Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Seni Mendidik Remaja: Tidak Berlebihan dalam Menasihati

15 Agustus 2021   14:59 Diperbarui: 19 Agustus 2021   17:12 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menasihati anak | Sumber: unsplash

"Usia remaja adalah masa transisi di mana ia telah berubah dari masa anak-anak. Orang tua perlu lebih peka dalam mendidiknya".  

Segala sesuatu akan indah jika dilakukan sesuai dengan kadarnya. Demikian juga dalam menasihati anak.

Hendaknya orang tua memberikan mereka nasihat tidak berlebihan, karena anak bisa merasa bosan atau bahkan menolak nasihat kita.

Terkadang orang tua begitu sayang pada anak, takut anaknya melakukan hal-hal buruk, sehingga mereka berlebihan menasihati anak-anak.

Orang tua harus bijaksana dalam menasihati, sebab jika tidak, bukan malah bertambah baik tetapi ramaja semakin menjauh.

Salah satu kebijaksanaan dalam menasihati yaitu pesan yang disampaikan tidak terlalu panjang. Cukup ringkas dan tidak menekan secara psikologis.

Kalimat yang kita gunakan pun pilih yang sederhana, mudah dipahami dan meresap kedalam relung hati.

Nasihat yang efektif bukan hanya bisa ditangkap dalam pikirannya tapi juga terpatri dalam kalbu mereka.

Sehingga terbangun sebuah kesadaran yang kuat muncul dari dalam diri mereka karena yang kita sentuh (aktifkan) adalah kesadaran jiwanya (alam bawah sadar).

Kita perlu hindari model komunikasi buruk dengan kata-kata kasar, keras, dan menjadikan nasihat berubah seperti situasi di bilik interogasi.

Remaja akan merasa terintimidasi dan bosan bila dihadapkan pada situasi yang tidak nyaman bagi mereka.

Di sini peran penting yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah bertindaklah bagai seorang motivator atau konselor bagi anak-anak remaja kita.

Berikan kata-kata berenergi positif dan powerfull setiap kali menasihati mereka layaknya seorang jenderal yang sedang membimbing komandan lapangan.

Tidak perlu gunakan pendekatan emosi yang tidak jelas, membentak, melainkan atur suasana komunikasi jadi lebih hangat serta komunikatif.

Orang tua ketika memberi nasihat sekali-kali tidak memandang diri sebagai penguasa mutlak atas anak.

Bagaimana pun anak-anak adalah titipan Tuhan yang kita sendiri tidak memiliki hak apapun selain tanggung jawab terhadap masa depan mereka.

Tuhan meminta kita untuk mengenalkan mereka kepada Tuhan yang telah menciptakannya, mendidik mereka dengan agama, dan menanamkan akhlak yang mulia.

Karena itu, orang tua harus menjadi panutan atau tauladan yang baik pula bagi mereka, sehingga anak-anak akan meniru akhlak orang yang mendidik dan membesarkan mereka.

Terlebih dengan kehidupan zaman sekarang. Orang tua dituntut untuk berbesar hati dan membuka diri dengan hal-hal baru.

Zaman di mana perkembangan teknologi kian pesat dan memengaruhi kehidupan manusia di segala lini termasuk berdampak terhadap pola hubungan remaja dan orang tua.

Nah, orang tua dituntut untuk mampu menyambungkan antara kemajuan zaman dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam nasihat remaja.

Perlu diketahui, remaja merupakan fase/usia dimana mereka memiliki keingintahuan yang kuat untuk mencari jati diri dan diakui (eksistensi).

Ini perlu diperhatikan dengan seksama oleh orang tua ketika akan menasehati mereka.

Rangkailah kalimat-kalimat verbal kita secara proporsional selaras dengan tujuan yang ingin dicapai dari sebuah nasihat.

Jangan paksa diri untuk menjatuhkan mereka melalui kata-kata kita yang tidak perlu. Sehingga usai dinasihati, remaja akan memberi hasil dan dampak positif sebagaimana diharapkan.

Selain itu orang tua perlu memiliki kepekaan yang tinggi untuk melihat suasana hati anak sebelum memberikan nasihat dilakukan.

Sejujurnya, bagi seorang remaja, mendengarkan nasihat merupakan sesuatu yang membosankan.

Fakta ini telah diakui oleh kebanyakan orang tua. Bahkan di dalam konsep parenting pun diajarkan agar tidak terlalu sering memberi nasihat kepada anak-anak karena menimbulkan kebosanan.

Konon, lebih baik jika nasihat itu disampaikan tidak melulu secara verbal, namun dikombinasikan dengan bentuk komunikasi lainnya seperti sikap.

Bahkan orang bijak pernah berkata, "nasihat yang baik adalah tingkah laku yang baik."

"Nasihat adalah mengajak orang lain untuk melaksanakan sesuatu yang mengandung kemaslahatan dan melarang mengerjakan sesuatu yang mengandung kerusakan," Abu Bakr Abdul Qahir ibnu Abdur-Rahman al-Jurjan.

Itu artinya dalam menyampaikan sebuah nasihat kepada remaja memerlukan strategi dan beragam pendekatan.

Orang tua perlu dan penting untuk menyelami suasana hati (suasana batin) remaja sebelum memberi nasihat.

Ibaratnya perlu melakukan cek ombak terlebih dahulu sebelum berlayar agar selamat sampai tujuan.

Dalam konteks memberi nasihat kepada remaja, ada sebuah model atau teknik yang sering dipraktikkan oleh Rasulullah SAW ketika beliau menasihati sahabat-sahabatnya.

Rasulullah SAW ketika memberi nasihat kepada para sahabat dengan singkat dan tidak dilakukan setiap saat. Melainkan pada waktu tertentu.

Rasulullah mengkuatirkan sahabat-sahabatnya tersebut akan timbul rasa bosan dalam menerima nasihat.

Ilustrasi menasihati anak | Sumber: unsplash
Ilustrasi menasihati anak | Sumber: unsplash

Simpulan

Jadi orang tua perlu memiliki seni dalam memberi nasihat kepada remaja. Pastinya diawali dengan niat ikhlas kepada Allah bahwa apa yang kita lakukan semata-mata karena kehendak-Nya.

Kemudian pandanglah anak pada posisi setara dengan kita artinya sama-sama makhluk Allah dan kita tidak memiliki hak mutlak apapun atas diri orang lain.

Selanjutnya, nasihat tidak harus menggurui dan mengajari tetapi mari belajar bersama, memperbaiki diri bersama-sama, dan kita adalah Khalifah di muka bumi.

Terakhir, pilihlah cara yang tepat atau strategi yang jitu dalam memberi nasihat. Milik ilmu dalam mempengaruhi pikiran remaja agar mereka tidak berubah menjadi berontak atau "melawan arus".

Penutup, menasihati tidak sama dengan mencela. Jaga aib mereka sekecil apapun dan tutup rapat-rapat kekurangan dan kelemahan mereka dihadapan keluarga, teman, dan siapapun yang buat mereka malu. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun