Mohon tunggu...
Cantika DwiKristina
Cantika DwiKristina Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menyukai musik dan cerita fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keinginan Kecil Seorang Perempuan Berhati Mulia

14 Juli 2023   17:36 Diperbarui: 14 Juli 2023   17:46 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompas.id/baca/dikbud/2020/11/06/ni-pollok-perempuan-bali-cahaya-le-mayeurInput sumber gambar 

Kehadiran seorang anak bagi seorang wanita adalah momen yang sangat penting dan bisa menjadi pengalaman yang berarti dalam hidupnya. Setiap wanita memiliki pendekatan yang berbeda terhadap menjadi seorang ibu, tetapi umumnya kehadiran seorang anak membawa perubahan besar dalam kehidupan seorang wanita, seperti kisah dari seorang penari legong yang bernama Ni Pollok. Cerita Ni Pollok adalah sebuah kisah kehidupan seorang perempuan dari desa yang menikah dengan seorang pelukis dari Belgia. Dulu hidup Ni Pollok sangatlah serba kekurangan sebelum bertemu dengan pelukis tersebut, kehidupan Ni Pollok sangat berkecukupan dan sederhana. Ni Pollok juga dikenal sebagai penari legong yang memiliki paras cantik.

Lalu tahun 1932 seorang pelukis dari Belgia datang ke Bali karena terpesona dengan Keindahan pulau Bali. Pelukis itu bernama Tuan Andrean Jean Le Mayeur de Mepres, yang tiba di Pelabuhan Buleleng dengan menumpang sebuah kapal laut dan langsung menuju Denpasar. Dari sinilah awal mula bertemunya Le Mayeur dengan Ni Pollok, saat Pollok menari legong pada suatu pesta di kampung Tonja. Mulai saat itu juga Le Mayeur ingin menjadikan Ni Pollok sebagai model lukisannya. Menurut Ni Pollok, Tuan Le Mayeur adalah pria yang pekerja keras dan tidak ingin membuang-buang waktunya dalam pekerjaan. Ni Pollok yang tidak memakai kebaya ataupun memakai kutang sudah terbiasa karena pada saat itu tidak ada pria yang jahat atau mengganggu wanita-wanita yang tidak memakai kebaya ataupun kutang, sebab pakaian perempuan Bali pada masa itu memanglah hanya memakai kamben dan selendang dengan atasan yang terbuka dan ada juga yang tertutup.

Selain menjadi modelnya, Le Mayeur juga mengajarkan menulis pada Ni Pollok, ia bersemangat belajar walaupun hanya menggunakan batang kayu kecil dan juga pasir pantai. Le Mayeur dengan sabar mengari Ni Pollok tentang angka-angka mulai dan juga alfabet. Ni Pollok selalu mengulangi ajaran Le mayeur hingga di rumah pun ia tetap belajar walaupun hanya menggunakan hayalannya saja di udara. Karena semangatnya untuk belajar Ni Pollok akahirnya bisa menulis dan juga membaca. Karena kebersamaan Ni Pollok dengan Le Mayeur menimbulkan perasaan cinta namun belum di sadari oleh Ni Pollok. Ni Pollok sempat memiliki seorang kekasih tetapi mereka mengakhiri hubungan mereka, ia tidak tau perasaan yang ia rasakan saat itu untuk siapa. Seiring berjalannya waktu, tuan Le Mayeur ini ingin menikahi Ni Pollok dan melakukan tradisi pernikahan sesuai adat Bali dan tanpa sepengetahuan ibu dari Ni Pollok lantaran mereka takut pernikahannya tidak di setujui. Pernikahan adat Bali sangatlah kental tradisinya yang pastinya mengikat seorang laki-laki dan perempuan secara lahir dan batin dan juga ada kesepatan antara dua belah pihak. Semenjak pernikahan itu, Ni Nyoman Pollok bisa dipanggil sebagai Madame Le Mayeur.

Tahun terus berganti, muncullah keinginan Ni Pollok untuk memiliki seorang anak, tetapi berbanding terbalik dari suaminya yang tidak ingin memiliki seorang anak dengan alasan hal itu bisa merusak tubuhnya, betapa sakit yang dirasakan Ni Pollok saat mendengar pernyataan suaminya. Ada perasaan kecewa yang ia rasakan tapi mau bagaimana lagi Ni Pollok hanya bisa menurutinya saja. Ni Pollok ingin merasakan seorang anak kecil yang bermain di pangkuannya, menyusui dan suara tangisan anal kecil, karena seorang anak itu adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada seorang perempuan untuk dikandungnya selama 9 bulan. Perempuan mana yang tidak menginginkan kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarga? Tubuh yang cantik bukanlah suatu hal yang membuat perempuan Bali menjadikan itu sebagai suatu obsesi, menjadi seorang ibu merupakan keinginan setiap perempuan setelah menikah sebab seorang anak akan menjadi generasi penerusnya. Kehadiran seorang anak di tengah keluarga bukanlah suatu beban yang berat tetapi itu adalah suatu anugrah untuk melengkapi sebuah keluarga. Kehadiran anak juga dapat mempengaruhi hubungan dan dinamika dalam sebuah keluarga. Meskipun ada tantangan yang melekat, banyak wanita yang merasa bahwa kehadiran seorang anak memberikan makna yang mendalam dalam hidup mereka. Mereka mengalami kebahagiaan, kecintaan, dan ikatan emosional yang kuat dengan anak-anak mereka. Selain itu, memiliki anak juga dapat memberikan wanita pengalaman pertumbuhan pribadi yang tak ternilai, serta kesempatan untuk membentuk generasi mendatang.

Waktu terus berlalu, Ni Pollok memulai hidupnya yang baru walaupun seorang diri dan membuka Art-shop yang diberi nama Pollok's Art Shop dan ternyata semua itu berjalan dengan lancar. Ia bertemu dengan lelaki dari Italia yang bernama Alliney dan memutuskan untuk menikah dengannya. Namun pernikahannya tidak sesuai harapannya karena di pernikahan keduanya ini Ni Pollok juga tidak memiliki anak. Hingga suatu hari Alliney harus kembali ke Italia dan meninggalkan Ni Pollok sendirian. Ni Pollok kembali merasakan kesendirian lagi tanpa adanya suami dan seorang anak yang menemani.

Tidak ada rasa benci yang Ni Pollok rasakan kepada kedua suaminya, ia sangat mencintai kedua lelaki yang pernah singgah di hidupnya itu, pertemuannya dengan suami keduanya Federico Alliney diibaratkan sapuan Pelangi di balik hujan. Kini Ni Pollok lebih suka merawat dirinya kesalon agar wajahnya tetap segar karena kebiasaannya dan banyak turis-turis yang datang tidak percaya dengan usianya. Walau terkadang ada perasaan sedih yang ia rasakan tak membuatnya larut dalam kesedihan yang mendalam. Kesedihan yang dirasakan Ni Pollok hanya bisa dirasakan oleh dirinya sendiri karena kesepian yang ia rasakan tanpa tawa dan tangis seorang anak, yang mana sebagai seorang perempuan dari Bali memiliki seorang anak adalah salah satu keinginan yang sangat sederhana namun makna yang dirasakan sangatlah istimewa. Bagi banyak wanita, menjadi seorang ibu memberikan kebahagiaan dan kepuasan yang mendalam. Mereka merasakan ikatan yang kuat dengan anak mereka sejak saat kelahiran dan merasa memiliki tanggung jawab yang besar dalam membesarkan dan melindungi mereka. Ibu biasanya merasa bangga dan penuh cinta saat melihat perkembangan dan prestasi anak-anak mereka.

Begitulah kisah hidup seorang wanita yang rela memendam keinginannya demi kasih sayang yang ia rasakan kepada suaminya. Ialah Ni Pollok penari Legong dan sekaligus model lukisan suaminya, wanita yang mendedikasikan hidupnya pada seni. Bagi sebagian wanita, kehadiran anak mungkin menjadi impian dan keinginan terbesar dalam hidup mereka, sedangkan yang lain mungkin memilih untuk tidak memiliki anak atau menghadapi kesulitan dalam konsepsi. Keputusan ini adalah hak setiap individu dan harus dihormati. 

https://dunialukisan-javadesindo.blogspot.com/2017/10/kisah-haru-pernikahan-le-mayeur-dan-ni.htmlInput sumber gambar
https://dunialukisan-javadesindo.blogspot.com/2017/10/kisah-haru-pernikahan-le-mayeur-dan-ni.htmlInput sumber gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun