Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Memangnya Kenapa Jika Tidak Hargai Jasa Pahlawan?

10 November 2019   13:20 Diperbarui: 10 November 2019   18:34 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi dan Wapres Ma'ruf Amin melihat foto keenam Pahlawan Nasional Baru di Istana Negara, Jakarta (foto biro setpres)

Zaman merebut kemerdekaan, Anwar mengalami berbagai hal tak menyakitkan. Kaki tertembus peluru, tertangkap, dibui, mengalami penyiksaan oleh penjajah, dan sebagainya. Namun itu tentunya tak membuat dia gentar. Hingga akhirnya sang saka merah-putih berkibar. Begitu luar biasa kegigihan Anwar demi bangsa dan negara ini.

Namun kegigihan Anwar bahkan siap mengorbankan nyawa nya bagi anak cucu generasi penerus pengisi kemerdekaan tidak sebanding dengan nasibnya yang terlunta-lunta. Hingga terpaksa mengemis demi menyambungkan hidup dirinya sendiri. Lantas pertanyaan kita, di mana negara? Mengapa tidak menghargai jasa Anwar?

Anwar yang hidup sebatang kara. Dia menumpang di sebuah rumah warga di Kota Padang. Setelah semua pekerjaan dia lalui bahkan sempat terjerumus ke lembah hitam, pada akhirnya Anwar menyerah pada nasib dan menjadi pengemis. Sangat menyedihkan bukan?

Ini baru satu contoh kasus. Masih banyak lagi lainnya yang tidak terekspos.

Jika negara saja begitu buruk memperlakukan sang para mantan pejuang. Lalu bagaimana rakyat kebanyakan akan menghargai jasa para pahlawan? Bila pahlawan nasional saja negara masih pilih-pilih padahal seluruh para pejuang adalah pahlawan dan mereka tersebar di seluruh Tanah Air bahkan ada yang tidak terjangkau oleh tangan pemerintah.

Sikap Pemerintah (negara) tersebut bukan hanya tidak bijak secara etik termasuk tidak memberikan contoh yang baik bagi masyarakat, tapi juga telah melanggar undang-undang yang mewajibkan pemerintah untuk menjamin kesejahteraan umum seluruh rakyat, bangsa, dan negara. Apalagi terhadap para pahlawan kita.

Fenomena ini dapat berdampak tidak baik bagi rasa nasionalisme dan patriotisme generasi pengisi kemerdekaan sekarang dan ke depan. Generasi muda tidak lagi ingin menjadikan dirinya sebagai sosok pejuang bagi bangsa dan negara karena mereka melihat tidak ada penghargaan sama sekali dari negara baik untuk dirinya dan keluarga.

Justru sebaliknya, pemuda zaman kini lebih senang memilih berkarya untuk negara lain yang lebih menghargai mereka. Jika sudah begini maka pertahanan nasional sedikit banyak akan mendapatkan pengaruh negatif dan melemah.

Oleh sebab itu secepatnya pemerintah menginventarisasi para pejuang dari berbagai pelosok daerah dan mengangkat mereka sebagai pahlawan lalu memperhatikan kesejahteraan keluarganya.

So, bila tidak, maka jangan salahkan bila diantara banyak anak-anak milenial yang lebih mengidolakan bintang mancanegara dibanding pahlawan bangsa. Bahkan bisa saja tak sungkan mengatakan, "memangnya kenapa bila tidak hargai jasa pahlawan?" (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun