Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Corona Telah Mengajarkan Kita Banyak Hal

28 Maret 2020   22:33 Diperbarui: 28 Maret 2020   22:37 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pola hidup sehat dengan berolah raga (pexels.com)

Bila berkenan, saya ingin mengucapkan terima kasih untuk Coronavirus atau Covid-19.

Lho kok begitu?

Senang atau tidak, sadar atau tidak sadar, ternyata kedatangan coronavirus ke Indonesia telah mengubah budaya masyarakatnya dalam waktu sangat cepat.

Karena itulah saya berterima kasih.

"Apa hubungannya?", kata sahabat saya mempertanyakan. Kebetulan kami lagi ketemu disaat itu. Maklum sudah hampir sepekan ini kami tidak bisa berkomunikasi face to face lewat darat seperti biasanya,  karena rumah kita sedang menerapkan lockdown.

Meskipun sedang lockdown, sebagai sesama orang Indonesia kami tetap aktif  berkomunikasi kendatipun via WhatSapp, kadang sesekali kami video call biar lebih seru dan berasa.

"Ya tentu saja ada hubungannya", jawab saya sebelum pertanyaan yang dilontarkan itu selesai diucapkan.

Lalu saya meneruskan...

Memang tidak ada seorang pun yang berharap virus macam-macam masuk ke negara kit.

Semua kita menginginkan hidup sehat, aman, dan nyaman.

Bahkan lebih dari itu, rakyat Indonesia ingin hidup sejahtera dan bahagia. Bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan leluasa. Bisa pergi beribadah dengan tenang tanpa rasa was-was.

Seorang kepala keluarga bisa keluar rumah pergi bekerja untuk menafkahi anak-anak dan istri mereka.

Lalu bisa bawa pulang rezeki yang halal ke rumah untuk dinikmati bersama keluarga kecil mereka. Itu saja kok, so simple!

Jika punya pendapatan lebih lalu bisa menabung untuk bekal masa depan, saat sudah pensiun atau untuk biaya menunaikan ibadah haji.

Saya rasa begitulah impian sederhana setiap orang Indonesia yang dikenal masyarakat petarung dan suka bekerja keras.

Tapi kini...
Impian itu seakan akan terkubur bersama corona. Covid-19 yang saat ini sangat ditakuti oleh setiap orang termasuk para medis.

Ditakuti karena bisa menular dengan sangat cepat melalui karier yang setiap saat kita membutuhkannya. Misal bersalaman, berpelukan, dan berdekatan dengan orang lain.

Ya sebagai makhluk sosial, manusia butuh bergaul, berinteraksi, dan saling terhubung satu dan lainnya. Benar bukan?

Itu pelajaran pertama, masyarakat Indonesia tidak siap menyambut "tamu" istimewa bernama Corona. Sehingga kedatangannya menjadi horor.

So, tak masalah biarkan saja kita tidak dapat bertemu secara fisik, toh selama ini kalau sering bertemu pun bicaranya asik ngejelekin pemerintah aja atau caci maki Habib Riziek.

Padahal sudah mereka paham kalau menggosip, fitnah, ghibah, dan semacamnya hukumnya dosa. Apalagi ngejelekin Jokowi dan ulama. Wah dosanya ganda tuh!

Nah, corona datang, perkumpulan pembawa gosip pun terpaksa bubar. Sebab kena aturan physical distancing.

Ini artinya corona telah mengajarkan kita untuk stop fitnah, berhenti bullying, dan jaga mulut masing-masing.

Itu pelajaran kedua.

Belum berhenti disitu. Corona juga membawa pesan moral. Kalian harus saling peduli dan saling menyayangi sesama bangsa Indonesia.

Pesan moral: saling mendukung untuk kebaikan bersama. Dengarkan apa kata pemimpinmu, patuhi dan laksanakan agar hidup jadi tertib.

Lihatlah,  bagaimana keras kepalanya warga Italia yang begitu mudahnya membelakangi himbauan pemimpin mereka. Lalu apa yang terjadi? Korban berjatuhan.

Padahal Italia adalah negara maju. Budaya mereka sebagai masyarakat modern tidak diragukan lagi. Namun lihatlah moralitas terutama kepatuhan pada imam (pemimpin) negara mereka sendiri. Ironi bro...

Lantas bagaimana dengan masyarakat Indonesia yang masih berbanding terbalik bila dihadapkan dengan Italia dan Prancis?

Na'uzubillah, bila kebodohan orang-orang Italia dan Prancis diikuti oleh rakyat Indonesia maka kisah kematian massal di negara itu akan terulang disini. Anda mau seperti itu?

Itu pelajaran ketiga.

Apakah sudah selesai? Belum, masih ada, dan masih banyak pelajaran yang dibawa oleh corona dan ia ingin kita belajar karenanya.

Apalagi?

Pelajaran disiplin. Konon kenapa Jepang dan Korea Selatan begitu mudah mengatasi penyebaran sang corona?

Jawaban dan rahasianya ternyata soal kedisplinan warganya yang tinggi.

Budaya itulah yang ingin kita tegakkan untuk menjamu corona agar cepat kembali ke asalnya. Masyarakat harus meningkat rasa disiplin selama kedatangan si corona.

Itu pelajaran keempat.
Berikutnya, soal kesehatan. Saya nak bagi tahu sampai peduli dan hidup sehat je ya.

Bukan lagi rahasia bila masyarakat Indonesia hidup dilingkungan kotor dan sanitasi buruk. Mohon maaf bukan bermaksud merendahkan. Itu faktanya.

Anda boleh chek bahkan tinja pun dibuang sembarang tempat. Jamban seluas bumi. Serius! Konon budaya bersih, sehat, dan selalu cuci tangan. Wah ribet kata mereka. Ujug-ujug suruh pakai masker.

Tapi memang tidak semua seperti itu. Ada sebagian warga yang lain sudah terbiasa dengan hidup bersih dan sehat. Ya bisa dibilang 40% lah, perkiraan saya aja tuh!

Maka saya bilang syukur dengan corona.

Sekarang masyarakat mulai sadar ternyata cuci tangan sangat penting. Menutup mulut saat tidak sehat harus dilakukan, saat batuk dan bersin harus ditutup. Sekarang! Ntah karena terpaksa, namun Corona telah membawa perubahan pada perilaku itu kearah positif.

Itu pelajaran kelima atau terakhir dari catatan ini.

Begitulah teman. Sesuatu pasti ada hikmahnya. Pesan positif dibalik Covid-19 adalah Indonesia harus seperti China, Jepang, Korea Selatan, mungkin juga Vietnam. Bukan seperti Iran, Italia, Prancis bahkan Amerika. Semoga ada manfaatnya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun