Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Idul Fitri sebagai Cerminan Manusia Terlahir Kembali

7 Juni 2019   17:38 Diperbarui: 7 Juni 2019   17:47 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ribuan umat muslim menunaikan shalat Id di depan Gereja GMIT Kalvari Kota Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur, Rabu (5/6/2019)/FOTO: Kompas.com/Nansianus Taris

Akibatnya pemaknaan demokrasi pada tingkat bawah (grass root) justru menimbulkan masalah baru dalam hubungan sosial. Masyarakat menganggap berbeda pilihan merupakan lawan politik yang harus dijegal dan dihadang. Padahal demokrasi dan pemilu hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Apa tujuannya? Yaitu menghadirkan keadilan, kemakmuran, dan kesejehateraan bangsa.

Sehingga dalam praktik berdemokrasi timbul gesekan-gesekan yang tidak perlu. Antar kelompok masyarakat pendukung saling "bermusuhan", antar warga sudah saling menjauh satu sama lain bahkan tidak ada lagi hubungan hangat diantara mereka. Fenomena ini juga terjadi dalam sebuah keluarga yang terlanjur beda pilihan politik.

Maka momentum hari raya idul fitri atau lebaran marilah kita rajut kembali jaring-jaring kasih sayang yang terkoyak. Kita mulai lagi dari awal untuk menata hubungan sosial kita sebagaimana diajarkan oleh Rasullullah Sallahu 'alaihi wasallam. Lupakan segala perdebatan dan perbedaan pilihan politik yang pernah ada. Lagi pula masa pileg dan pilpres sudah berlalu.

Kita harus memaknai Idul fitri ini benar-benar menjadi hari kemenangan bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Ciri dari orang-orang bertaqwa tentu saja mereka yang baik hubungannya dengan Allah Subhanahu Wata'aala (hablumminallah) dan harmonis pula hubungan mereka dengan sesama manusia (hablumminannas).

Hari raya Idul Fitri merupakan momentum untuk menyempurnakan hubungan vertikal dengan Allah (hablum minallah) dan secara horizontal membangun hubungan sosial yang baik (hablum minnannas). Sehingga terbentuklah sebuah hubungan yang seimbang baik ke atas maupun ke samping.

Sehingga hadirnya lebaran harus dapat meningkatkan ketaatan kita kepada Allah dan RasulNya. Ibnu Rajab pernah berkata, "(kebahagiaan) Ied, bukanlah untuk siapa saja yang memakai baju baru. Tapi (kebahagiaan) ied itu diperuntukkan bagi siapa saja yang bertambah ketaatannya."

Dan sebaliknya merugilah bagi kita sekiranya di bulan yang mulia ini kita tidak memperoleh apapun kebaikan. Bahkan kita semakin menyombongkan diri dari perintah Allah dan Rasullullah Sallahu 'alaihi wasallam.

Maka sekarang marilah kita segera menuju pada pengampunan Allah. Perbedaan pilihan politik tidak seharusnya membawa kita pada perpecahan sebagai umat Islam dan masyarakat Indonesia. Sebab jika itu tidak dapat kita kendalikan, maka musuh kitalah yang yang akan mengambil keuntungan, siapa musuh kita? Itulah iblis laknatullah.

Semoga dengan Idul fitri kali ini kita semua benar-benar dapat kembali kepada fitrah kita sebagai hamba Allah yang dilahirkan tanpa dosa. Amin ya Rabbal'alamin. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun