Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bongkar Pasang Kebijakan Pendidikan Indonesia

12 Desember 2019   14:12 Diperbarui: 12 Desember 2019   14:13 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gap seperti ini telah menciptakan kualitas pendidikan yang timpang sehingga kemampuan siswa menjadi compang camping. Meskipun tidak bisa juga kemampuan tersebut dibuat sama persis. Tetapi paling tidak kebijaksanaan pemerintah mesti lebih adil dan sepenuh hati dalam membangun sumber daya manusia Indonesia.

Upaya trial and error seperti terindikasi didalam setiap kebijakan para menteri. Pastinya setiap pejabat baru lalu diikuti dengan konsep baru pula. Namun konsep baru itu terkesan hanya kemasan saja sedangkan isinya tidak jelas atau belum matang. Sementara ia sudah membuang konsep lama pejabat sebelumnya tanpa melakukan evaluasi secara menyeluruh dan mendalam.

Akibatnya muncul kebingungan dan terjadi kejutan yang luar biasa ditingkat bawah terutama pemerintah daerah dan guru. Maka tidak heran jika kemudian guru pun mulai apriori terhadap berbagai macam program Kemendikbud mengenai pendidikan. Katanya sering berubah-ubah dan belum lagi yang satu selesai sudah ada yang baru. Dan itu tidak dapat dijalankan dengan instan.

Sejatinya pemerintah  menjelaskan kepada publik bagaimana arah jangka menengah dan jangka panjang rencana pendidikan nasional. Lalu kemudian diikuti dengan program pendidikan yang relevan dengan RPJM bidang masing-masing. Artinya teknis pelaksanaan boleh berubah-ubah tetapi arah pendidikan mesti mengarah kepada output dan outcome yang sudah ditetapkan secara nasional.

Jika saya melihat apa yang diprogramkan oleh Nadiem Makarim lebih kepada soal teknis. Beliau coba lebih banyak memperbaiki sistem teknisnya. Sedangkan inti dari pendidikan itu adalah bagaimana menjadikan anak-anak Indonesia menjadi manusia yang paripurna. Sumber daya insani.

Tetapi beliau masih memiliki banyak waktu. Masih ada kesempatan untuk merancang sebuah perangkat pembelajaran yang dapat mengakomodir lahirnya SDM Indonesia yang berdaya saing global sesuai kebutuhan zaman.

Satu hal pesan saya sebelum mengakhiri tulisan ini yaitu jangan biarkan anak-anak Indonesia kehilangan keyakinan kepada Allah Swt. Apapun visi pembangunan SDM, agama dan berkeyakinan kepada Tuhan adalah kodratnya manusia. Maka jangan coba-coba pisahkan manusia dengan Rabb nya.

Justru sebaliknya. Tingkatkan kesadaran mereka untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui kegiatan belajar dan menuntut ilmu. Wallahu'alam. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun