Hingga di era pandemi ini sudah sangat sedikit pemuda Indonesia yang tahu tentang sejarah Sumpah Pemuda di zaman perjuangan dahulu. Anak-anak muda sekarang justru lebih mengingat akan ikrar cinta dan sumpah setia untuk pasangan ketimbang sejarah kepemudaan.
Mengapa pemuda bisa lupa dengan gegap gempita sejarah heroik kaumnya sendiri? Mungkin banyak faktor yang mempengaruhi melunturnya jiwa patriotisme pemuda saat ini, terutama hilangnya rasa bangga terhadap sejarah perjuangan bangsa.
Indikator pemuda zaman now telah melupakan janji setia pemuda untuk Indonesia dapat dilihat dari rasa nasionalisme kebangsaannya. Konkritnya, pemuda tidak lagi memiliki semangat memperingati hari sumpah pemuda dengan khidmat. Bahkan tidak ada perayaan sama sekali.
Ini menandakan jika ikrar sumpah pemuda tidak lagi menjadi alat untuk merajut persatuan dan kesatuan bangsa dalam konteks budaya, semangat, dan jiwa nasionalisme. Meski secara tekstual ikrar sumpah pemuda tidak hilang dari catatan sejarahnya, setidaknya untuk saat ini.
Sumpah Pemuda memang telah usang. Kelahirannya sudah mendekati satu abad usia (1928-2021). Konon seusia itu sumpah pemuda hanya menjadi catatan kosong tanpa makna dalam kehidupan pemuda itu sendiri. Jiwa sumpah pemuda telah dibegal dengan kebijakan modern ala kebarat-baratan yang penuh dengan perilaku feodalisme dan rasisme.
Ikrar sumpah pemuda tidak lagi cocok dengan era milenial yang jiwa raganya telah dirampok oleh bangsa lain secara tidak sadar. Bahkan negara pun mendukung asing untuk menelanjangi pemuda Indonesia untuk melepaskan baju sendiri.
Jangankan sumpah pemuda yang miliki kesakralan untuk persatuan dan kesatuan budaya dan rasa, Pancasila saja masih banyak pemuda yang belum tahu apa maknanya. Padahal pilar kuat bangsa Indonesia ada pada Pancasila.
Kondisi ini sejatinya mengkuatirkan kita semua. Manakala alat perjuangan mulai dilupakan oleh anak bangsa, maka ini berarti setengah dari hasil perjuangan itu bukan lagi milik kita. Tetapi telah dirampas oleh bangsa lain.
Sumpah Pemuda adalah alat perjuangan yang lebih dahsyat dari mesin tempur sekalipun. Tak mudah merajut kesatuan ditengah perbedaan walaupun hanya dengan tiga kalimat tersebut. Tetapi nyatanya pemuda Indonesia rela melepas ego kesukuan demi melahirkan bangsa besar bernama Indonesia.
Nah, jika hari ini gelora sumpah pemuda tidak lagi membara dalam dada pemuda, maka berarti tidak ada lagi penghormatan terhadap perjuangan pemuda Indonesia. Apakah ini tidak menyedihkan?
Konon Pemuda era digital menganggap tidak penting lagi perjuangan tekstual yang bisu tanpa aksi nyata. Mereka lebih tertarik untuk menggadaikan nilai-nilai kebangsaan, yang penting bisa menikmati sendiri kemajuan tanpa perlu bersusah payah. Daya juang mereka surut bagai keinginan penjajah.
Negara perlu hadir untuk merefleksikan kembali Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari. Mendorong agar kecintaan pemuda terhadap tanah air lebih awet dan terpatri secara mendalam dalam sanubari. Pemuda bisa menjadi garda terdepan untuk kemajuan tanpa perlu menghilangkan identitas kebangsaan Indonesia yang bersatu, berdaulat, dan penuh toleransi.
Pemuda memiliki arti penting dalam peranannya untuk merawat dan meneruskan cita-cita bangsa. Tanpa pemuda, negara manapun tak akan mampu meraih kemajuan. Sebab setiap orang pasti melalui masa muda.
Oleh karena itu dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw pernah berkata, "... gunakan masa mudamu sebelum masa tua".
Sehingga dalam kitab Al-Quran pun Allah mengisahkan bagaimana perjuangan tujuh orang anak muda dalam surat Al Kahfi untuk mempertahankan apa yang mereka yakini sebagai kebenaran. Hingga harus mengasingkan diri dari raja yang zalim.
Begitulah hendaknya pemuda, berdiri kokoh disamping penguasa untuk menebarkan kebenaran, menyeru kepada kebaikan, kebersamaan, keadilan, kemajuan, dan cita-cita besar pendiri bangsa terdahulu.
Tidak seperti hari-hari belakangan, ruang media sosial dipenuhi oleh anak-anak muda yang kasar, penuh caci maki, dan ikon pornografi/pornoaksi. Walaupun tidak semuanya, namun cerminan pemuda sekarang tidak lagi seperti saat sumpah pemuda itu dikumandangkan. Mungkinkah Sumpah Pemuda mulai dilakukan? (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H