Apakah kebahagiaan dengan memiliki harta banyak? Apakah kebahagiaan ketika mendapatkan pacar/istri cantik? Apakah kebahagiaan ketika mendapatkan naik jabatan? Apakah arti kebahagiaan? Lebih memilih mengejar kebahagiaan atau membiarkan kebahagiaan itu datang?
Halo kawan-kawan, selamat datang dalam blog saya CaptainRafel. Di dalam blog ini saya akan membahas hal-hal yang dicari oleh seluruh manusia dibumi.Â
Kebahagiaan. "Mas saya kok engga bahagia-bahagia ya?"."Min, ku udah punya segalanya tapi ku tetap tidak bahagia?". Oke mimin akan memberi tahu mu kebahagiaan sejati yang tidak akan pernah lenyap oleh zaman. Kali ini mimin akan menggunakan Filosofi Stoikisme.Â
Sebuah filosofi yang sangat amat relate dengan zaman sekarang yang penuh dengan segala kehedonan, ketamakan, keegoisan, dan hal-hal menyebalkan lainnya. Filosofinya tidak berat-berat amat dan tidak bertentangan dengan agama apapun. Silahkan menikmati ya teman-teman
Kebahagiaan menurut Stoikisme itu berasal dari dalam diri kamu dan bukan berasal dari luar diri kamu. Jadi kamu tidak terpengaruh dengan hal-hal duniawi seperti kekayaan, harta, tahta, atau apapun karena hal-hal itu adalah kebahagiaan yang berasal dari luar.Â
Kebahagiaan yang berasal dari diri kamu adalah melalui pikiran mu yang mau menerima dan menghargai sekecilpun apa yang ada. Kamu juga bisa bahagia ketika kamu tidak menerima atau tidak ada emosi negatif di dalam diri kamu. Jadi kalau kamu hari ini tidak marah, egois, tamak, hari itu tidak ada yang spesial atau yang Wow maka hari itu kamu sudah bahagia.
Jadi, kamu tahu kan kenapa ada orang kaya yang hartanya sudah berjibun, rumahnya sudah puluhan tingkat, mobilnya sudah mobil eropa yang sampai miliaran tapi dia tidak bahagia. Itu kenapa?Â
Betul. Karena dia mengejar kebahagiaan yang berasal dari luar dirinya. Dia ingin lebih-lebih dan lebih untuk meraih kebahagiaan material. Dia tidak akan pernah bahagia karena dia akan terus mengejar kebahagiaannya tersebut yang tentu saja dari luar dirinya.
Bagaimana dengan orang-orang yang kerjaannya tidak menghasilkan pendapatan yang banyak? Seperti tukang kayu, pemijat badan, tukang servis, penjual telur gulung di tk-tk atau bakan guru honorer yang gajinya terkadang dibawah UMR. Apakah mereka bisa bahagia? Bisa dong.Â
Asalkan saja kebahagiaan menurut pekerja ini bukan dari pendapatan atau berapa harta yang ia miliki atau peroleh melainkan dari kesukaan dan manfaatnya bagi banyak orang.Â
Saya ambil contoh adalah Guru honorer, Jika guru honorer memiliki prinsip untuk mengejar harta untuk mencapai kebahagiaan maka guru honorer tersebut tidak akan pernah bahagia, karena kebahagiaan yang ia peroleh berasal dari dunia material yang diluar kendalinya.
Sementara jika guru honorer memegang prinsip kebahagiaan jika dia berhasil mencerdaskan, mendidik, dan mentransfer ilmu yang ia miliki kepada siswa-siswi nya maka dia akan selamanya bahagia. Kenapa? Karena pekerjaannya yang adalah seorang guru yang selalu atau bahkan setiap hari mendidik anak muridnya sehingga guru tersebut akan selalu bahagia di setiap harinya, karena yang ia kejar bukanlah yang berasal dari luar melainkan yang berasal dari dalam dirinya.
Apakah ini berarti stoikisme mengajarkan kita untuk tidak terlalu bersemangat dalam bekerja dan mencari nafkah/uang? Tidak. Stoikisme tidak mengatakan begitu. Stoikisme hanya mengajarkan untuk tidak menginginkan hal hal yang berasal dari luar diri kita seperti Kekayaan, popularitas, kesehatan, keadaan alam, bahkan umur.Â
Tapi stoikisme ingin mengajarkan kepada kita bahwa kita bisa loh bahagia tanpa mengejar itu semua, kita bisa bahagia ketika kita memiliki passion di dalam pekerjaan atau kuliah kita, kita bisa bahagia ketika hari itu tidak ada emosi negatif, kita bisa bahagia ketika kamu belajar hal-hal baru hari itu, dan hal-hal lainnya yang berasal dari dalam diri kamu dan tidak akan pernah hilang dari diri kamu.
"Seluruh dunia akan menawarimu kebahagiaan material yang menggiurkan namun, kamu bisa bahagia atas pikiran mu sendiri"
Itu saja dari apa yang dapat saya sampaikan, saya harap apa yang saya tulis di dalam blog ini dapat mengubah cara pikir kamu mengenai kebahagiaan. Sebab kita semua bisa bahagia apabila kita berhasil mengendalikan pemikiran kita sendiri.
Author: Antonius Rafel M
Date: 25-05-2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H