Mohon tunggu...
Cantika Intania putri
Cantika Intania putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nama : Cantika intania putri (43222010013 ) / Akuntansi S1 Mercubuana

Cantika intania putri, Mahasiswa aktif semester 3 Univ mercubuana Dosen pengampu : Apollo,Prof.Dr,M.Si.Ak Mata kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2 Dengan Tema Diskursus Kepemimpinan Sarat Wedotomo KGPAA Mangkunegara IV pada Upaya Pencegahan Korupsi

10 November 2023   23:30 Diperbarui: 15 Desember 2023   09:00 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama : Cantika Intania Puti 

Nim : 43222010013 

Nama Dosen : Apollo, Prof . Dr, M.Si.Ak 

Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi Dan Etik

Diskursus Kepemimpinan Sarat Wedotomo KGPAA Mangkunegara IV Dalam Upaya Pencegahan Korupsi

 

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi

APA ITU ?


KGPAA Mangkunegara IV, juga dikenal sebagai Sri Mangkunegara IV, adalah seorang tokoh sejarah yang dikenal memerintah Kesultanan Mangkunegara, sebuah kerajaan kecil di Jawa Tengah, Indonesia. Ia memerintah dari tahun 1881 hingga 1896.  
 
Sarat Wedotomo adalah seorang panglima perang di Mangkunegaran dan memegang peranan penting pada masa pemerintahan Mangkunegara IV. Dia membantu menjaga stabilitas dan keamanan kerajaan.
 
Namun, penelitian lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengetahui lebih jauh kisah kepemimpinan Sarat Wedotomo dan peran spesifiknya di pemerintahan Mangkunegara IV. Sejarah daerah yang demikian banyak dijumpai pada arsip-arsip sejarah, buku-buku sejarah atau sumber-sumber lain yang berkaitan.
 
Mangkunegara III meninggal pada tanggal 27 Januari 1853, digantikan oleh adik sepupunya  KPH Gandakusuma yang bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV. Ayahnya bernama KPH Adiwijaya I, putra Raden Mas Tumenggung Kusumdiningrat, sedangkan ibunya bernama RA Sekeli, putri KGPAA Mangkunagara II. Ia dilahirkan pada tanggal 3 Maret 1811 dengan nama RM Sudira.
Pada masa pemerintahannya, Mangkunegara IV mendirikan pabrik gula di Colomadu dan Tasikmadu. Pabrik Gula Colomadu didirikan pada tahun 1861 di Malang Jiwan, sebelah barat Mangkunegaran.  Pabrik Gula Tasikmadu didirikan pada tahun 1871 dan terletak di sebelah timur Mangkunerakan yaitu di Karanganyar. Kedua pabrik gula yang didirikan oleh Mangkunegara IV ini berperan penting dalam perkembangan produksi gula  Jawa saat itu.
 
Ia juga menginisiasi pembangunan Stasiun Solo Balapan sebagai bagian dari pembangunan Kereta Api Solo-Semarang. Stasiun Balapan terhubung di titik-titik strategis yaitu Stasiun Purwosar, Sriwedar dan Jebres. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan oleh jalur kereta api yang melewati pusat kota.  Mangkunegara IV juga menugaskan penulisan sekitar 42 buku, termasuk Serat Wedhatama, Tripama dan komposisi gamelan. Salah satu gubahannya yang paling terkenal adalah Ketavang Puspawarna. Boleh dikatakan pada masa Mangkunegara IV, Mangkunegaran berada pada puncak kejayaannya. Beliau dianugerahi Bintang Mahaputra Adipradana  oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 3 November 2010 oleh Pemerintah Republik Indonesia. Mangkunegara IV meninggal pada tahun 1881 dan dimakamkan di Astana Girilayu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
 
Sarat Wedotomo, atau biasa disapa Raden Sarat Wedotomo, adalah salah satu tokoh penting dalam pemerintahan KGPAA Mangkunegara IV  Kesultanan Mangkunegaran Jawa Tengah, Indonesia. Ia merupakan seorang panglima perang dan pejabat tinggi pada pemerintahan Mangkunegara IV. Meskipun rincian isi Sarat Wedotomo tidak saya ketahui secara pasti, panglima perang seperti dia umumnya bertanggung jawab atas  keamanan, pertahanan, dan stabilitas kawasan.
 
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai peran dan kontribusi khusus Sarat Wedotomo pada masa pemerintahan Mangkunegara IV, mungkin Anda  perlu melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sumber sejarah, literatur terkait, atau  mendiskusikannya dengan pakar sejarah Jawa Tengah.
 
Sarat Wedotomo alias Raden Sarat Wedotomo adalah seorang tokoh penting dalam pemerintahan KGPAA Mangkunegara IV di Kesultanan Mangkunegaran. Namun, rincian spesifik tentang apa yang disebut saratandquot atau klaimnya dalam konteks sejarah tidak banyak terdokumentasi dalam sumber-sumber publik yang saya ketahui sebelum tahun 2022. Sarat Wedotomo dikenal sebagai panglima perang dan pejabat tinggi di Mangkunegaran, namun informasi yang lebih tepat mengenai peran dan kualifikasi spesifiknya hanya dapat diperoleh dari sumber lokal. sumber sejarah  atau dokumen tertentu yang mungkin belum tersedia secara luas. Jika Anda tertarik untuk mempelajari lebih lanjut, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut atau berkonsultasi dengan sejarawan lokal.

Serat Wedhatama mahir berbahasa gaul luhur dan bahasa gaul yang mengandung konsep ketuhanan, kemasyarakatan, dan kemanusiaan. Konsep ketuhanan dirumuskan dengan menggunakan ungkapan keagamaan ageming aji. Perwujudannya melalui empat tahap, yaitu
1. pemujaan badan,
2. pemujaan penciptaan,
3. pemujaan jiwa, dan
4. pemujaan rasa.
 
Serat Wedhatama memuat lima tembang macapat (puisi tradisional Jawa) yang berjumlah 100 phuma (bait).
 
Berikut rincian dan urutan lagu macapati yang terdapat dalam Serat Wedhata.
Bankir (14 boneka, 1-14)
Sinom (18 tunggul, 15-32)
Pocung (15 pupuh, 33-47)
Gambuh (35 pupuh, 48-82)
Kinanthi (18 Lagu, 83-100)

Kandungan Serat Wedhatama merupakan falsafah hidup yang memadukan nilai-nilai Jawa dan Islam.
 
Misalnya  bagaimana  menganut agama dengan bijaksana, menjadi pribadi yang sempurna, dan menjadi pribadi yang bersifat ksatria.

Terdapat juga beberapa ayat yang dianggap kritis terhadap konsep ajaran Islam ortodoks dan mencerminkan perjuangan budaya Jawa dengan gerakan pemurnian Islam.

Naskah asli Serat Wedhatama saat ini tersimpan di Perpustakaan Reksapustaka Mangkunegaran  Surakarta. Kepopuleran karya sastra legendaris ini bahkan mempengaruhi beberapa karya seni rupa kontemporer

Kepemimpinan Sarat Wedotomo KGPAA Mangkunegara IV merupakan contoh kepemimpinan yang sangat penting dalam  pencegahan korupsi. Sebagai pemimpin, Mangkunegara IV berperan penting dalam membentuk budaya dan nilai-nilai yang mengedepankan kejujuran dan transparansi. Beberapa poin yang mungkin muncul untuk didiskusikan dalam konteks ini adalah:
 
1. Etos Integritas Sebagai pemimpin, Mangkunegara IV  diharapkan mampu memperkuat  integritas dalam organisasinya dan di kalangan pengikutnya. Artinya mengedepankan nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan dan tanggung jawab.
 
2. Transparansi: Kepengurusan Mangkunegara IV harus mengedepankan transparansi dalam pengelolaan perekonomian dan sumber daya organisasi. Hal ini dapat menciptakan akuntabilitas dan mencegah  korupsi.  
 
3. Pendidikan dan kesadaran: Penting untuk memastikan bahwa anggota organisasi memiliki pemahaman yang baik tentang risiko korupsi dan dampaknya. Manajemen harus berinvestasi dalam pelatihan dan peningkatan kesadaran untuk mencegah korupsi.  

4. Penegakan aturan: Untuk mencegah korupsi, penting untuk memiliki aturan yang ketat  dan menegakkannya tanpa pandang bulu. Hal ini menciptakan budaya yang memerangi korupsi.  
 
5. Peran sosial: Mangkunegara IV juga dapat menjadi teladan sosial yang baik di masyarakatnya. Dengan mendukung program dan inisiatif antikorupsi, kepemimpinan ini dapat berdampak pada masyarakat luas.
 
6. Kemitraan: Pemerintahan Mangkunegara IV dapat menjalin kemitraan dengan lembaga antikorupsi, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga terkait lainnya untuk memperkuat upaya antikorupsi.
 
Kepemimpinan yang kuat dalam mencegah korupsi dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap terciptanya lingkungan yang bersih dan jujur baik dalam organisasi maupun  masyarakat pada umumnya. Hal ini  penting untuk pembangunan  berkelanjutan dan keadilan sosial. Siapa Pimpinan KGPAA Mangkunegara IV yang Terdakwa Korupsi?
 
Pada masa kepemimpinan KGPAA Mangkunegara IV atau menjadi pemimpin di keraton seperti  Surakarta, ada beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab terjadinya korupsi, antara lain:
 
1. Praktik nepotisme. Keterlibatan keluarga atau kerabat dekat dalam pengelolaan atau bisnis istana dapat membuka peluang terjadinya korupsi.  
 
2. Kekuasaan yang tidak terbatas: Kepala istana mempunyai kekuasaan yang besar dalam hal administrasi, sumber daya dan tanah. Kekuasaan yang tidak terbatas dapat menimbulkan risiko penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi.
 
3. Transparansi: Kurangnya transparansi dalam pendanaan dan pengelolaan  sumber daya istana dapat menciptakan peluang  korupsi, terutama jika tidak ada mekanisme akuntabilitas yang kuat.
 
4. Ketimpangan Sosial: Pada saat itu, mungkin terdapat ketimpangan sosial yang kuat di masyarakat, yang dapat menimbulkan insentif korupsi jika penguasa tidak memperhatikan keadilan.  

5. Budaya dan Norma: Budaya dan norma sosial juga dapat mempengaruhi toleransi terhadap korupsi. Jika korupsi dipandang sebagai praktik yang normal dan diterima, hal ini dapat menjadi faktor pendorong.
 
6. Kurangnya pengawasan eksternal. Tidak adanya pengawasan eksternal, seperti lembaga antikorupsi atau mekanisme audit independen, dapat memfasilitasi terjadinya korupsi  tanpa terdeteksi.  

Dalam konteks sejarah, penting untuk dipahami bahwa adat istiadat dan norma di masa lalu bisa sangat berbeda dengan yang ada di masa sekarang. Pemberantasan korupsi telah menjadi tujuan yang lebih penting saat ini, dan beberapa langkah telah dilakukan untuk memerangi korupsi di tingkat pemerintah dan masyarakat.
 
Wacana manajemen Sarat Wedotomo mengacu pada pemahaman, analisis atau pembahasan ide dan konsep manajemen yang dikembangkan oleh Sarat Wedotomo. Sarat Wedotomo adalah seorang pemikir atau pemimpin yang mungkin mempunyai pandangan atau teori tertentu tentang kepemimpinan. Pembahasan ini dapat berupa penelitian, publikasi atau pembahasan ide-ide manajemen yang disampaikan oleh Sarat Wedotomo.  
 
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV merupakan tokoh sejarah yang mempunyai kedudukan terkemuka dalam sejarah Jawa, khususnya sebagai penguasa Mangkunegaran, salah satu kadipaten di Jawa Tengah. Meskipun saya tidak memiliki pengetahuan khusus mengenai ide-ide manajemen yang disodorkan kepadanya, namun ada beberapa prinsip manajemen yang secara umum berlaku dan dapat menjadi inspirasi bagi para manajer:
 
1. Kepemimpinan berdasarkan nilai budaya: Mungkin dalam kepemimpinannya ia mengutamakan nilai-nilai adat dan budaya Jawa  seperti sopan santun, etika, dan kearifan lokal.
 
2. Pengelolaan yang adil: Pentingnya keadilan dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan sudah diketahui secara luas.
 
3. Visi dan Strategi: Membuat visi yang jelas untuk masa depan kawasan dan merencanakan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.  
 
4.Komunikasi yang efektif : Kemampuan  berkomunikasi dengan baik dan jelas dengan bawahan dan masyarakat.
 
5. Kebijakan pembangunan dan kesejahteraan: fokus pada pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
 
6. Keterampilan Diplomatik: Memahami pentingnya diplomasi dan hubungan Kadipaten dengan daerah lain atau pemerintah pusat.
 
7. Pelestarian identitas budaya: Pelestarian dan promosi warisan budaya Jawa dan identitas lokal.
 
Ingatlah bahwa informasi tentang pemimpin sejarah sering kali dipengaruhi oleh perspektif sejarah dan sumber tertentu, sehingga informasinya mungkin terbatas. Ide-ide panduan yang diatribusikan kepadanya mungkin telah berkembang seiring dengan konteks sejarah dan pengaruhnya di wilayah yang dikuasainya.
 
Dalam sejarah Mangkunagaran, Mangkunagara IV merupakan pemimpin praja yang paling menonjol, karena sebagai negarawan ia berhasil mengarahkan Mangkunagaran memasuki era praja yang oleh para pemerhati budaya Jawa disebut  kalasumbaga (zaman keemasan).
 
Dengan kebijakan administratif, ekonomi, dan militer modern yang diterapkan, Mangkunagara IV  berhasil memajukan praja Mangkunagara, yang sekaligus meletakkan landasan kemerdekaan di bidang politik, khususnya mengenai keberadaannya sebelum Kasunanan. Kesultanan yogyakarta
 
Pada masa pemerintahan Mangkunagara IV, perkembangan seni tradisional Jawa baik sastra, tari, wayang, dan seni musik di Keraton Mangkunagara bahkan mengalami kemajuan  pesat  dibandingkan  masa-masa sebelumnya. Hal ini menjadikan Keraton Mangkunagaran sebagai pusat perkembangan kebudayaan Jawa kedua setelah Kasunan Surakarta pada pertengahan hingga akhir abad ke-19. Semua itu bisa terjadi karena Mangkunegara IV menaruh perhatian besar terhadap perkembangan kesenian dan ikut serta langsung di dalamnya.
 
Setelah memangku kepemimpinan praja Mangkunagara, Mangkunagara IV yang mempunyai bakat seni yang besar, hubungan sosial yang luas, dan kewibawaan di bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan, berusaha mengembangkan kesenian tradisional Jawa, antara lain: sastra, tari, wayang, dan gamelan.
Penyelesaian permasalahan korupsi pada masa atau sebelum era Mangkunegara IV memerlukan upaya besar dan langkah tegas dalam membenahi struktur pemerintahan. Selama ini, beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi korupsi:
 
1. Penegakan hukum: Hukum harus diterapkan secara tegas terhadap mereka yang terlibat dalam  korupsi, termasuk penyelidikan dan penuntutan yang adil. Menciptakan lembaga penegak hukum yang kuat dan independen.  

2. Transparansi dan Akuntabilitas: Mendorong transparansi dalam pengelolaan dana publik, kontrak pemerintah, dan proses pengambilan keputusan. Fungsi pemerintah dan lembaga pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab terjamin.

3. Edukasi dan penyadaran: meningkatkan edukasi dan kesadaran masyarakat akan dampak negatif korupsi serta pentingnya pelaporan tindak pidana korupsi.  

4. Pemberantasan nepotisme dan patronase: Memastikan bahwa penunjukan dan promosi di pemerintahan didasarkan pada prestasi dan prestasi dan bukan pada hubungan keluarga atau politik.

 5. Penyampaian pengaduan. Mempromosikan mekanisme pengaduan yang aman dan rahasia bagi pelapor korupsi.  
6. Penguatan kelembagaan: Penguatan lembaga negara, termasuk Badan Pemeriksa Keuangan, untuk mengendalikan penggunaan dana publik.  
7. Pengembangan etika dan  kebijakan antikorupsi: Pengembangan kebijakan anti-korupsi dan prinsip-prinsip etika  yang kuat dalam pemerintahan dan peningkatan kepatuhannya.

Penting untuk diingat bahwa pemberantasan korupsi memerlukan komitmen yang kuat dari para pemimpin dan masyarakat serta kerja sama yang baik antara pemerintah, lembaga sipil, dan sektor swasta. Selain itu, perubahan budaya dan nilai-nilai yang mengedepankan transparansi, etika, dan akuntabilitas juga menjadi aspek penting dalam pekerjaan ini.

Bidang sastra
Berbeda dengan Keraton Surakarta yang menjadi pusat kegiatan sastra Jawa pada abad ke-18 dan ke-19, Keraton Mangkunagara tidak memperlihatkan kondisi seperti itu pada masa pemerintahan Mangkunagara I (1757-1796) hingga Mangkunagara III (1835-1853). ). Pada masa itu,  dapat dikatakan belum ada karya sastra penting yang dihasilkan di Keraton Mangkunegara. Sebab, Mangkunagaran merupakan "kerajaan" baru yang belum memiliki tradisi tertulis. Aktivitas di bidang sastra baru terlihat  jelas pada masa pemerintahan Mangkunegara IV.  Prestasi Mangkunegara IV dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu:
- Periode 1842-1856
- Periode 1856-1871
- Periode 1871-1881.
 
Pada periode pertama dan ketiga, Mangkunegara IV menghasilkan karya berbentuk karya deskriptif. Isinya merupakan gambaran dan kesan yang didapat selama berkarir militer dan pemerintahan berkeliling ke daerah-daerah  dan memimpin pemerintahan praja Mangkunagaran.
 
