Kita bisa lihat karya mereka melalui batu megalitik yang dipahat sendiri, dan setiap pahatan batu megalitik yang ada di desa Hilisimaetano memiliki maknanya tersendiri.
Misalnya kalau kita menyusuri jalanan batunya, ada beberapa batu yang tengahnya diukir membentuk binatang, kalau menemukan itu artinya samping rumah dari jalan batu yang diukir itu merupakan rumah seorang pengrajin.Â
Lalu kalau ada batu megalitik berbentuk kursi di depan rumah seseorang, jangan salah paham itu hanya hiasan, kursi itu mengartikan yang punya rumah adalah seorang bangsawan. Semakin panjang kursi dari batu megalitiknya di depan rumah seseorang, berarti semakin tinggilah kedudukan bangsawannya.
Dan kalau ada Batu megalitik yang disusun di depan rumah, itu berarti si pemilik rumah adalah seorang cendekiawan atau orang bijak.
Batu megalitik yang diukir sedemikian rupa juga bisa kita temukan di pintu masuk dan tempat khusus untuk bermusyawarah, meski ada banyak, semuanya memiliki makna tersendiri. Di tempat bermusyawarah juga ada tempat duduk dari batu megalitik berusia 400 tahun yang disusun berdasarkan status seseorang seperti raja, Si'ulu (Bangsawan), ketua adat, Si'ila (Cendekiawan) dan Sato/Fa'abanuasa (masyarakat umum).
Kata pemandu, di zaman dulu hanya orang-orang pilihan yang bisa tinggal di desa Hilisimaetano makanya jangan heran kalau di desa ini diisi orang hebat seperti bangsawan, cendekiawan dan pengrajin. Ada pun syaratnya sebenarnya sederhana yaitu harus mengikuti aturan-aturan adat.
Tapi nggak hanya setiap batu megalitik saja yang punya makna di sini, bahkan pintu rumah yang dibuat lebih rendah memiliki makna yaitu agar saat seseorang masuk ke rumah orang lain dia menunduk memberi hormat pada si pemilik rumah. Rumah juga dibuat memiliki celah dan berdekatan seperti yang ada dalam gambar agar warga desa bisa memantau musuh dan saling membantu karena dulu Nias Selatan sering ada perang.
Tangga masuk ke desa Hilisimaetano pun punya makna yaitu ada tangga 3 tingkat yang dipisah dengan tangga yang lebih tinggi, supaya saat seseorang mau masuk ke desa Hilisimaetano, mereka harus berhenti di tiga tangga itu untuk meminta izin masuk.
Jangan lupa pada baju adatnya yang khas, yang sudah ada sejak zaman dulu dan salah satunya dibuat dengan proses yang panjang karena menggunakan bahan kulit pohon.
Sepanjang traveling ke desa Hilisimaetano, aku gak lepas dari kata "Wow!" Karena segala isi desa ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan masih bagus kualitasnya... itu luar biasa 'kan? Apalagi penghuninya juga banyak yang berumur panjang.Â
Menurutku dengan fasilitas yang ditawarkan desa ini untuk pengunjung seperti jalan yang bagus, tempat penginapan murah hanya 150.000 sehari dan bisa pilih mau tidur di rumah adat agar terasa nuansa adatnya atau rumah modern, pakaian adat yang disewakan, pemandangan dan vibe jadul yang bisa dirasakan hanya dengan berjalan di jalanannya yang terbuat dari batu alami, kerajinan tangan dan cita rasa kulinernya yang nikmat, serta atraksi tradisional tari maupun loncat batu, pantas rasanya kalau desa Hilisimaetano bisa semakin dikenal.