_Kampong Dakwah Digital_
Guyuran hujan menepati janjinya, setelah hampir satu jam mendung bergelayur diatas desa kecil nan mungil diujung kota dingin, Wonosobo. Dusun asri dengan diapit dua bukit kembar laksana sepasang penganting yang enggan beranjak tua untuk terus menikmati indahnya pernikahan, kabut tebal diatas desa itu sirna sudah berganti gelap derasnya hujan disertai Guntur menggelegar memecah kesunyian alam nan asri.
Dari kejauhan warna-warni payung melambai bergerak mengikuti gerakan tangan sang pemegang, ada satu dua tiga orang keluar dari gang-gang sempit sambil _cincing_ mengangkat sarung dan celana menghindari percikan air hujan. Mereka menuju pusat kajian jamaah "Masjid Assalam ".
Beberapa diantaranya perempuan tua mengapit _Rindik_dipinggang kanannya berisikan jajanan yang sudah terbungkus rapi, dibelakangnya anak remaja putri, ditangan kanannya berayun ceret tempat minum dari tembaga, sesekali singgah di rumah pinggir jalan yang ia lewati sekedar memanggil penghuni rumah untuk diajak serta, beberapa menyahut dan beberapa sepi tandanya sudah mendahului. Senyum ceria mengiringi langkah mereka, tidak ada duka, yang ada saling menyapa saat berjumpa di gang berikutnya...
Hari itu adalah jadwal Kajian Ust. Muslim dari Majelis Tabligh PDM Wonosobo, kajian rutin setiap empat puluh hari sekali yang biasa disebut dengan selapanan itu terus ramai di dihadiri jamaah tua muda , undangan dengan mailing list sudah di edarkan oleh Pimpinan Ranting Mekar Wangi , Mekar Wangi adalah salah satu Ranting di desa Randu Alas yang masuk Kecamatan Sukoharjo meski masuk Kecamatan Sukoharjo akan tetapi akses jalan harus melewat kab. Banjarnegara dengan jarak 5 km ke pusat kota Wonosobo.
Sudah empat tahun H. Sujak sang ketua Ranting menggagas konsep digitaliasi undangan dalam rangka menjawab kebutuhan warga akan percepatan informasi, sebetulnya undangan masih bisa menggunakan kertas surat dan di edarkan dari rumah ke rumah, akan tetapi dengan cara ini ternyata efektif untuk mengajarkan kepada orang tua tentang pentingnya Surat elektonik yang bernama Email. Saat ini, dari seratus kepala keluarga di Ranting itu sudah menggunakan perangkat elektronik untuk kebutuhan layanan Persyarikatan, email, whatsapp dan lain sebagainya.
Para pemuda sudah terbiasa memainkan sosial media, website, blog maupun Vlog untuk berkomunikasi maupun syiar kegiatan ranting, blog dakwah, Tapak Suci, IPM , Pemuda , NA .
Tepat jam 16.00 WIB Kajian dimulai, semua tenang dan khusuk mendengarkan kajian, generasi muda-mudi memegang buku catatan kecil ditangan dengan ballpoint yang siap menuangkan dalam tulisan, salah satu notulen utama duduk tepat disamping moderator yang siap dengan Laptop, sesekali khusuk mendengarkan dan secepat kilat kembali matanya ke layar monitor dengan menggerakkan jari-jarinya lincah menulis intisari kajian. Â
Itu adalah pola kajian yang sudah di terapkan di salah satu ranting di Wonosobo, pembagian tugas yang cantik atas kesadaran yang tinggi mampu merubah paradigma bahwa kajian itu membosankan, sesekali bergiliran sebagai notulen utama karena tugasnya tidak hanya mencatat resume kajian tapi bertanggung jawab langsung untuk publish dalam pemberitaan dimedia cetak maupun elektronik, saat ini ranting sudah bekerjasama dalam publishing berita ke Wonosobo Ekspress, Suara Merdeka, jawa Pos, Republika dan terakhir adalah Wawasan disamping Media online Persyarikatan dan Media Sosial yang akunnya dipegang oleh tiap-tiap ketua Ortom.
Teringat saat itu, januari 2014, Jama'ah sudah memenuhi halaman masjid kebanggaan untuk mendengarkan tausiyah rutin dari Ust. Ahmad, Qodarullah , rencana yang sudah disusun matang buyar karena satu hal, meski itu agenda bulanan ternyata Allah berkehendak lain, yang ditunggu terlambat datang, beliau sakit, kecelakaan yang mengharuskan dibawa kerumah sakit, Alhamdulillah setelah terhubung lewat ponselnya, beliau hanya luka ringan di sekitar kaki kanannya dan beliau menyatakan siap untuk Live, _Subhanallah_
Panitia dengan sigap menyiapkan perangkat Proyektor yang sudah terkoneksi dengan Laptop untuk segera Live Youtube Kajian bersama Ust. Ahmad dari Rumah sakit PKU. Sudah bukan hal yang baru bagi warga ranting untuk gagap teknologi informasi, model digitalisasi kajian wajib dilakukan. Alhasil warga tidak kecewa, dan pulang dengan senyum yang sama, membawa hasil siraman rohani untuk bekal satu bulan yang akan datang sampai jadwal berikutnya dengan ustad yang berbeda.
Password wifi yang selalu berganti dengan kata-kata dakwah : *" Yuk_Jamaah",* *"Go_ Sholeh "* *" zakat_yuk"*  memotivasi setiap  jama'ah pengguna gadget, dan siapapun yang datang ke Masjid Darul Arqom untuk Update diri dengan situasi terkini.
Warga Persyarikatan  setengah wajib memegang gadget, karena info persyarikatan pasti melalui Surat Elektronik maupun Sosial Media, warga Aisyiyah dan NA rutin sebulan sekali update informasi tentang teknik "Digital Marketing" yang dibina langsung dari Majelis Ekonomi PDM Wonosobo.
Dipojok rumah bercat biru dengan dinding setengah bata, terpampang jelas sebuah banner iklan " Service Laptop/ Komputer " yang lebih menarik lagi tambahan tag iklan " Gratis Jasa untuk warga yang sudah hafal juz *27* , angka dua puluh tujuh ternyata portable, bisa diganti kapanpun, dan itu berganti setiap tiga bulan sekali ke angka berikutnya untuk memotivasi pengguna layanan servicenya, fastabiqul khoirot dengan program tahfidz dari bidang dakwah PRM.
One home one Laptop/ computer adalah sebuah progress PRM menjawab tantangan jaman, era digital tidak mungkin bisa di tolak maupun kita lari darinya, karena itu ia akan terus mengejar siapapun yang akan hidup sepuluh sampai dua puluh tahun kedepan. Peluang kerja yang semakin sulit memaksa orang tua untuk berpikir ulang menyekolahkan anak dengan output kerja menjadi karyawan, dan menentukan pekerjaan di era digital yang paling menjanjikan adalah yang berhubungan dengan teknologi, maka kedepannya seorang Insinyur akan kalah jauh gajinya dengan pedagang celana kolor online saat ia tidak punya modal merintis perusahaan. Dan itu akan menjadi Fakta tak terbantahkan.
_Ranting Sebagai Pusat Ekonomi_
Juma'at pekan pertama adalah sarana untuk bercengkrama dengan sesama jama'ah, mereka mendirikan sholat jum'at dengan membawa buku tabungan BMT yang ada disamping Masjid, berlanjut bercengkrama akrab ditemanis secangkir teh maupun kopi hangat diserambil masjid membahas isu terkini tentang ekomoni kreatif, di pojok kanan Masjid sebuah kedai yang di kelola Nasyiatul Aisyiyah, terlihat beberapa pemuda serius merancang konsep peta dakwah untuk adik-adiknya IPM tentang kaderisasi Ummat lewat Muhammadiyah.
Petugas BMT berkeliling membagikan buku setoran yang sudah di cetak, tidak usah kita bayangkan bagaimana mereka setoran ke BMT, karena iuran dan tabungan warga sudah dikelola dengan E-Money, layaknya pembelian pulsa telephone dan listrik, konsep Tabungan dan ZIS Warga sudah terpotong otomatis dari uang elektronik mereka, ada juga diantaranya memanfaatkan Paypal sebagai alat pembayaran, sungguh pemandangan yang tiada duanya...
Konsep ekonomi kreatif terbentuk, berawal dari kajian Pemuda yang berinisiatif mengumpulkan infak sekedarnya setiap malam Jum'at dan berlanjut ke Ortom yang lain, hingga saat ini perputaran keuangan warga selalu berpusat di BMT, ada warga yang mendirikan bengkel sepeda motor, maka warga yang menggunakan jasa servisnya terhitung gratis dengan penggantian oleh BMT dipotong dari tabungannya, demikian juga konsep asuransi, semua warga Persyarikatan  diberikan gratis berobat di puskemas terdekat dengan patfon maksimal seratus ribu perbulan dan diakhir bulan pihak puskesmas mengklaim ke BMT. Semua pinjaman keuangan atas dasar keyakinan bahwa Allah yang menjamin. _Ridho bima qosamallah._
Dengan pelayanan yang prima ternyata Allah membukakan pintu rizki dari berbagai macam lini, wakaf, hibah infak dan shodaqoh tidak pernah putus dari warga non Muhammadiyah dan bahkan dari luar negeri pun mengantri menerima pahala Allah dari ZIS mereka..
Apapun kesulitan keuanganmu Masjid tempat kembalinya... _Allhu Akbar_
Pemberdayaan ekonomi ditingkat ranting akan sangat membantu pengelolaan keuangan ditingkat cabang dan daerah bahkan di pusat, tapi saat potensi ranting belum digali secara optimal maka yang terjadi warga persyarikatan akan merasa keberatan dengan berbagai macam tarikan iuran Organisasi.
_Ranting sarungan_
Cahaya lampu terlihat satu-satu dinyalakan, kelap kelip lampu dari rumah-rumah penduduk sudah mulai menerangi sebagian besar rumah warga. Kumandang adzan shubuh terdengar merdu, Wasirun mengumandangkan adzan dengan suara khasnya membangunkan manusia-manusia muslim dari peraduannya , bergegas bangkit menuju tempat wudhu,ada diantaranya langsung menuju masjid untuk wudhu disana.
Satu-satu berdatangan meski dengam muka yang beraneka macam, capek, ngantuk dan lelah tapi keceriaan tampak diwajah mereka saat saling bersalaman bertemu di teras masjid.
Para Pemuda membuka obrolan dengan kisah hari yang lalu di temani semilir angin pagi....
Masjid Assalam adalah masjid sejarah yang penuh kisah di awal pendiriannya, masjid penuh kenangan bagi siapapun yang pernah muda di kampung ini, dan masjid yang sejuk bagi siapapun pendatang yang mendirikan sholat disini. Bukan karena tempatnya yang luas maupun lokasinya yang strategis tapi ada ruh dakwah didalamnya, ada lantunan dzikir di setiap waktunya karena jama'ah menyadari bahwa Masjid adalah pusat peradaban manusia dari dulu dan yang akan datang. Pusat studi bagi penimba ilmu para generasi sholeh... tanpanya hampa dunia dari _ruhul jihad._
Kami sebut dengan ranting sarungan, bukan karena jamaah masjid rutin memakai sarung, dan bukan pula pemuja sarung sebagai tradisi para santri, tapi lebih kepada nilai historis dan sejarah bahwa sarung pernah menjadi ikon dakwah para santri, dengannya semangat dakwah muncul kembali dengan aneka metode,
Warga peryarikatan selalu berduyun-duyun mendatangi masjid saat adzan berkumandang, meninggalkan segala aktifitas perdagangan, pelaku usaha mewajibkan karyawan untuk segera mengambil air wudhu melaksanakan panggilan Allah. Mungkin inilah yang namanya berkah, dan inilah konsep dakwah yang benar di era digital tanpa meninggalkan syariat yang diajarkan _salafussholeh._
Desember 2016, Ahad tanggal 16 Tepat jam 08.00 WIB, gema lagu persyarikatan dikumandangkan dari pengeras suara Gedung Pertemuan, dilanjut alunan Murottal dari syaikh Sudais menyiratkan agenda pertemuan akan segera dimulai, beberapa panitia duduk di kursi depan penerima tamu dengan memegang gadget, menjawab komentar di group WA tentang agenda hari itu, beberapa anak-anak IPM hilir mudik menyiapkan perangkat proyektor, yang lainnya sibuk merapian kursi dan meja yang terlihat kurang rapi.
Mereka adalah kader-kader ummat yang sengaja pulang kampong menyempatkan bertemu dan menggelar even "Friends Gathering". Setiap tahun PRM memberangkatkan kader-kader muda untuk menimba ilmu, baik dipesantren maupun ke sekolah-sekolah kader diberbagai kota diantaranya sudah kembali dengan menyandang gelar sarjana. Semua lewat dana Zakat, Infak, Shodaqoh dari Ummat yang tentunya dikembalikan untuk ummat dalam wujud beasiswa kader.
Gagasan warga tentang satu rumah satu sarjana disambut baik bahkan disupport penuh oleh beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah, sehingga menjadikan Mekar Wangi menyandang predikat sebagai kampung sarjana. Tidak terbayang saat itu, 20 tahun yang lalu, membangun sebuah konsep peradaban di sebuah kampung terbelakang yang bernama Mekar Wangi
_One home one hundred books_
"Buku adalah jendela ilmu", "banyak baca banyakk tahu, sedikit baca sedikit tahu", adalah slogan-slogan para pencari ilmu yang haus dengan luasnya Ilmu Allah. Â
Menjaga dan melestarikan sumber daya alam bagi siapapun akan terasa mudah saat sumber daya manusianya sudah di garap dengan serius, SDM yang mumpuni bisa melejitkan puluhan bahkan ribuan Amal usaha produktif.  Dimulai dari kajian ringan dengan mewajibkan setiap jamaah untuk membawa catatan , maka muncullah ide kreatif _"one home a hundred books"_ satu rumah seratus buku, dan berlanjut "one mount one book,"satu bulan satu buku, itu artinya dalam satu bulan warga menyisihkan pendapatannya untuk membeli buku bacaan, sebesar apapun gagasan kalau tidak didukung stake holder maka akan menguap begitu saja, maka Ranting menggandeng desa untuk pemanfaatan Perpustakaan  desa sekaligus kerjasama dengan Perpustakaan Daerah untuk rutin rolling buku bacaan di saat kajian bulanan berlangsung.
Walhasil, dengan ratusan buku di setiap rumah warga Muhammadiyah maka secara tidak langsung ada ribuan gagasan yang bersumber dari bacaan yang mereka baca, konsep 18-21 yang dicanangkan pemerintah daerah sudah lama di terapkan di rumah warga Muhammadiyah sehingga kita tidak akan menemui TV, radio atau gadget dimainkan saat jam belajar berlangsung.
Ratusan kata-kata motivasi terpampang rapi  dan indah dengan aneka kreasi disepanjang jalan, disudut-sudut gang dan di "Play Ground " yang ada di ujung kampung. Sungguh, inilah sebuah kampung asri nan Religius dan rasanya tidak berlebihan kalau disebut dengan "The Village of civilization " Kampung peradaban.
(Hans)
Wonosobo, 25 Oktober 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H