Meski sudah berumur, rumah-rumah di sini yang dibangun menggunakannya kayu masih terlihat kokoh dan tidak ada tanda-tanda lapuk sedikitpun.
Saat mendengar tema lomba Adira kali ini, sebagai orang yang mengikuti FKL (Festival Kreatif Lokal) dari Adira Finance lewat medsosnya, aku yang selama ini berharap FKL juga bisa hadir di Desa Wisata Hilisimaetano, Nias Selatan jadi berpikir untuk ikut lomba ini. Aku berharap melalui tulisan ini, Adira bisa mempertimbangkan untuk touring FKL selanjutnya di sana dan semakin banyak yang kenal dengan Desa Hilisimaetano.
Karena menurutku Desa Hilisimaetano menawarkan sesuatu yang berbeda yang layak dilihat pengunjung dan pasti jadi pengalaman yang tak terlupakan. Salah satunya seperti yang aku sebutkan di judul, melihat rumah adat Nias Selatan yang unik serta ciri khas, dan semuanya sudah berumur lebih dari seratus tahun, yang paling tua bahkan sudah 400 tahun lebih lho!
Rumah yang dibangun sejak dahulu kala dan masih kokoh itu, dibuat dari kayu berkualitas tinggi dan dibangun dengan cara disambung-sambungkan kayunya. Katanya sama sekali gak ada yang dipakaikan paku. Itulah hebatnya orang zaman dulu, ya.
Didukung dengan jalan yang mulus, sehingga menurutku cocok untuk disebut Desa Wisata Ramah Berkendara, aku dan keluarga yang kala itu traveling kesana menggunakan mobil bisa sampai di desanya dengan cukup lancar walau agak menanjak sedikit karena desanya berada di bukit. Selama perjalanan kesana, kita ditawarkan pemandangan laut dan dilanjut dengan hutan, serta suasana yang desa sekali. Setelah sampai pun kita ditawarkan pemandangan pegunungan.
Selain itu desa yang di tahun 2022 ini dipilih Sandiaga Uno sebagai salah satu dari 50 desa wisata terbaik Indonesia, masih sangat kental adat istiadatnya. Karena itu, ada banyak hal tradisional Nias Selatan yang bisa kita lihat disana.
Seperti tari perang, maena, mogaele, dan lompat batu setinggi dua meter. Biasanya ini dilakukan oleh pemuda disana tapi anak kecil pun bisa lho karena sudah diajarkan sejak kecil.Â
Lompat batu yang merupakan kearifan lokal yang sudah mendunia ini, dulu merupakan hal yang sangat penting karena kalau seorang anak laki-laki sudah bisa melompati batu setinggi dua meter itu, berarti dia sudah dewasa dan akan dibuat pesta besar untuk merayakannya, orang tua akan menyembelih ternak-ternaknya.
Di sana 95% bekerja sebagai petani, makanya Hilisimaetano memiliki kawasan persawahan terbesar di Nias Selatan sehingga hal ini berpotensi untuk menjadi kawasan agrowisata. Karena diambil dari hasil panen langsung, makanannya tentu terasa sangat nikmat!
Selain itu warga Hilisimaetano juga rajin melakukan tradisi kerajinan tangan seperti Anyaman, Pahatan, Ukiran dan Pandai Besi (Manfa). Menarik untuk diketahui, orang-orang lama di Hilisimaetano adalah pengrajin yang handal lho!
Kita bisa lihat karya mereka melalui batu megalitik yang dipahat sendiri, dan setiap pahatan batu megalitik yang ada di desa Hilisimaetano memiliki maknanya tersendiri.
Misalnya kalau kita menyusuri jalanan batunya, ada beberapa batu yang tengahnya diukir membentuk binatang, kalau menemukan itu artinya samping rumah dari jalan batu yang diukir itu merupakan rumah seorang pengrajin.Â
Lalu kalau ada batu megalitik berbentuk kursi di depan rumah seseorang, jangan salah paham itu hanya hiasan, kursi itu mengartikan yang punya rumah adalah seorang bangsawan. Semakin panjang kursi dari batu megalitiknya di depan rumah seseorang, berarti semakin tinggilah kedudukan bangsawannya.
Dan kalau ada Batu megalitik yang disusun di depan rumah, itu berarti si pemilik rumah adalah seorang cendekiawan atau orang bijak.
