Mungkin bagi sebagian junior yang merasa takut akan langsung melaksanakannya tanpa tedeng aling-aling. Manut tanpa nuntut apapun.
Saking takutnya, sampai-sampai tugas pokok sendiri ditinggalkan demi memenuhi keinginan senior yang tidak peduli pada beban tugas junior nya.
Lalu bagaimana menyikapi ambisi senior seperti itu?
Langkah pertama dan terpenting yaitu memahami situasi dan kondisi diri saat itu. Apakah kita dalam keadaan free atau keteteran dengan beban tugas sendiri.
Sehingga ada dua kemungkinan pilihan sikap yang dapat dipertimbangkan untuk merespons keinginan senior tadi agar adanya win-win solution.
Sikap pertama adalah menerima keinginan senior untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dia oleh kita (baca: junior).
Sikap ini tentu sangat menyenangkan senior apalagi jika senior yang malas bekerja, tidak bisa bekerja, dengan sejuta alasan.
Sebab di jaman sekarang banyak senior yang beralasan gagap teknologi sehingga menjadi hambatan dalam menyelesaikan pekerjaan nya.
Apalagi jika senior di kantor itu tergolong generasi x atau kelahiran 80-an kebawah. Seperti di lingkungan kantor pemerintah banyak PNS yang sudah berusia mature sedang beban kerja tidak memperhatikan faktor usia.
Begitu pula di sekolah-sekolah banyak guru-guru senior yang lebih sering mengelak pekerjaan dan melimpahkan ke guru muda dengan alasan tidak bisa teknologi.
Maka bila sikap junior menerima berarti tidak ada masalah. Namun konsekuensi nya adalah pekerjaan menjadi bertambah (double job). Sementara pendapatan tidak bertambah.
Boleh jadi, hitung-hitung membantu senior dan mengumpulkan amal untuk akhirat dengan menolong orang lain.