Makna 'dilemparkan' adalah sebuah penghinaan dari Allah kepada manusia. Ketika seorang manusia yang justru tidak lagi tersisa sedikitpun pahalanya karena harus diberikan kepada orang lain yang ia dhalimi semasa hidup di dunia, maka ia akan 'dilemparkan' dengan dosa-dosa orang telah ia sakiti tersebut sebagai balasannya.
Kehidupan diakhirat tidak ada lagi kata maaf, yang ada hanyalah transaksional atau ganti rugi, ganti rugi bukan dengan harta benda maupun uang tetapi dengan pahala atau dosa.
Sehingga itulah makna orang-orang yang bangkrut atau merugi kata rasulullah. Artinya mereka orang yang banyak amal dan pahalanya namun banyak juga mereka melakukan dosa, baik dosa yang dilakukan dengan mata, tangan, lisan, dan perbuatan lainnya.
Oleh karena itu ketika nanti pada hari kiamat ia disidang di mahkamah Allah justru ia banyak membayar pahalanya kepada orang lain akibat kesalahan dirinya sendiri semasa hidup di dunia.
Dengan demikian hadis tersebut diatas telah mengubah cara pandang para sahabat tentang kerugian yang sebenarnya bukanlah persoalan harta, melainkan amal ibadah. Amal ibadah tak bernilai apa-apa, kecuali diikuti dengan amal sosial.
Pahala menggunung tak ada artinya tanpa diikuti dengan akhlak yang baik. Baiknya pemahaman agama seseorang dibuktikan dengan baiknya akhlak dan perilaku.
Rasulullah Saw pernah bersabda, "Kebanyakan yang menjadikan manusia masuk surga adalah takwa kepada Allah Swt dan akhlak yang mulia." (HR Ahmad).
Oleh karena itu hadirnya bulan ramadhan adalah untuk mendidik kita, Allah ingin mendidik manusia agar ia menjadi lebih bijak dalam menjaga amalannya. Tidak menyakiti hati dan perasaan saudara-saudaranya dengan cara apapun.
Dengan membina hubungan baik dengan sesama manusia, Insya Allah seluruh amalan yang menjadi hasil yang bisa kita petik sendiri.
Dan sesungguhnya dalam rangka itulah Rasulullah Saw diutus yakni untuk memperbaiki akhlak manusia. Memberikan contoh tauladan sehingga kita dapat menjaga orang lain dari bahaya lisan kita.