Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Radikalisme di Balik Harmoni Ekosistem

22 Agustus 2021   20:23 Diperbarui: 22 Agustus 2021   20:38 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Javier Virues-Ortega/Unsplash

Manusia jika mau jujur, semuanya terlibat atau setidaknya menyetujui atau mengambil manfaat dari kegiatan radikalisme secara mikro. Sapi, kambing dan ayam selalu menjadi obyek "kekejaman" manusia. 

Mereka disembelih tanpa belas kasihan demi memuaskan rasa lapar manusia. 

Sama persis dengan katak dan ular di atas.

Jika peristiwa penyembelihan atau pembunuhan hewan tersebut dipotret, apalagi dengan memperlihatkan belati yang berlumuran darah, lalu hasil gambarnya diberi caption: Sosok radikal, intoleran dan barbar, tentu semua umat manusia dianggap terlibat dalam kegiatan radikalisme. 

Sebab, yang bukan pelaku penyembelihan, minimal menjadi pembeli dagingnya. 

Jika tidak, menjadi penikmat kuliner yang menggunakan daging hewan-hewan tersebut.

Tapi faktanya, tidak ada foto seperti itu yang diberi caption radikal. 

Sebab semuanya ikut menikmati atau mengambil manfaat. Karena ia dianggap sebagai kegiatan normal dalam kehidupan manusia. Jika tidak ada yang melakukan "kekejaman" itu, tidak ada daging di pasar, dan tidak ada kuliner dengan bahan daging. 

Pada akhirnya manusia kekurangan gizi. Manusia bisa punah karenanya. Keserasian makro rusak.

Jadi, biang kerok perdebatan soal radikal atau bukan, terpulang pada cara pandang. Bukan pada hakikat obyeknya. 

Jika kita memotret peristiwa secara mikro, akan tampak sebagai radikal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun