Namun itulah yang justru mendapat sorotan dari Engkong FT, menurut nya gejala tersebut telah membuat artikel-artikel berbau politik kehilangan tempat di Kompasiana.
Padahal media tanpa mengulas isu-isu penting politik rasanya sangat hambar, tidak bergairah, dan hanya cocok jadi media hiburan belaka atau media usia anak-anak dan remaja.
Pengetahuan politik itu penting artinya bagi kehidupan demokrasi sebuah bangsa seperti halnya Indonesia.
Politik itu bukan perbuatan jahat dan tidak berguna. Meski dalam kenyataannya para politikus cenderung kontraproduktif.
Tetapi itu karena ketidaksolehan individu dan aktornya dalam berpolitik. Bukan politik yang salah.
Nah disinilah peran Kompasianer yang memiliki passion sebagai penulis segmen politik mengkreasikan pengetahuan, masukan, dan kekuatan pemikiran mereka untuk meluruskan setiap fenomena politik yang tergerus nilai-nilai kebangsaan.
Konon kehidupan rakyat di sebuah negara sangat dipengaruhi oleh bagaimana sistim politik di negara tersebut dijalankan.
Oleh karena kita tidak bisa memisahkan diri dengan hal-hal yang berbau politik. Termasuk media harus memberikan ruang yang cukup dan keterlibatannya dalam penguatan pilar demokrasi dan mengedukasi publik.
Media tidak bisa menutup diri melihat fenomena politik di sekeliling yang kian tidak karuan tanpa berinisiatif mengambil peran perbaikan.
Bisa jadi Kompasiana bukan lah media massa yang tergolong dalam listing dewan pers. Kompasiana hanya sebuah platform komunitas model jurnalisme warga.
Tetapi tetap saja "mencabut" artikel-artikel politik dari laman utama dan membuangnya ke laci meja redaksi (admin/moderator) yang paling bawah adalah sebuah sikap yang tidak profesional.