Di episode ketiga, ia juga menulis lagu untuk menyambut kedatangan tamu agung. Bersamaan dengan itu, Mangkunegara IV pada periode kedua menghasilkan lagu-lagu yang berisi ajaran etika atau sering disebut khotbah.
 
Karya-karya tersebut bercerita tentang akhlak, budi pekerti, hubungan kerja  raja dengan rakyatnya, hubungan pemuda dengan keluarganya, nasehat kepada raja, prajurit dan rakyat Mangkunagaran. Sedikitnya ada 80 buah karya Mangkunegara IV. Berdasarkan isinya, karya-karya tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu:
 
* sejarah atau babad yang memuat sejarah:
 
Karya dalam kategori ini memuat informasi tentang perjalanan Mangkunagara IV ke suatu wilayah tertentu, gambaran tempat tertentu, dan peristiwa yang berkaitan dengan perkembangan masyarakat Mangkunagara tertentu.
Contoh  babad adalah :
Wanagiri, Giripura, Tegalganda, Pabrik Ngadani  Tasik Madu, Ngalamat, Babad Serenan, Wredining Bangsal Tosan, Bendungan Ngadani Tambakagung, Bendungan  Ngadani  Tirtaswara, Srikaton atau Tawangmangu, Nyanjata Pansangsam, Waanggraangharnaed Waanghar, Waangharnaed, Waanghara.
 
* surat pendidikan yang berisi nasehat dan pelajaran:

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi

MENGAPA ?


Kategori teks pendidikan mencakup 17 karya. Karya yang termasuk dalam kategori ini antara lain Serat Warayagnya (1856), Serat Wirawiyata (1860), Serat Sriyatna (1861), Serat Nayakawara (1862), Serat Laksitaraja (1867), Serat Salokatama (1870), Serat Paliatma (1870), Surat Pariwara). , Prasasti Palimarma, Prasasti Darmawasita, Prasasti Tripama, Prasasti Yogatama, Prasasti Pariminta dan Prasasti Wedhatama.  
 
* serat iber, yang berisi petunjuk  pelaksanaan pemerintahan dan nasehat-nasehat yang berkaitan dengan kehidupan:
 
Serat iber adalah surat berbentuk lagu yang ditujukan kepada Pati, pejabat, putra-putri, kerabat Mangkunegaran dan sahabat Mangkunagara IV. Serat Iberia terutama terdiri dari tiga jenis, yaitu:
 
1. Surat yang ditujukan kepada pejabat Jalur Iberin dan Mangkunagaran berisi hal-hal yang berkaitan dengan pemerintahan dan terkait.
 
2. surat iber yang ditujukan kepada pangeran dan  kerabatnya, berisi nasihat dan terkadang berkaitan dengan peristiwa tertentu.  
 
3. Surat Iber kepada sahabat memuat beberapa hal  untuk mempererat  persahabatan.  
 
* serat panembrama, berisi lagu untuk  tamu:
 
Karya-karya dalam kategori panembrama Mangkunagara IV antara lain Sekar Ageng Citramengeng, Sekar Ageng Kumudasmara, Sekar Ageng Pamularsih, Sekar Ageng Kusumastuti, Sekar Ageng Mintajiwa, Sekar Tenghan Palugon, Sekar Tenghan Pranasmara, Sekarjabimas Sekar Tenghangan dan Pranghan Tenghan. IV: lagu n gerong geding-gende yang dalam hal ini semuanya berbentuk ketawang.  
 
* Surat repena dan  manuhara berisi peribahasa, teka-teki dan roman dalam bahasa santun:
 
Karya Mangkunegara IV antara lain kategori Manuhara dan Rerepen meliputi Manuhara, Pralambang Rara Kenya, Pralambang Kenya Candhala, Jaka Lala, Prayangkara, Prayasmara, Rerepen dan lain-lain.
 
Perspektif
Mangkunegara IV mempunyai pandangan dan hikmah hidup sebagai berikut:  
 
Tentang ajaran
 
Ada empat ajaran pokok dalam Mangkunegara IV  yang meliputi pemujaan badan, pemujaan penciptaan (kalbu), pemujaan jiwa, dan pemujaan pikiran. Menyembah daging berarti menyembah Tuhan dengan mengutamakan aktivitas jasmani atau  lahiriah. Cara bersucinya sama dengan shalat pada umumnya, yakni menggunakan air (wudu). Pelayanan seperti ini biasanya dilakukan lima kali sehari semalam, dengan penuh perhatian, tekun, dan terus-menerus memperhatikan petunjuk seperti bait berikut:
 
"Sembahlah tubuhku / Ahli akhlak manusia / Bersih seperti prasarana jaman dulu / Itu yang biasa lima kali / Aku mau watake wawato"
Pemujaan jasmani yang merupakan bagian pertama dari shalat empat, yaitu perjalanan hidup yang panjang, dilakukan pada masa magang  (calon  atau penjelajah kehidupan spiritual), pada awal pertapaan. kehidupan kehidupan (pemujaan badan puniku pakartining Wong amagang laku). Doa ini didahului dengan bersuci dengan air (sesucine asarana saing warih). Yang paling umum adalah ibadah badan, yang dilakukan lima kali  sehari semalam. Dengan kata lain, waktu melaksanakan shalat ini ditetapkan lima waktu sehari dan kemarin (yang biasanya lima waktu). Sholat lima waktu merupakan sholat wajib yang wajib dilakukan (oleh setiap muslim) dengan memenuhi semua syarat dan rukun (wantu wataking wawaton). Pemujaan terhadap tubuh yang demikian harus dilakukan terus menerus tanpa henti (wantu) sepanjang hidup. \ Sembah Cipta, kadang disebut sembah kalbu, seperti di bawah Pupuh Gambuh 1. dan Pupuh Gambuh 11:
 
"Samengko sembah kalubu / Ye lumintu juga menjadi akta / Akta besar yang menjadi milik korban / tetiking kawuh / merui marag Kang kang"
 
Kalau ciptaan itu mengandung arti gagasan, hawa nafsu, keinginan atau hawa nafsu yang tersimpan di dalam hati, hati artinya hati, maka memuja ciptaan di sini maksudnya memuja hati atau  hati, bukan memuja gagasan atau hawa nafsu. Jika ibadah jasad menekankan pada penggunaan air untuk membasuh segala kotoran dan polusi luar, maka ibadah hati menekankan pada pengendalian nafsu yang dapat menimbulkan berbagai pelanggaran dan dosa (kesucian tanpa air, amung nyyunida hardaning kalbu).
 
Pemujaan terhadap ruh adalah pemujaan kepada Hyang Sukma (Allah) yang mengutamakan peran ruh. Sedangkan pemujaan terhadap ciptaan (kalbu) mengutamakan peran hati, sedangkan pemujaan terhadap ruh lebih halus dan mendalam dengan menggunakan ruh atau al-ruh. Doa ini hendaknya dihayati secara mendalam setiap hari tanpa henti  dan senantiasa dilakukan dengan tekun,

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi

BAGAIMANA ?


sebagaimana terlihat dari ayat berikut:
"Samengko Kang tinatur/Sembahing Katri Kang sayekti katur/Mring Hyang Sukma suksmanen saari-ari/Arahen dipun kecapuk/Sembahing jiwa sutengong"
 
Dalam rangkaian ajaran pemujaan Mangkunegara IV yang telah disebutkan sebelumnya, pemujaan jiwa ini mempunyai tempat yang sangat penting. Inilah yang disebut pepuntoning laku (tujuan utama atau akhir perjalanan suluk). Inilah akhir dari perjalanan kehidupan batin.
 
Cara bersuci tidak dengan beribadah badan dengan air cucian atau mandi, dan tidak beribadah hati dengan menahan hawa nafsu, melainkan waspada (selalu waspada dan mengingat/mengingat akhirat/keadaan kekal), Ilahi. kerajaan Betapa pentingnya dan mendalamnya ibadah rohani terlihat jelas dalam ayat berikut:
"Sayekti lebih diperlukan / Pengingat tingkah laku / Tingkah laku batin / Ingatan jernih dan ingat / Mring mengkhawatirkan lama amota"
 
Berbeda dengan ibadah raga dan ruh, doa ini merupakan tingkat pemula (wong amagang laku) jika dilihat dari jalur suluk, dan doa yang kedua merupakan tingkat lanjutan. Menurut penerapannya, doa pertama menekankan kesucian tubuh melalui penggunaan air, dan doa kedua menekankan kesucian hati dari pengaruh jahat syahwat dan meninggalkannya serta menggantikannya dengan protagonis.
 
Pada doa ketiga, penekanannya adalah mengisi seluruh aspek jiwa dengan mengingat Tuhan dan sekaligus mengosongkannya dari segala sesuatu selain Tuhan. Pujian nampaknya berbeda dengan doa-doa sebelumnya. Hal ini didasari oleh rasa cemas.
 
Doa keempat ini adalah doa hidup menurut Mangkunegara IV, mengetahui hakikat kehidupan di alam semesta. Sedangkan ibadah hati artinya beribadah kepada Tuhan dengan alat batin berupa hati atau hati seperti yang telah disebutkan di atas, ibadah jiwa artinya beribadah kepada Tuhan dengan alat batin berupa jiwa atau pikiran, ibadah batin artinya beribadah kepada Tuhan dengan menggunakan alat batin yaitu hati. jiwa Alat batin yang terakhir adalah alat batin yang terdalam dan paling halus, disebut telenging kalbu (hati terdalam) atau  wosing jiwangga (inti halus jiwa) menurut Mangkunegara IV. Dengan demikian, menurut Mangkunegara IV, tubuh manusia mempunyai tiga  alat batin, yaitu hati, jiwa/roh, dan inti jiwa/roh (telengking kalbu atau wosing jiwanganga), yang menunjukkan tatanan kedalaman dan kehalusan.
 
Melaksanakan salat Rasa tidak lagi memerlukan bimbingan dan arahan guru seperti tiga salat sebelumnya, melainkan harus dilakukan secara mandiri dengan kekuatan batin, sebagaimana diungkapkan Mangkunegara IV dalam syair berikut:
"Semengko ingsun tutur /  lingkang kapi sebagai ganti catur / sembah karasa karasa wosing nadara / do wus tanpa menyalahkan / hanya kasing batolla"
 
Nilai Kearifan Lokal Karya Sastra Mangkunegaran
 
Karya sastra dan seni yang dikembangkan di Puro Mangkunegaran mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai luhur yang penting bagi kehidupan. Nilai-nilai tersebut masih dilestarikan di Puro Mangkunegaran, namun jarang dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
 
Sikap nasionalis bangsa Indonesia ditandai dengan KGPAA Mangkunegara I (1757-1795). Konsep hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara  masih dapat diterapkan hingga saat ini. Konsep melu handarbeni, wajib melu hangrungkepi, mulat sarira hangrasa Wani (rasa memiliki, rasa tanggung jawab, keberanian keras kepala dan memperjuangkan kebenaran). Pemimpin harus merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya (rakyat) serta selalu mawas diri dan berani membela kebenaran. Motto yang kedua merupakan kependekan dari tiji tibeh, Mati Siji Mati bahe, Mukti Siji Mukti bahe yang mempunyai makna janji yang kuat untuk mengutamakan persatuan dalam  melawan musuh sehingga hasil yang dicapai adalah keberhasilan seluruh pendukung.  
 
Serat Wedhatama merupakan kekayaan sastra yang ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV (1809-1881). Wedhatama terdiri dari dua kata wedha (ajaran) dan tama (kebajikan atau kebajikan), sehingga Wedhatama berarti ajaran  keutamaan atau kebaikan. Wedhatama dapat digolongkan sebagai karya moralistik yang dipengaruhi oleh Islam. Serat Wedhatama dianggap sebagai salah satu puncak estetika sastra Jawa abad ke-19 dan mempunyai karakter mistik yang kuat dalam bentuk lagu. Rangkaian lagu macapat ini terdiri dari 100 pupuh (bait)  yang terbagi dalam lima bagian: Pangkur (14 pupuh), Sinom (18 pupuh), Pocung (15 pupuh), Gambuh (35 pupuh) dan Kinanthi (18). huuu). Kandungan Serat Wedhatama adalah falsafah hidup seperti hidup toleran, menjalankan agama secara bijaksana, manusia sempurna dan manusia ksatria.  
 
Karya sastra lain yang mengandung pendidikan karakter ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV (1809-1881) antara lain: Serat Tripama yang memuat gambaran para ksatria sejati yaitu: Sumantri, Kumbakarno dan Adipati Karno. Patung-patung ini konon merupakan kesatria yang berkorban demi tujuan mulia. Serat Tripama memuat tiga contoh yang ditulis dalam bentuk  7 bait lagu Dhandanggula tentang Patih Suwanda (Bambang Sumantri), Kumbakarno dan Suryoputra (Adipati Karno). Bambang Sumantri adalah gubernur Raja Harjunasasrabahu negara bagian Maespati. Ia terkenal karena keberaniannya, mampu menjalankan segala tugas seorang raja dan mati sebagai pahlawan melawan Rahwana. Kumbakarno merupakan adik Rahwana yang berwujud raksasa namun berani melawan Rahwana dan tidak terima dengan perbuatan kakaknya yang menculik Dewi Sinta. Namun, ketika pasukan Rama menyerbu Lanka, dia menanggapi seruan perintah tersebut untuk mempertahankan tanah airnya. Pada akhirnya Kumbakarno gugur membela negara. Adipati Karno merupakan saudara dari para Pandawa, namun ia membantu para Kurawa karena ingin membalas kebaikan para Kurawa yang telah membuatnya menderita. Adipati Karno kemudian tewas dalam duel melawan adiknya Arjuna.
 
Terkait dengan ajaran yang terkandung dalam Serat Wedhatama dan Serat Tripama, terdapat hikmah penting yang dapat dipetik bagi masyarakat Indonesia, yaitu menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan  ksatria. Pada masa KGPAA Mangkunegara VII (1916-1944), pendidikan seni terus rutin dilakukan demi pendidikan  budi pekerti atau akhlak mulia. Perilaku halus dapat dikembangkan melalui kajian dan penghayatan atau pengilhaman seni.
 
Serat Wedhatama: Karya Sastra Jawa yang Mengandung Nilai-Nilai Kehidupan
 
Kebudayaan Jawa mempunyai banyak  karya sastra. Bukan sekedar karya sastra, melainkan sebuah karya yang penuh makna filosofis bagi kehidupan manusia. Salah satunya  Serat Wedhatama.
 
Serat Wedhatama merupakan karya sastra yang ditulis dalam aksara Jawa dan dibaca dalam tembang atau macapati. Wedhatama Fiber diciptakan oleh KGPAA Mangkunegara IV. Menurut KMT Projo Swasono yang merupakan Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, serat tersebut dibuat di Kadipaten Mangkunegaran Surakarta. Serat ini sangat baik karena mengandung banyak pelajaran tentang kehidupan manusia.
 
"Berisi nasehat dan larangan terhadap kehidupan manusia," pungkas KMT Projo Swasono, Abdi Dalem, penanggung jawab pengelolaan Sekolah Macapati di Pendapa Wiyatapraja, Selasa (17/12/2019).
 
KMT Swasono mengatakan, pada  zaman dahulu KGPAA Mangkunegara IV menciptakan Serat Wedhatama untuk mengatur kerabat, abdi dalem, dan rakyat di Mangkunegaran. Bertahun-tahun serat ini tetap dilestarikan dalam budaya  Jawa, mungkin bukan karena nilainya yang semakin kabur, namun masih banyak nilai-nilai penting yang dimilikinya.
 
Lagu-lagu yang awalnya hanya ada dalam bahasa Jawa, membuat beberapa ulama mencoba menerjemahkannya ke dalam bahasa Latin. Diterjemahkan juga ke dalam bahasa Indonesia dengan harapan  masyarakat saat ini, khususnya generasi zaman sekarang, dapat memahami maknanya tanpa terhalang kendala bahasa.
 
Salah satu upaya pemerintah dalam melestarikan nilai Serat Wedhatama adalah dengan menghadirkannya bersama salah satu nilai istimewa yang dihadirkan dalam acara Hamemayu Hayuning Bawono. Pemerintah berupaya melestarikan nilai-nilai tersebut dengan berbagai cara, mulai dari memberikan pembelajaran kepada masyarakat dan membuktikannya.  "Tujuan pemerintah adalah menyampaikan ajaran para pendahulu kita. Setelah dibaca, barulah menerima dan melaksanakan nasehat tersebut," ujarnya.
 

DAFTAR PUSTAKA

(Sariyatun, 2017) Reaktualisasi Ajaran Kepemimpinan dalam Serat Wedhatama Sariyatun

Prosiding Seminar Pendidikan Nasional Pemanfaatan Smartphone untuk Literasi Produktif...
 
(Pujiartati & Sariyatun, 2017) Dekonstruksi Nilai-Nilai Etika dan Moral dalam Serat Wedhatama sebagai Media Pembelajaran SejarahPujiartati R, Sariyatun
 
(Pujiartati et al., 2017) Pembelajaran Sejarah Berbasis Nilai-Nilai Serat Wedhatama untuk Menumbuhkan Etika dan Moral Siswa Pujiartati R, Joebagio H, Sariyatun SYupa: Historical Studies Journal (2017)

(ALIFATUR R, 2016) Politik Efisiensi Anggaran Mangkunegara Vi Tahun 1911 -- 1915 ALIFATUR R AAvatara (2016) 5(1)

(Putro et al., 2019)Religion Caste Inside Sembah Catur on Serat Wedhatama, Pupuh Gambuh made by KGPAA Mangkunegara IVPutro R, Rohmadi M,
[...]
 Saddhono K(2019)

(Priyatiningsih & Isnawati, 2019) Local Wisdom Value in Javanese Cultural in "Serat Tripama" by KGPAA Mangkunegara IVPriyatiningsih N, Isnawati L(2019)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun