Hingga dapat dikatakan, kedua variabel kebijakan fiskal dan moneter telah dikombinasikan dengan selaras dan prudent. Intinya, secara domestik kebijakan ekonomi makro kita sudah sangat sehat dan tepat untuk mencapai pertumbuhan dan menjaga keseimbangan perekonomian.
Akan tetapi jangan lupa bahwa Indonesia adalah negara yang menganut sistim ekonomi terbuka. Artinya pengaruh dari luar juga ikut mempengaruhi perekonomian dalam negeri. Misalnya gangguan keamanan global atau perang dagang China dan AS. Dampaknya akan menurunkan ekspor Indonesia.
Maka dengan demikian, apa yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo sangatlah tepat. Bangsa Indonesia mesti bersyukur karena kita dapat timbuh ditengah perlambatan ekonomi global. Sedangkan negara lain mengalami goncangan.
Terlepas dari maksud politis atau politisasi narasi agama. Namun yang jelas bangsa Indonesia sepatutnya memang harus bersyukur dan tidak kufur nikmat. Sebab dengan bersyukur maka Allah akan menambah nikmat lebih banyak.
Secara literasi makna bersyukur adalah berlawanan dengan kufur. Bersyukur menggambarkan kepuasan dengan yang sedikit sekalipun. Sehingga akan muncul rasa terima kasih kita kepada Allah Swt sebagai pemilik nikmat itu sendiri.
Menurut para ulama kata syukur dapat diartikan sebagai bentuk sikap manusia terhadap pemberian Allah yang sedikit dan menampakkannya sebagai anugerah yang besar.
Sehingga siapa saja yang berusaha menutupi nikmat Allah maka mereka disebut sebagai orang yang kufur terhadap nikmat. Dengan kata lain, mereka menutupi nikmat. Bahkan menolak bila itu nikmat yang Allah berikan.
Singkat kata, syukur adalah menampakkan nikmat dan hakikat kekufuran adalah menyembunyikannya.
Menampakkan nikmat antara lain berarti menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya dan juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lidah. (Quraish Shihab).
Oleh karena itu barangkali maksud Presiden Jokowi agar tidak kufur nikmat adalah bangsa Indonesia agar mengakui dan menggunakan seluruh nikmat hanya sesuai dengan peruntukannya.
Itulah yang dimaksud dengan syukur nikmat (lawan kata kufur nikmat) dengan perbuatan yaitu dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya. (*)