Nama Taliban di Afghanistan sebagai sebuah kekuatan dahsyat yang tak pernah menyerah melawan imperialis barat yang diwakili Amerika serikat kembali mencuat menjadi pembicaraan global.
Bagaimana tidak? Pasalnya Amerika Serikat yang pernah sumringah berjanji untuk menumpas Taliban hingga ke-akar-akarnya justru harus lari luntang lantang dengan kepala tertunduk meninggalkan Afghanistan.
Secara fakta Amerika Serikat (AS) telah menghentikan misinya di Afghanistan pada akhir Juli 2021, dan secara resmi nanti pada 11 September mendatang (ultah jatuhnya Tower WTC).
Kegagalan AS menguasai Afghanistan secara total padahal sudah lebih dari 20 tahun melakukan invasi, membuktikan bahwa kekuatan superpower pasukan AS tidak mampu melumpuhkan pasukan Taliban yang sebenarnya tidak apa-apa dibanding serdadu-serdadu AS plus peralatan perang super canggih yang dimilikinya.
Karena itu pula menyebabkan AS terpaksa keluar Afghanistan dengan kepala tertunduk dan menyerah.
Seiring dengan keluarnya AS dari Afghan, Taliban pun kembali muncul sebagai sebuah kekuatan besar sebagaimana saat awal Taliban berkembang dan berkuasa sebelum kemudian dihancurkan oleh Barat.
Taliban kembali pada khitahnya. Taliban dianggap sebagai kekuatan besar yang paling siap untuk menata kembali dan mengendalikan Afghanistan dari kekacauan yang diwarisi oleh AS dan Uni Soviet.
Satu demi satu desa dan wilayah (kota) berhasil direbut kembali oleh Taliban dari pemerintah boneka bentukan negara kolonial, imperialis yang melakukan invasi.
Pemerintah boneka yang telah mencengkeram Afganistan selama dua dekade kini cerai berai setelah sang induk pergi, kembali menjadi kerangka tanpa daya. Seolah memasrahkan diri pada Taliban yang dinantikan.
Taliban semakin solid dan mantap, mereka memiliki dukungan luas dari rakyat Afghanistan. Taliban hanya dimusuhi oleh AS dan sekutunya. Karena itu propaganda kebencian dilancarkan hingga dunia pun "memusuhi" Taliban.