Mohon tunggu...
Cantikha Nur Indira
Cantikha Nur Indira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Political Science'21

Seorang mahasiswa Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dulunya Jadi Pahlawan, Partai Buruh Korea Selatan Kini Tidak Berkembang?

5 Desember 2022   21:42 Diperbarui: 6 Desember 2022   00:16 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai buruh adalah partai yang dibentuk dan diinisiasi oleh para pekerja atau buruh. Korea Selatan adalah salah satu negara yang memiliki partai buruh. Menilik pada perkembangannya, partai buruh di Korea Selatan ini memiliki peran yang signifikan dalam sejarah sosial-politik negara tersebut. 

Partai buruh secara tidak langsung merupakan 'pahlawan' bagi masyarakat dan memberikan dampak pada terciptanya keberhasilan demokrasi di Korea Selatan. Korea Selatan pada sekitar tahun 1970-an berada dalam kondisi kediktatoran militer yang pada saat itu dipimpin oleh Jenderal Chun Doo Hwan dan Roh Tae Woo. 

Adanya kediktatoran membuat masyarakat hidup dalam keadaan tidak tenang karena pihak militer yang tidak segan menggunakan kekerasan apabila terdapat sesuatu yang tidak sesuai menurut pemahamannya. Selain itu, masyarakat yang mayoritas adalah buruh merasakan adanya ketimpangan keadilan, seperti eksploitasi tenaga kerja, pemberian upah atau gaji buruh yang tidak sesuai, tidak adanya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, pelanggaran hak-hak buruh, dan bahkan tidak jarang terjadi perbudakan buruh yang dilakukan oleh majikannya. 

Untuk itu, dalam menghadapi situasi yang merugikan banyak masyarakat yang notabene adalah seorang buruh bergabung dalam gerakan buruh untuk dapat memprotes pemerintah dan mendapatkan hak dan keadilan yang sesuai. Demonstrasi dilakukan dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa, masyarakat umum, dan buruh itu sendiri. 

Mereka menginginkan adanya perubahan negara menjadi Pro Demokrasi dan dapat lebih memperhatikan warga negaranya dengan tidak melakukan tindakan kekerasan. Demonstrasi tersebut berlangsung pada 18 Mei 1980 dan merupakan demonstrasi yang menimbulkan pengaruh besar bagi Korea Selatan, bahkan tanggal tersebut juga diperingati disana. 

Usaha-usaha yang dilakukan masyarakat tersebut tercapai ketika pimpinan-pimpinan diktator militer, seperti Chun Doo Hwan dan Roh Tae Woo diturunkan dan diadili pada tahun 1987. Setelah pemerintahan diktator militer tumbang, maka pemerintahan selanjutnya dari Korea Selatan ada di bawah sistem Pro Demokrasi. 

Walaupun sudah berganti sistem, akan tetapi kesejahteraan buruh belum sepenuhnya terpenuhi. Namun, itu sudah lebih baik apabila dibandingkan dengan sistem sebelumnya. Perlahan-lahan Korea Selatan tumbuh dan berkembang menjadi negara yang maju dan kepentingan para buruh mulai dapat terealisasikan satu-persatu. Dapat dilihat bahwa dalam sejarahnya, peran partai buruh ini sangat mempengaruhi negara dan secara tidak langsung sudah mewakili kepentingan banyak masyarakat.  

Gerakan buruh kemudian bertransformasi menjadi Partai Politik Buruh yang ditujukan agar dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan publik demi tercapainya kesejahteraan buruh. Ada dua organisasi buruh yang paling terkenal di Korea Selatan, yaitu Federation of Korean Trade Union (FKTU) dan Korean Confederation of Trade Unions (KCTU). 

Keduanya mengembangkan sayap keorganisasiannya dengan membentuk partai politik, KCTU yang membentuk Korean Democratic Labor Party (KDLP) dan FKTU yang membentuk Green Social Democratic Party (GSDP). Akan tetapi, dalam perkembangannya lebih lanjut, partai buruh di Korea Selatan ini tidak berkembang dengan pesat dan tidak mendapatkan banyak dukungan atau suara jika dibandingkan dengan partai politik lainnya.

Pada perkembangan awalnya, partai buruh ini mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat, jika dilihat dari perannya yang mewakili banyak kepentingan buruh. Pemilu 1997 misalnya, yang merupakan pemilu pertama sejak pergantian rezim diktator Korea Selatan, di mana saat itu KCTU mencalonkan anggotanya sebagai presiden. Dengan mulai dilibatkannya anggota-anggota buruh ke dalam pemerintahan memperlihatkan keseriusan buruh dalam memperjuangkan hak-haknya. 

Di pemilu selanjutnya, yaitu pemilu 2004, partai buruh juga ikut berpartisipasi dengan mencalonkan anggotanya dalam pemilu legislatif. Pemilu ini cukup mengejutkan banyak pihak karena partai buruh DLP/KDLP mendapatkan suara terbanyak ketiga dari total 5 partai yang berpartisipasi. Hal itu merupakan prestasi yang cukup membanggakan bagi partai buruh, mengingat partai ini adalah partai yang baru bergabung dalam gelanggang politik Korea Selatan, walaupun Korean Democratic Labor Party (KDLP) termasuk partai politik baru yang tidak kalah saing, akan tetapi di dalam kursi legislatif hanya dapat mendudukkan 10 orang anggotanya saja, yang mana itu memiliki selisih yang cukup jauh dengan partai politik pemenangnya, yaitu sejumlah 152 kursi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun