Mohon tunggu...
Cantriya AnastasyaSimbolon
Cantriya AnastasyaSimbolon Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Saya adalah Cantriya Anastasya Simbolon, seorang mahasiswa bersemangat di semester kedua di Universitas Katolik Santo Thomas. Saya memiliki hasrat yang mendalam dalam menulis artikel, cerpen, dan puisi yang mencerminkan kehidupan sehari-hari serta pengalaman pribadi. Selain itu, saya juga aktif dalam berbagai kegiatan lomba akademik yang menantang, memperluas wawasan dan kemampuan saya dalam berbagai bidang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mereka yang Tak Terlihat, Pengabdian Tak Kenal Lelah Tenaga Kesehatan di Ujung Negeri

23 Oktober 2024   13:25 Diperbarui: 23 Oktober 2024   13:39 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebab: Kurangnya Insentif dan Dukungan untuk Tenaga Kesehatan

Salah satu alasan utama mengapa ketimpangan ini terus terjadi adalah kurangnya insentif dan dukungan bagi tenaga kesehatan yang bersedia bekerja di daerah terpencil. Meski pemerintah telah membuat program penempatan bagi dokter muda, kenyataannya hanya 20% dari mereka yang bersedia bertahan di daerah tersebut lebih dari lima tahun, menurut laporan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Kurangnya dukungan finansial, minimnya fasilitas kesehatan yang layak, dan terbatasnya akses terhadap pendidikan lanjutan menjadi alasan mengapa banyak tenaga kesehatan memilih untuk kembali ke kota-kota besar setelah masa tugas mereka selesai. 

Selain itu, infrastruktur yang tidak memadai seperti jalan yang buruk, sulitnya akses internet, dan seringnya pemadaman listrik  juga menjadi penghalang utama bagi tenaga kesehatan yang ingin mengabdi lebih lama di daerah terpencil.

Akibat: Angka Kematian yang Tinggi dan Kesejahteraan Tenaga Kesehatan yang Terabaikan

Akibat dari ketimpangan ini sangatlah nyata. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa angka kematian ibu melahirkan di daerah pedalaman Indonesia mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional yang berada di angka 177 per 100.000 kelahiran hidup. 

Keterlambatan dalam mendapatkan perawatan medis, kekurangan tenaga medis, dan kurangnya akses terhadap fasilitas kesehatan yang layak adalah penyebab utama tingginya angka kematian ini.

Selain dampak langsung pada masyarakat, tenaga kesehatan yang bekerja di daerah terpencil juga sering kali mengalami burnout dan masalah kesehatan mental.

 Survei yang dilakukan oleh IDI pada tahun 2022 menunjukkan bahwa lebih dari 30% tenaga kesehatan di daerah terpencil mengalami kelelahan fisik dan mental akibat jam kerja yang berlebihan, tekanan emosional, dan minimnya dukungan sosial. Mereka sering kali bekerja di bawah tekanan yang tinggi, tanpa memiliki cukup waktu atau sumber daya untuk merawat diri mereka sendiri.

Solusi: Insentif yang Lebih Besar dan Inovasi Teknologi

Untuk mengatasi masalah ini, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah meningkatkan insentif bagi tenaga kesehatan yang bersedia bekerja di daerah terpencil. Insentif ini bisa berupa tunjangan yang lebih besar, fasilitas perumahan yang layak, serta peluang untuk pendidikan dan pelatihan lebih lanjut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun