Inilah yang dikritik oleh para pegiat kemanusiaan. Rezim dianggap tidak berpihak kepada rakyat miskin. Konon pula program rumah dhuafa juga dicoret. Setali tiga uang, maka kesimpulan para aktivis sudah sampai pada dugaan ada keuntungan secara ekonomi atas proyek pengadaan pesawat canggih produksi PT DI tersebut.
Bahkan Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) secara vulgar mengkritik Pemerintah Aceh dengan mengarak satu unit 'pesawat' dan mobil' ke Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Kamis (12/11/2019).
Pesawat yang diberi nama 'Dhuafa Airline' dan mobil bermerek 'PO-Dhuafa' yang terbuat dari styrofoam dan dicat dengan warna kuning sebagai simbol penentangan lembaga YARA atas kebijakan Nova Iriansyah tersebut.
Kita tentu ingin agar melihat Aceh benar-benar hebat sesuai dengan jargon yang dibangun. Slogan Aceh Carong dan sebagainya. Itu hal positif. Tetapi untuk pembelian pesawat kali ini benar-benar proyek yang tidak carong. Itu program Publoe Lumo Bloe Engkong Namanya. Ntah lima atau sepuluh tahun mendatang. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H