Riset Terapan Vokasi yang berbasis demand driven bisa menjadi salah satu produk penelitian yang membumi. Walaupun memungkinkan untuk diterbitkan dalam bentuk naskah akademik di jurnal ilmiah namun aplikasinya dapat menjawab kebutuhan riil.
Riset terapan seyogyanya diarahkan pada aktivitas menemukan sesuatu yang baru atau bersifat meningkatkan produktivitas, efesiensi, kebaruan, dan daya saing dari dunia industri baik skala mikro kecil dan menengah (UMKM) maupun korporasi. Misalnya aspek produksi, pemasaran, teknologi, SDM, dan dunia kerja.
Ekosistem riset nasional barangkali sudah memerlukan penguatan menuju demand industry ataupun menghasilkan produk yang dapat di oleh user (pengguna). Ini tidak bermakna bahwa pengembangan keilmuan tidak penting. Tetapi saat ini kita lihat antara ilmuwan dan industri berjalan sendiri-sendiri.
Nah ekosistem itu harus bergerak ke arah sana. Ilmuwan dan industri serta masyarakat harus berinteraksi dan berkolaborasi untuk menghasilkan apa yang dibutuhkan melalui kegiatan penelitian.
Jika kita berkaca dari negara Jerman misalnya 80 persen pendidikan mereka adalah vokasi, begitu juga China, Jepang, dan Malaysia. Di negara-negara tersebut vokasi menjadi tulang punggung industri untuk menciptakan nilai. Ketergantungan industri terhadap vokasi tinggi.
Sehingga kita lihat Jerman sangat survive dalam persaingan teknologi dunia. Produk-produk manufaktur mereka selalu update dan sesuai dengan perkembangan teknologi dunia. Begitu pula Jepang meski gerak negara tersebut sedikit lebih lambat ketimbang China.
Jadi inilah kunci utama (key activities) riset terapan yang tidak boleh lagi ditunda untuk dilakukan. Pemerintah Indonesia perlu melakukan investasi di vokasi baik dengan menguatkan infrastruktur maupun SDM sebagimana visi Jokowi.
Bila kita berhasil menyambungkan antara suplai ilmu pengetahuan dengan demand ekonomi dan terbentuknya hubungan yang kuat antara ilmuwan dan pelaku serta masyarakat, maka akan menghasilkan satu semangat baru, kekuatan bersama, dan nilai tambah dalam rangka menuju Indonesia yang maju, mandiri, dan berdaya saing unggul. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H