Batu megalitik yang diukir sedemikian rupa juga bisa kita temukan di pintu masuk dan tempat khusus untuk bermusyawarah, meski ada banyak, semuanya memiliki makna tersendiri. Di tempat bermusyawarah juga ada tempat duduk dari batu megalitik berusia 400 tahun yang disusun berdasarkan status seseorang seperti raja, Si'ulu (Bangsawan), ketua adat, Si'ila (Cendekiawan) dan Sato/Fa'abanuasa (masyarakat umum).
Kata pemandu, di zaman dulu hanya orang-orang pilihan yang bisa tinggal di desa Hilisimaetano makanya jangan heran kalau di desa ini diisi orang hebat seperti bangsawan, cendekiawan dan pengrajin. Ada pun syaratnya sebenarnya sederhana yaitu harus mengikuti aturan-aturan adat.
Tapi nggak hanya setiap batu megalitik saja yang punya makna di sini, bahkan pintu rumah yang dibuat lebih rendah memiliki makna yaitu agar saat seseorang masuk ke rumah orang lain dia menunduk memberi hormat pada si pemilik rumah. Rumah juga dibuat memiliki celah dan berdekatan seperti yang ada dalam gambar agar warga desa bisa memantau musuh dan saling membantu karena dulu Nias Selatan sering ada perang.
Tangga masuk ke desa Hilisimaetano pun punya makna yaitu ada tangga 3 tingkat yang dipisah dengan tangga yang lebih tinggi, supaya saat seseorang mau masuk ke desa Hilisimaetano, mereka harus berhenti di tiga tangga itu untuk meminta izin masuk.
Jangan lupa pada baju adatnya yang khas, yang sudah ada sejak zaman dulu dan salah satunya dibuat dengan proses yang panjang karena menggunakan bahan kulit pohon.
Sepanjang traveling ke desa Hilisimaetano, aku gak lepas dari kata "Wow!" Karena segala isi desa ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan masih bagus kualitasnya... itu luar biasa 'kan? Apalagi penghuninya juga banyak yang berumur panjang.Â
Menurutku dengan fasilitas yang ditawarkan desa ini untuk pengunjung seperti jalan yang bagus, tempat penginapan murah hanya 150.000 sehari dan bisa pilih mau tidur di rumah adat agar terasa nuansa adatnya atau rumah modern, pakaian adat yang disewakan, pemandangan dan vibe jadul yang bisa dirasakan hanya dengan berjalan di jalanannya yang terbuat dari batu alami, kerajinan tangan dan cita rasa kulinernya yang nikmat, serta atraksi tradisional tari maupun loncat batu, pantas rasanya kalau desa Hilisimaetano bisa semakin dikenal.
Kalau semakin banyak pengunjung yang datang melihat budaya Nias Selatan di desa Hilisimaetano, maka roda ekonomi di Indonesia pun bisa berputar banyak dan menghasilkan kesejahteraan bagi penduduk desa Hilisimaetano yang ditukar dengan pengalaman dan oleh-oleh kerajinan yang khas bagi wisatawan.
Tapi sayangnya, Hilisimaetano yang berada di Nias masih kurang dikenal orang, mengingat tidak begitu banyak yang tertarik berwisata ke Nias karena Nias sendiri kurang terkenal. Padahal Nias punya banyak pantai dan desa yang sangat cantik.
Mungkin desa Hilisimaetano perlu lebih banyak dipromosikan khususnya di media sosial agar bisa menarik perhatian. Aku harap dengan terpilihnya desa Hilisimaetano sebagai salah satu dari 50 desa wisata terbaik, pemerintah bisa lebih mempromosikan lagi, disertai dengan perbaikan-perbaikan agar desa Hilisimaetano bisa semakin baik dan indah.
Selain itu dari segi wisatawan seperti aku, aku pikir aku bisa dukung mempromosikan desa Hilisimaetano, melalui mulut ke mulut dan memanfaatkan media yang ada seperti menulis di Kompasiana seperti ini.
Semakin banyak yang ikut andil mempromosikan desa Hilisimaetano baik pemerintah, wisatawan maupun penduduknya sendiri, maka akan semakin besar peluang Desa Hilisimaetano dikenal dunia dan membuat ekonomi Indonesia berjalan! Adira Finance, yuk dong ikutan eksplor dan promosikan Desa Hilisimaetano!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H