Meski namanya 'Usaha Rumahan,' tetapi bukan berarti "Murahan." Bahkan jika mendapatkan ide bisnis yang tepat, omsetnya bisa melesat, meroket (meminjam istilah Pak Jokowi), sekelas hotel bintang lima.
Bukan mustahil loh! Asalkan usaha yang dijalankan itu bukan usaha asal-asalan apalagi ogah-ogahan. Jalankan dengan serius.
Kita bisa bercermin pada banyak entrepreneurs muda kreatif yang sukses membangun busines start-up dengan memulainya dari rumah.
Contoh konkrit ada perusahaan media sosial terbesar dunia saat ini yaitu Facebook. Konon bermula dari rumah.
Nah jadi usaha rumahan itu jangan dianggap receh, justru menjadi start awal yang powerful menuju puncak kesuksesan sebagai pengusaha gedongan.
Ada contoh lain sebagai succses story bisnis rumahan, misalnya berjualan pulsa/internet, berjualan cemilan, membuka jasa laundry kiloan, membuka jasa jahit pakaian atau sprei, jasa cuci motor, rental PlayStation/games, jasa fotografi/video editing, jasa servis, tata rias, katering, reseller, dropship, dan 101 jenis lainnya.
Semua jenis usaha yang kami sebutkan itu, semuanya ramai dilakukan di rumah.
Menarik bukan?
Tentu! Usaha rumahan memang sangat menjanjikan apalagi dengan dukungan teknologi informasi dan digitalisasi sekarang ini, semua yang sebelumnya sulit dilakukan kini semakin gampang.
Soal modal itu bukanlah perkara rumit, jika ada ide bisnis yang prospek, dukungan keluarga dan orang-orang dekat pasti mengalir.
Bicara soal ide bisnis, justru itulah masalah utamanya. Anda tahu? Banyak orang yang memiliki uang banyak disekitar kita yang ingin uang produktif namun mereka miskin ide bisnis.
Nah mereka itu bisa menjadi sasaran investor atau pemodal usaha rumahan kamu.
Jadi mendapatkan ide bisnis rumahan yang menjanjikan itulah yang sebenarnya menjadi tantangan Entrepreneurs Milenial untuk memulai usaha.
Mengantisipasi kesulitan tersebut, kami bisa menyarankan agar Anda sering-sering untuk melihat/mempelajari fenomena masyarakat saat ini atau dimana bisnis akan dijalankan.
Apa yang harus diperhatikan?
Perhatikanlah apa masalah-masalah yang dihadapi oleh mereka. Catat sebanyak mungkin temuan Anda di lapangan untuk diolah nantinya.
Untuk memecahkan masalah tadi kira-kira solusi apa yang hendak ditawarkan.
Perlu dicatat bahwa bisnis itu adalah memberi solusi. Menjawab masalah yang dihadapi oleh masyarakat dengan menciptakan produk atau jasa.
Kalau hal itu sudah diidentifikasi maka ide bisnis yang tepat sudah Anda temukan. Selanjutnya tinggal menganalisa bagaimana tingkat peluang pasarnya.
Business Model Canvas
Sekarang ini ada alat yang lebih simpel untuk menciptakan bisnis dan memotret ide bisnis yaitu dengan menggunakan Model Business Canvas (BMC).
Dengan menggambarkan bisnis melalui BMC Anda akan melihat bagaimana ide bisnis Anda bekerja dan memberikan hasil.
BMC memungkinkan Anda untuk merancang sebuah bisnis yang bekerja secara mekanik mulai dari bagaimana menciptakan nilai (nilai) yang dibutuhkan pasar hingga model bisnis yang dijalankan.
Kata kunci keberhasilan sebuah bisnis yaitu memiliki nilai yang unik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar.
Makanya ide bisnis yang ditemukan harus berada dalam koridor tersebut. Jika itu sudah dapat, maka selanjutnya tinggal bagaimana mengekspresikan menjadi realita.
Mungkin sebagian pembaca di sini sudah sangat familiar dengan Business Model Canvas yang memang saat ini sudah banyak digunakan oleh industri dan diajarkan pada perguruan tinggi dan dalam pelatihan-pelatihan bisnis.
Namun sekedar untuk me-refresh penulis bagi informasi kembali tentang konsep BMC.
BMC adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk membantu business owner untuk menjelaskan, menilai, memvisualisasikan, serta mengubah model bisnis sehingga kinerja yang dihasilkan oleh start up lebih maksimal.
Sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai.
Business Model Canvas ini sendiri bisa diterapkan oleh semua jenis bisnis start up tanpa terbatas sektor usaha.
Elemen Business Model Canvas
Terdapat 9 elemen dalam Business Model Canvas yang perlu dipelajari oleh tim agar dapat melihat bisnisnya lebih dekat sekalipun belum beroperasi.
Elemen tersebut sesuai urutan 1-9 di bawah ini yaitu: costumer segments (segmen pasar), value proposition (proposisi nilai konsumen), channels (saluran), revenue stream (aliran pendapatan), key resource (sumberdaya utama), costumer relationship (hubungan pelanggan), key activities (aktivitas utama), key partnership (kerjasama/kemitraan), dan cost structure (struktur biaya).
- Customer segments menggambarkan suatu organisasi yang melayani satu atau beberapa segmen pelanggan. Bisnis yang menguntungkan adalah bisnis yang ramai pelanggannya.
- Value proposition disini entrepreneurs mencoba memecahkan masalah yang dihadapi pelanggan/calon pelanggan dan memuaskan kebutuhan mereka melalui proposisi nilai yang diciptakan.
- Channels: proposisi nilai tadi sampai ke pelanggan melalui komunikasi, distribusi, dan saluran penjualan.
- Costumer relationship atau hubungan pelanggan ditetapkan dan dikelola bersama masing-masing segmen pelanggan. Bagaimana membangun dan menjaga hubungan dengan pelanggan dalam jangka panjang.
- Revenue stream merupakan arus pendapatan. Para entrepreneurs usaha rumahan harus mampu melihat dan menjelaskan bagaimana arus pendapatan dihasilkan dari proposisi nilai yang dengan sukses ditawarkan kepada pelanggan. Lalu;
- Key resource; sumberdaya utama adalah aset+aset yang diperlukan untuk menawarkan dan memberikan semua elemen yang telah kami jelaskan sebelumnya.
- Key activities yaitu menggambarkan aktivitas utama yang dilakukan oleh organisasi untuk menghasilkan nilai dan seluruh aktivitas kunci lainnya dalam bisnis yang akan dijalankan. Agar bisnis bisa sukses dengan baik. Perlu dibangun kemitraan.
- Key partnership disini mengidentifikasi beberapa aktivitas di outsource dan beberapa sumber daya diperoleh dari luar perusahaan. Blok atau elemen terakhir dari BMC yaitu:
- Cost structure atau struktur biaya. Elemen-elemen model bisnis berpengaruh pada struktur biaya keseluruhan. Seorang entrepreneurs mesti mampu mengidentifikasi biaya-biaya yang akan dikeluarkan dalam mengoperasikan bisnis. Hitunglah dengan cermat pos biaya mana yang masuk dalam variabel cost dan fixed cost karena elemen ini sangat mempengaruhi potensi laba (profit) yang direncanakan untuk diperoleh.
Semoga bermanfaat! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H