Menarik mencermati secara seksama artikel kritik model "curhatan" Engkong FT pada laman Kompasiana miliknya pagi ini.
Tulisannya pun baru saja dirilis, tentu masih segar dan hangat.
Narasi yang dijelaskan mengalir begitu saja, ini menandakan bahwa tulisan ini bukan ilusi yang saat ditulis perlu dihayalkan terlebih dulu apa isinya.
Artikel Engkong FT berasa natural, orisinil, dan layak HL (admin K setuju). Sebab itu saya beri beliau apresiasi 5 bintang.
Poin penting yang tersampaikan pada "curhatan" FT itu sebenarnya tertuju pada kekuatiran beliau pada situasi terakhir-terakhir ini terkait dengan keberadaan rumah besar Kompasiana yang katanya "rumah kita sendiri."
Apa yang dikuatirkan tersebut menurut saya sangat tepat dan kadar kritikan yang proporsional dan profesional.
Saya bisa memahami kerisauan beliau, termasuk saya (meskipun tidak tergolong penulis aktif dan bukan penulis kunci di ruang K), mungkin juga Kompasianer lainnya bahwa Kompasiana kini seakan berada di ruang remang-remang.
Kompasiana terlihat seperti tidak lagi memiliki "nama besar" dan kehilangan arah positioning di antara belantara platform yang sama di tanah air.
Artikel-artikel yang ditayangkan lebih banyak berisikan peran "guru digital" (benar kata Engkong istilah politrik) sangat mendominasi di laman utama Kompasiana (otomatis HL).
Tidak salah sih sepanjang ada target market nya.