Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Cara Praktis Mengelola Keuangan Pribadi

18 Juni 2019   22:18 Diperbarui: 23 Juni 2019   19:02 1533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak tokoh yang menjadi inspirasi hidup karena pengalaman hidupnya yang mengajarkan kita tentang makna hidup. Sebut saja Merry Riana, Billy Boen, Yoris Sebastian, adalah tokoh muda Indonesia yang berhasil dalam pekerjaan mereka.

Di usia muda, mereka sudah memperoleh penghasilan yang jumlahnya tidak sedikit. Rahasianya yaitu kerja keras, ketekunan, pantang menyerah, dan terus belajar.

Tentu di sekitar kita masih banyak sosok yang menjadi panutan karena keberhasilan mereka dalam hidup mereka. Ada pembersih kantor yang menjadi pegawai kantor, supir yang menjadi pengusaha, dan lain sebagainya.

Selain kerja keras, rahasia lainnya agar menjadi sukses adalah keterampilan dalam mengelola keuangan. Kerja keras tanpa diimbangi dengan keterampilan mengelola keuangan dengan baik adalah mustahil.

Kerja keras akan sia-sia jika tidak diimbangi dengan kemampuan mengelola keuangan. Lantas mengapa kita harus mengelola keuangan? Bagaimana caranya?

Pada dasarnya semua manusia membutuhkan uang untuk digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup mereka. Namun pada umumnya manusia membelanjakan uangnya untuk sesuatu yang diinginkannya. Oleh karena itu kita perlu belajar membedakan keinginan dan  kebutuhan, serta memprioritas uang kita untuk sesuatu yang merupakan kebutuhan kita.

Seorang bijak pernah berkata, dalam diri manusia terdapat naluri untuk mengingini lebih, lebih, dan lebih lagi. Kita cenderung ingin membelanjakan lebih dari yang kita perlukan. 

Saat kita mengutamakan keinginan, maka kita menjadi cenderung boros. Sementara kalau kita membeli kebutuhan saja, maka kita akan menjadi hemat, dan tepat sasaran.

Untuk mengatasi keinginan yang banyak kita perlu memperbesar rasa syukur dan mencukupkan diri agar dapat meredam keinginan dan lebih mengutamakan kebutuhan. Itulah kuncinya.

Jadi kebutuhan itu ada batasnya, artinya jika sudah terpenuhi kebutuhan tersebut maka akan berhenti. Sedangkan keinginan itu lebih tidak terbatas karena selalu muncul dan menggoda.

Kita perlu terus mensyukuri apa yang dimiliki dan mencukupkan diri dengan apa yang dimiliki. Ini adalah kunci utama untuk meredam keinginan untuk terus memiliki sesuatu di luar kebutuhan.

Sumber penghasilan
Ada pepatah yang berkata, "jika seseorang tidak bekerja, janganlah ia diberi makan." Yang menjadi pertanyaan, pekerjaan seperti apa yang seharusnya dilakukan? Kita harus menyadari alasan mengapa kita harus bekerja dan pekerjaan apa yang sebaiknya dilakukan.

Dengan demikian kita dapat bekerja dengan baik dan menikmati pekerjaan dan hasilnya dengan baik pula. Penghasilan yang halal meski hasilnya tidak besar akan lebih mensejahterakan dibandingkan dengan pekerjaan yang tidak halal namun penghasilannya besar. Karena itu kita patut memperhatikan sumber penghasilan dengan seksama demi kebaikan.

Ada sebuah kisah inspiratif yang terjadi sekitar tahun 2005, seorang pria asal Indonesia bernama Rudi Suparto terbang ke AS demi mencari uang lebih. Namun ternyata, mantan sales manager ini tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik selain menjadi tukang cuci piring di sebuah restoran.

Awal kehidupannya di AS terbilang tidak mudah bagi pria kelahiran Surabaya ini. Ia sebenarnya tidak bisa berbahasa Inggris. Alhasil, hanya tukang cuci piringlah yang bisa dijadikannya sebagai jalan untuk penghidupannya.  Sebelumnya, ia tidak pernah memegang sampah dan kotoran makanan.

Namun ia pantang menyerah justru ia menjadikan keadaan dan pengalamannya sebagai tukang cuci tersebut sebagai bahan pelajaran hingga ia mengetahui cara memasak dan seluk beluk restoran.

Ketekunan dan kegigihannya selama beberapa tahun tersebut akhirnya menghasilkan sebuah restoran cepat saji miliknya sendiri. Restoran ini terletak kawasan paling ramai di AS.

Pencapaian Rudi ini membuktikan bahwa kerja keras di bidang apapun bila ditekuni dengan niat baik, maka dapat membuahkan kesuksesan yang manis.

Rencanakan anggaran sesuai kondisi keuangan
"Kerja keraslah pada masa mudamu, maka pada masa tuanmu akan tenang. Tetapi jika kamu tenang-tenang saja pada masa mudamu, maka pada masa tuamu akan berjerih lelah". Nasehat seorang motivator.

Prinsip ini berlaku pada hal keuangan. Jika kita sejak muda sudah terbiasa untuk merencanakan keuangan dengan baik, maka pada masa tua nantinya, kita tidak akan kewalahan. Kita perlu membiasakan diri membuat perencanaan anggaran pribadi dengan kondisi keuangan kita. Jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang.

Efisien dalam mengelola
Mendapatkan uang hasil jerih payah adalah saat yang paling dinanti oleh orang yang bekerja, khususnya mereka yang baru mulai bekerja. Setelah bekerja keras, saatnya menikmati hasil.

Namun, jika tidak dikelola dengan baik, uang hasil kerja keras tersebut dapat terbuang begitu saja (sia-sia). Kita perlu mempelajari dampak dan resiko dari pengelolaan keuangan, agar kita bijak dalam mengelola uang kita.

Keuangan yang dikelola dengan bijak maka uang kita dapat digunakan dengan tepat sasaran dalam arti seluruh kebutuhan pokok terpenuhi dan kita bisa menyiapkan dana untuk sesuatu yang memang dibutuhkan.

Dengan kita bijak mengelola uang kita, maka akan terjadi efisiensi sehingga kita dapat menikmati secara optimal hasil kerja keras dengan tepat dan menikmati hidup dengan baik.

Tiga kunci penting
Pertama: realistislah dalam mengelola keuangan. Tidak memasang target pengelolaan keuangan yang terlalu ketat sampai mengorbankan pos pengeluaran yang penting dan berdampak pada diri sendiri. Atau terlalu longgar hingga kita mudah mengingkari rencana keuangan yang telah kita susun.

Kedua: hiduplah sederhana. Misalnya membawa bekal ke tempat kerja, berjalan kaki ke tempat kerja, hindarilah penggunaan kartu kredit, dan lain-lain.

Ketiga: disiplin dalam menggunakan uang, jika mempunyai hutang maka harus secepatnya dibayar sesuai dengan janji. Hal ini mengurangi resiko hutang bertumpuk.

Pengendalian keuangan
Dalam bukunya, Robert T. Kiyosaki mengatakan bahwa sebagian besar dari kita hidup berdasarkan gaji. Pola keuangan sangat sederhana, yaitu terima gaji setiap bulan dan lalu melakukan pengeluaran. Hal ini terus berulang-ulang dan berlangsung sepanjang hidup. Bagai Tikus yang terjebak di roda yang berputar-putar.

Lantas bagaimana agar lolos dari jebakan tersebut? Syaratnya adalah kita memiliki pendapatan pasif yang lebih besar dari pendapatan aktif. Lolos dari jebakan itu tidak berarti kita langsung kaya, namun kita memiliki kebebasan keuangan.

Oleh sebab itu kita perlu melakukan evaluasi dan menata ulang cara pengelolaan keuangan yang baik.

Evaluasi terhadap pengelolaan perlu dilakukan agar kita mengerti sejauh mana tujuan keuangan yang sudah disusun pada perencanaan keuangan, berjalan sesuai dengan target.

Melakukan evaluasi terhadap pengelolaan keuangan adalah langkah awal yang diperlukan. Selanjutnya, kita perlu memikirkan perbaikan yang diperlukan jika terjadi perubahan pada kondisi-kondisi eksternal dan internal agar dapat mengelola keuangan dengan baik. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun