Rasa takut luar biasa merasuki sanubari penduduk di kampung-kampung sebab kalau malam pasti terjadi kontak senjata antara GAM dan TNI.
Kalau sudah terlibat baku tembak biasanya eksesnya selalu diterima oleh masyarakat setempat, baik pembakaran rumah maupun seluruh masyarakat digeladah oleh aparat.
Sekilas rasa trauma konflik Aceh kembali timbul dalam benak warga manakala pemberlakuan jam malam untuk penanganan Covid-19 dilakukan.
Meskipun beda permasalahan namun yang namanya jam malam bagi masyarakat Aceh identik dengan patroli militer. Warga pasti terbayang bagaimana aparat melakukan patroli dan penyisiran dengan seragam lengkap menyusuri rumah-rumah penduduk.
Saya sendiri masih ingat waktu itu ketika patroli melewati rumah kami, saya mengintip dari balik kamar. Rasa takut dan kuatir, itulah yang saya rasakan. Takut terjadi kontak tembak.
Tetapi dalam konteks penanganan corona ada bagusnya juga Forkopimda menerapkan jam malam. Karena memang kalau malam masyarakat sulit dikendalikan untuk tidak berkurumun.
Sebagai ikhtiar semoga langkah ini efektif menurunkan kasus corona yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam. Selain itu hal yang tak boleh diabaikan adalah dengan terus berdoa memohon perlindungan dan bantuan Allah Swt. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H