Sadad pun memberi contoh, kampanye Jokowi di Solo beberapa waktu lalu tak mampu mendulang banyaknya antusiasme masyarakat. Namun sebaliknya, kampanye Prabowo di kota yang sama justru mendapat sambutan yang baik dari masyarakat.
Jadi kalau di Solo saja yang merupakan basis suara Jokowi tahun 2014 karena ia berasal dari kota tersebut tidak bisa mengamankan suaranya bagaimana dengan kota lain yang justru keinginan untuk berubah dari rezim saat lebih tinggi? Tentu sangat mustahil dan tidak masuk akal. Bahkan mengklaim sampai 70 persen suara secara nasional.
Dan sebaliknya justru dukungan untuk Prabowo-Sandi terus berdatangan. Bahkan Ketua BPP Jatim mengatakan banyak masyarakat yang tak hanya mendukung, namun ikut berpartisipasi menyumbang dana kampanye. Hal ini pun sempat membuat Prabowo terenyuh.
Namun "perang" opini dan persepsi yang dibangun oleh kedua kubu untuk meraih suara rakyat. Hal yang pasti adalah kedaulatan ada ditangan rakyat. Artinya tepat pukul 13:00 wib 17 April 2019 salah satu dari paslon tersebut akan diberikan mandat oleh rakyat melalui bilik-bilik suara dan tenda-tenda TPS. Dan rakyat pasti tahu paslon mana yang terbaik untuk dipilih. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H