Mohon tunggu...
vitri indriani
vitri indriani Mohon Tunggu... -

25 tahun, perempuan yang lahir di salah satu kota di Indonesia, yang dididik oleh ibu dan neneknya untuk memilih diam jika tidak bisa mengucapkan kata atau kalimat yang manis, tapi sepertinya lebih condong mengikuti jejak ayah yang selalu mengemukakan kata hati di mana pun dan kapan pun, sehingga memutuskan untuk menulis saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Susi, Menteri yang Terkenal

30 Oktober 2014   12:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:11 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sembilan hari sudah Indonesia memiliki Presiden dan Wakil Presiden yang baru, cukup telat sebenernya gw bikin postingan ini, cuma karena makin hari makin banyak orang yang posting, maka gw cukup tergelitik juga untuk mengomentari fenomena 'perang status dan opini di timeline Facebook' pasca pemilihan Presiden kali ini. Cuma yang gw heran, kali ini yang diusung bukan cuma opini publik tentang Presiden tapi juga Menterinya. Loh kok?

Susi Pudjiastuti namanya, dilihat dari namanya bisa ditebak kalau ibu yang satu ini berasal dari tanah Jawa. Banyak Netizen yang membuat status tentang beliau baru-baru ini. Gw sempet heran, sebenernya apa sih yang membuat wanita 49 tahun ini ramai diperbincangkan. Ternyata usut punya usut, beliau yang kini menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan menjadi terkenal karena tiga hal, yakni: merokok, bertato dan hanya lulusan SMP.

Sebenarnya banyak masyarakat Indonesia yang sama seperti bu Susi, ya merokok, ya bertato, lulusan SMP bahkan yang lulusan SD atau tidak sekolah dan buta hurup juga banyak. Kenapa yang jadi sorotan malah bu Susi ini? Jawabannya sederhana, karena beliau seorang menteri yang bertugas memberi suri tauladan baik bagi masyarakat, itu gambaran tugas beliau bila ditilik dari kacamata masyarakat Indonesia yang segalanya harus perfect. Jika hal tersebut dilihat dari sudut pandang manusia biasa, sama-sama warga negara Indonesia, apa hal tersebut tidak berlebihan? Berlebihan atau tidak, tentu kembali pada penilaian pribadi masing-masing.

Disini gw gatal kalau tidak mengomentari ketiga hal di atas, menurut pendapat gw sebagai rakyat biasa yang berusaha untuk melihat sesuatu seobjektiv mungkin, ketiga hal di atas gak perlu lah di bahas-bahas sampai bertengkar dengan teman karena hanya berbeda pendapat. Biar ga ngelantur kemana-mana maka gw kasih nomor aja masalahnya.

1. Bu Susi Menteri yang Merokok di depan Umum

kenapa memangnya kalau dia merokok di depan umum? bukannya banyak diantara kalian juga yang bahkan jelas-jelas merokok di depan hidung orang lain tapi tidak sampai dipergunjingkan seluruh Indonesia. Mungkin jawabannya begini "Lah kami kan bukan menteri, ga ada yang akan mempermasalahkan mau kami merokok di depan umum atau sambil bersembunyi di dalam lemari", mungkin masyarakat yang mengkhawatirkan nasib anak bangsa akan berkomentar begini "Kalau menterinya merokok, nanti generasi mendatang semuanya akan merokok dan tidak bisa dilarang karena mereka akan menjawab MENTERINYA AJA NGEROKOK". Jawab yang jujur ya, selama kalian di bangku sekolahan, emang kalian pernah denger yang namanya Menteri Kelautan dan Perikanan? Gw yakin, 90 % bakal ngejawab ga pernah denger. Inget nama wakil presiden aja udah untung, karena wapres kan ga sebeken presiden, itu juga mana mau peduli kalau foto kedua orang tersebut secara terpaksa harus dipajang di dalam kelas. Sampai umur gw yang udah seperempat abad ini, gw ga pernah apal nama menteri di kabinet Indonesia dan bidang apa yang mereka tekuni. Gw cm apal menteri-menteri yang terkenal karena ada aksinya seperti contohnya Tifatul Sembiring, mantan menteri Komunikasi dan Informatika yang sungguh gw ga ngerti malah bilang bahwa masyarakat Indonesia ga butuh koneksi internet yang highspeed; atau Roy Suryo yang terkenal berkat menganalisis video Alda Risma dan belakangan malah jadi menteri Pemuda dan Olahraga yang sangat gw yakini ga ada hubungannya sama sekali dengan informatika serta analisis gambar apa itu asli atau hasil rekayasa; Dahlan Iskan menteri BUMN yang membuka pintu tol Kuningan dan lain sebagainya.

2. Bu Susi Menteri yang Bertato

Kalian tahu Tora Sudiro? Berapa jumlah tatto yang dia punya? Puluhan sih katanya dan bahkan berniat nambah, tapi sampai sekarang belum pernah denger ada berita yang membahas bahwa Tora yang bertato puluhan tersebut membawa dampak dan image buruk bagi bangsa Indonesia. Kok bisa? Iyaaaaa, Tora kan bukan menteri. Hhhhhhh.. lagi-lagi. Mungkin harusnya bu Susi pakai baju dan celana panjang biar bisa menutupi tatto nya sehingga nanti orang-orang akan bertanya "Kok, bu Susi pakaiaannya panjang-panjang? Beliau kan gak berkerudung, jangan-jangan (maaf) korengan". Kalau begitu judulnya bukan menteri yang bertatto tapi menteri yang korengan, oh God.

3. Bu Susi yang Lulusan SMP

"Kalau menterinya cuma sampai SMP, gimana nanti anak-anak Indonesia semangat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, toh menterinya juga cuma sampai SMP". Cliche banget ya, sekarang komentarnya begitu karena lagi happening menteri yang lulusan SMP, dulu-dulu perasaan komentarnya begini "buat apa sekolah tinggi-tinggi, toh sarjana aja banyak yang nganggur?", terus sekarang masih ada ga yang menuntut ilmu sampai sarjana? Banyak, walaupun pada akhirnya mereka (yang belum beruntung) harus menelan pahitnya opini masyarakat yang mengatakan "Sarjana kok nganggur?" tapi anak-anak Indonesia ga lantas berhenti menuntut ilmu karena mereka ga bego, mereka sadar ilmu itu penting. Gw aja yang ibu nya lulusan SD dan bapak lulusan SMK, ga lantas songong ga mau sekolah atau lanjutin kuliah, makin banyak ilmu yang diserap maka makin terbuka jendela wawasannya.

Oia, dan yang terakhir katanya bu Susi ga berkerudung, kenapa memangnya? Kerudung bikin sholehah? Ga tuh, tolong mulai dari sekarang hentikanlah mengkotak-kotakan manusia berkerudung berarti sholehah, ga berkerudung berarti berakhlak buruk, "Cantik-cantik berkerudung kok akhlaknya bejat, buka aja kerudungnya kalau gitu", buanglah jauh-jauh paradigma begitu karena ga ada hubungan antara kerudung dengan akhlak, bukan kerudung yang dibuka tapi akhlak yang diperbaiki. Jika bu Susi belum berkerudung, doakan saja supaya beliau berkerudung, kalaupun tidak itu kan urusannya. Jadi urusan kalian itu kalau bu Susi melakukan sesuatu yang merugikan kita sebagai bangsa Indonesia, seperti contohnya Ratu Atut, berkerudung tapi kelakuannya goreng patut (tidak baik), lebih merugikan mana?

Siapapun itu yang menjabat, berilah kesempatan buat mereka untuk unjuk kebolehan, jangankan unjuk kebolehan, naik panggung aja belum udah disuruh berenti nyanyi, kan aneh bukan? Kinerja seseorang ga dipengaruhi oleh penampilannya, gw udah buktiin tuh liat bapak petugas imigrasi disini rambutnya panjang dan bertindik tapi dia kerja bener kok, ga lantas karena rambut panjang kerjanya jadi nyisir melulu atau sampoan di kantor. Akhir kata, sukses bagi mereka yang terpilih, semoga bisa mengemban amanat rakyat dengan baik. Aamiin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun