunya. Tak sedikit anak-anak usia 5-6 tahun yang tidak sengaja saya jumpai sedang berkumpul untuk sekedar mengghafalkan 'dance' dan lagu terbaru dari aplikasi TikTok. Jika menelisik 20 tahun silam, mungkin kita tidak akan menemui hal seperti ini. 20 tahun lalu yang dilakukan anak-anak seusia mereka mungkin sedang bermain 'petak umpet', bermain masak-masakan atau sekedar bermain pasir dan batu karena memang pada saat itu gadget dan internet bukan menjadi hal yang lumrah.
Menurut data yang didapatkan dari BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2022, sebanyak 33,44% anak usia dini yang berusia 0-6 tahun di Indonesia mampu menggunakan gadget dan 24,96% anak usia dini di Indonesia mampu mengakses internet. Hal ini bukan sesuatu yang mustahil terjadi jika melihat saat ini merupakan era digitalisasi yang serba teknologi dan internet. Bahkan saat ini tidak jarang terdapat pola asuh yang menjadikan gadget sebagai obat penenang ketika anak rewel.
Tidak ada yang salah memperkenalkan gadget dan internet kepada anak usia dini, karena juga terdapat manfaat dan sisi positif darinya. Diantaranya:
- Melatih kemampuan motorik yang melibatkan otot-otot kecil seperti gerakan jari, pergelangan tangan. Ketika bermain gadget dan internet, jari-jari anak terlatih untuk bergerak secara lincah.
- Melatih kreativitas dan kognitif (kemampuan berfikir dan mengolah informasi) anak. Karena lumayan banyak video edukatif dan menarik serta berwarna warni dan bergerak, yang mana anak-anak cenderung menyukainya.
- Sebagai sarana hiburan bagi anak karena fitur dan aplikasi pada gadget menarik dan cenderung disukai oleh anak-anak.
- Permainan dan game yang terdapat pada gadget dapat merangsang dan menumbuhkan kemampuan berkompetisi anak.
Akan tetapi dibalik itu dibalik manfaat tersebut, tentunya kita juga harus menimbang dan mempertimbangkan dampak negatif dari penggunaan gadget dan internet pada anak bukan? Berikut merupakan dampak negatif penggunaan gadget dan internet pada anak usia dini:
- Menghambat perkembangan anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Anak usia dini yang banyak melakukan screen time cenderung kurang melakukan komunikasi dengan orang disekitarnya, walaupun kosa kata yang didapatkan dari menonton video cukup banyak anak tersebut tidak terbiasa untuk berkomunikasi di dunia nyata dan kurangnya kemampuan mengekspresikan diri dalam bersosialisasi.
- Pada usia dini sekaligus merupakan masa golden age dimana anak-anak seharusnya banyak melakukan eksplorasi pada lingkungan sekitarnya terlebih lingkungan alam. Jika anak-anak di usia dini telah terikat dan terbiasa dengan melakukan screen time gadget dan internet yang tak terkendali maka anak tersebut akan kehilangan kesempatannya untuk melakukan eksplorasi dan cenderung mengalami kesulitan belajar.
- Anak mengalami gangguan pemusatan dan cenderung sulit dalam mengendalikan emosinya. Ketika anak kecanduan dengan gadget dan internetnya, ia akan terus-menerus ketagihan untuk bermain dengan gadget dan internet. Dan efek yang ditimbulkan dapat berupa anak kesulitan fokus, mudah gelisah, bahkan tantrum jika tidak diberikan gadget.
- Yang terpenting adalah anak merupakan peniru yang ulung, apalagi pada usia dini anak-anak cenderung menirukan apa yang ia lihat dan dengar. Ketika anak menggunakan gadget dan internet tanpa pengawasan yang benar dari orang dewasa disekitarnya, anak tersebut berpotensi melihat atau menonton apa yang tidak seharusnya ditonton oleh anak seusianya. Ketika hal tersebut terjadi, akan banyak hal negatif yang diserap oleh anak tersebut dan dapat berakibat pada karakter anak tersebut.
Setelah membahas mengenai dampak positif dan negatif dari penggunaan gadget dan internet pada anak usia dini (0-6 tahun), kita dapat mengambil beberapa kesimpulan. Yang pertama, walaupun dampak positif dan negatif dari penggunaan gadget dan internet pada anak usia dini dibahas secara adil dalam 4 poin yang telah dijabarkan tersebut, pada dasarnya belum seharusnya anak usia dini menggunakan gadget dan internet secara berlebihan tanpa pengawasan yang benar dari orang dewasa disekitarnya. Selanjutnya, dapat kita simpulkan jika dampak positif diatas tidak hanya didapatkan dari penggunaan gadget dan internet saja akan tetapi terdapat alternatif lain yang tentunya juga dapat meminimalisir dari dampak negatif yang diberikan oleh penggunaan gadget dan internet berlebihan pada anak usia dini. Misalnya untuk meningkatkan kreativitas dan kemampuan kognitif anak usia dini, dapat menggunakan buku-buku berwarna, lego, puzzle, dan permainan lain yang cocok untuk anak-anak usia tersebut.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh orang tua atau seorang kakak ketika melihat anak usia dini dirumahnya telah kecanduan dengan gadget dan internet? Apakah serta merta menghilangkan gadget dan internet dari kehidupan anak? Atau melakukannya secara perlahan dengan memberikan pengertian kepada anak?
Pada artikel kali ini, akan dibahas bagaimana cara mengatasi kecanduan gadget dan internet pada anak usia dini (0-6 tahun) menggunakan cara terbaik yang mudah diterapkan oleh orang tua dan mudah diterima oleh anak. Ketika seorang anak telah ketagihan dengan gadget dan internet, maka anak tersebut cenderung ingin terus-menerus bermain dengan gadget dan internet bahkan akan marah dan gelisah jika kemauannya tersebut tidak dituruti. Maka dari itu sebagai orang dewasa baik, orang tua atau sebagai seorang kakak harus memberikan pengertian kepada anak tersebut dengan baik dan lembut serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Selain itu juga diperlukan untuk membuat kesepakatan dengan anak terkait ketentuan yang harus dipatuhi dalam penggunaan gadget dan internet, serta membuat jadwal terkait penggunaannya.
Membuat anak menjadi ketagihan dengan gadget dan internet tentunya bukan dari satu kali penggunaan gadget dan internet saja, akan tetapi dari beberapa kali penggunaan hingga anak merasa senang dan ingin terus-menerus bermain dengan gadget dan internet. Begitu juga dalam membiasakan anak terlepas dari kecanduan gadget dan internet dibutuhkan waktu dan trik-trik tertentu yang dapat membuat anak dapat menerima momen serta situasi (terlepas dari gadget dan internet) dengan baik. Walaupun telah diberikan pengertian dan membuat kesepakatan terkait penggunaan gadget dan internet, belum tentu hal tersebut dapat berjalan efektif dengan mudah.
Dalam dunia konseling, kita mengenal pendekatan behavioristik dimana pada pendekatan ini akan terfokus pada bagaimana cara melakukan pengubahan tingkat laku seseorang. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecanduan gadget dan internet pada  usia dini menggunakan pendekatan behavioristik. Maka dari itu langsung saja kita bahas cara atau trik yang dapat diterapkan untuk membantu anak terlepas dari kecanduan dengan gadget dan internet serta dapat memahami dan mematuhi kesepakatan yang telah dibuat:
1. Memberikan reward.
Ketika anak berhasil mematuhi ketentuan yang telah disepakati bersama, maka anak berhak mendapatkan reward berupa pujian dan hadiah. Hadiah tidak selamanya harus berbentuk barang baru atau berupa materi, tetapi bisa dengan membuatkan makanan kesukaan atau melakukan quality time bersama anak dengan berjalan-jalan dan melakukan kegiatan diluar ruangan bersama. Dengan diberikan reward anak akan cenderung mempertahankan kepatuhannya terhadap kesepakatan yang telah ditetapkan.
2. Memberikan punishment.
Ketika anak melanggar kesepakatan yang telah dibuat, maka anak diberikan punishment atau hukuman. Perlu digaris bawahi bahwa pemberian hukuman tidak boleh berupa hukuman yang dapat menyakiti anak. Akan tetapi hukuman yang diberikan harus mendidik dan dapat membuat anak melakukan instrospeksi diri bukan menimbulkan trauma. Misalnya memberikan hukuman berupa time out, menghapus jadwal menggunakan gadget dan internet selama 2 hari kedepan, dll.
Dalam memberikan reward dan punishment, dapat dilakukan dengan menggunakan variasi atau modifikasi yang tentunya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dari anak dan orang tua serta lingkungan sekitarnya.
Memperkenalkan gadget dan internet kepada anak diusia dini (0-6 tahun) bukanlah hal yang salah, akan tetapi pada usia tersebut tidak seharusnya seorang anak menggunakan gadget dan internet secara berlebihan bahkan sampai kecanduan. Belum lagi dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan gadget serta internet tentunya membuat orang dewasa khawatir tentang apa saja yang diakses oleh anak? Bagiamana tontonan anak mempengaruhi karakter dan perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari? Oleh karena itu dibutuhkan penanganan untuk mengatasi kecanduan anak usia dini terhadap gadget dan internet. Beberapa cara yang dapat digunakan adalah dengan memberikan pengertian kepada anak dan membuat kesepakatan dengan mereka terkait penggunaan gadget dan internet. Lalu apakah anak akan serta merta mematuhi ketentuan penggunaan gadget dan internet dengan mudah? Tentu saja dalam penerapan tidak akan semudah itu, dalam mengatasi anak yang telah ketagihan dengan gadget dan internet diperlukan penguatan-penguatan yang dapat membuat anak tidak memberontak dan tertekan dengan kesepakatan yang telah dibuat. Beberapa trik yang dapat digunakan adalah dengan memberikan reward dan punishment seperti yang telah dipaparkan diatas.
"A person who has been punished is not thereby simply less inclined to behave in a given way; at best, he learns how to avoid punishment." - B.F Skinner, Beyond Freedom and Dignity
Daftar Rujukan:
Annisa, N., Padilah, N., Rulita, R., & Yuniar, R. (2022). Dampak Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Indonesia, 3(09), 837–849.
Arinalhaq, R., & Eliza, D. (2022). Dampak Pemberian Reward and Punishment Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 6(1).
Badan Pusat Statistik. (2022). Profil Anak Usia Dini 2022. www.flaticon.com
Rahayu, N. S., Elan, E., & Mulyadi, S. (2021). Analisis penggunaan gadget pada anak usia dini. Jurnal PAUD Agapedia, 5(2), 202–210.
Ramania, I., & Wardhani, J. D. (2023). Implementasi Metode Reward dan Punishment dalam Memperkuat Kematangan Emosional Anak Usia Dini. Murhum: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 400–415.
Utami, T. D., & Wardhani, J. D. (2023). Analisis Kondisi Lingkungan Keluarga terhadap Penerapan Metode Punishment pada Anak Usia Dini. Murhum: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 579–589.
Yumarni, V., & Ma’arif Jambi, S. (2022). PENGARUH GADGET TERHADAP ANAK USIA DINI (Vol. 8). www.kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H