"DPT bermasalah ternyata menjadi kenyataan. Para pemilih hantu muncul. Sebagai contoh, seorang ibu bernama Tri Susanti dari Surabaya, mendapati ada lima pemilih hantu menggunakan alamat rumahnya dan lima pemilih hantu tersebut ada dalam DPT." Â kata Juru Bicara Tim IT BPN Prabowo-Sandi, Agus Muhammad Maksum.
Belum lagi sikap KPU yang sangat pro kepada salah satu capres. Jika diperhatikan beberapa hari ini, laman KPU terlihat cenderung mempertahankan keunggulan Jokowi-Ma'ruf di kisaran 54 persen. Padahal, banyak sekali data bagi KPU untuk menginput data yang menunjukkan Prabowo-Sandi menang di banyak TPS.
Dan jika dicermati lagi memang inilah pemilu pertama kali sejak reformasi yang paling kacau, paling rumit, paling kompleks, dan paling tinggi kecurangannya. Saat pemilu 2014 lalu meskipun ada juga masalah tetapi tidak seperti sekarang ini. Jadi ini perlu evaluasi.
Bahkan kita masih ingat bagaimana SBY menyiapkan masa transisi dengan baik bagi pergantian presiden yang baru. Waktu itu Jokowi diterima dengan baik oleh SBY di istana. Bila kita bandingkan, maka sebetulnya kita telah mengalami kemunduran dalam berdemokrasi.
Pun demikian kita patut berterima kasih kepada pejuang pemilu dan pahlawan demokrasi kita yang banyak gugur dalam menjalankan tugas. Dan tidak sedikit pula yang jatuh sakit karena bekerja tanpa henti sejak penyeleggaraan pemilu berlangsung. Justru yang harus dikutuk adalah mereka yang melakukan kecurangan dalam pemilu baik secara individu maupun institusi. Karena merekalah para pengkhianat bangsa. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H