Jika ibadah haji hampir 80 persen perbuatan pelaksanaan rukunnya dilakukan dalam bentuk tindakan fisik misalnya sa'i, wukuf, lempar jumrah, dan lainnya.
Sedangkan pada ibadah puasa juga ritual ibadah yang dilakukan lebih banyak secara fisik seperti tidak makan dan minum, shalat terawih di malam hari, tidak boleh berhubungan suami-isteri, menahan diri dari perbuatan-perbuatan bathil, dan lain sebagainya.
Jadi ummat muslim yang ingin agar puasanya dapat berjalan lancar dan sempurna, maka langkah pertama yang harus ia siapkan adalah memiliki tubuh yang sehat. Sehingga dengan fisik yang sehat akan melahirkan kekuatan fisik dan daya tahan tubuh yang optimal.
Oleh sebab itu pula sehingga ibadah puasa tidak diwajibkan bagi mereka yang sedang sakit, ibu hamil, anak-anak yang belum baligh, orang gila, dan orang yang sedang dalam perjalanan jauh (musafir). Alasannya adalah karena soal kesehatan fisik termasuk juga jiwa.
Walaupun secara fisik orang yang berpuasa itu dikira lemah ternyata secara jiwa justru kuat. Hal ini pernah dibuktikan ketika pada zaman Rasullullah Saw pernah terjadi peperangan, yang jumlah kekuatan personil sangat tidak berimbang, dan waktu itu sedang ummat Islam sedang berpuasa.
Apabila dilihat dari sudut pandang kekuatan fisik niscaya ummat Islam waktu itu pasti kalah karena secara fisik lemah. Namun apa yang terjadi? Peperangan tersebut dimenangkan oleh kaum muslimin. Jadi rahasia kekuatan fisik ternyata terletak pada kekuatan jiwa.
Jika secara kejiwaan lemah maka akan membuat fisiknya juga melemah, sebaliknya apabila secara kejiwaannya kuat maka meskipun tubuhnya tidak diberi makan dan minum namun ia memiliki kekuatan.
Kekuatan jiwa orang-orang berpuasa adalah terletak pada panggilan keimanan mereka, semakin kuat dan teguh imannnya, semakin kuat ia mampu menjalani ibadah puasa walaupun dengan waktu yang lama dan dengan cuaca yang cukup panas.
Begitu pula kebalikannya walaupun mereka berada diruang ber-AC dan sahur dengan makanan yang sangat lezat, namun apabila bukan karena panggilan iman maka kondisi jiwanya lemah. Inilah yang membuat ia tidak mampu bersabar untuk menahan diri dari godaan membatalkan puasanya.
Jadi antara puasa, kekuatan fisik, dan kesabaran memiliki keterkaitan yang sangat erat. Kekuatan fisik dilahirkan dari panggilan iman sebagai kekuatan utama kejiwaan, bila ditambah lagi dengan kesabaran tinggi maka melahirkan ibadah puasa yang sempurna.
Model puasa yang demikian itulah yang suskes mencetak orang-orang yang bertakwa. Mereka-mereka itulah alumni ramadan yang memiliki rasa sabar yang tidak pernah ada batasnya. Alumni ramadan yang tidak gampang emosi dan marah-marah tanpa sebab. (*)