Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Politik Uang Kian Masif Sebelum Fajar Terbit

3 April 2019   12:35 Diperbarui: 3 April 2019   12:54 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu pula Fahri Hamzah wakil ketua DPR RI mengatakan kalau politik uang dan korupsi politik di negeri ini sudah sangat mengkuatirkan. Politic Financing yang demikian besar harus ditanggung oleh partai politik membuat pemilu berbiaya mahal. Semua ongkos politik harus dikeluarkan oleh partai politik dan para peserta pileg.

Sehingga dia mengharapkan agar kedepan untuk menghindari pemilu yang diwarnai dengan bagi-bagi amplop dengan tujuan membeli suara rakyat dapat dieleminir dengan membenahi partai politik dan negara membiayai ongkos politik partai, misalnya 10 ribu rupiah per suara bagi partai politik yang lolos di parlemen.

Lebih lanjut ia berpendapat sehingga OTT oleh KPK yang baru saja terjadi pada salah seorang caleg dari Partai Golkar dari Dapil Jawa Tengah 1 tidak perlu terjadi. Bayangkan dengan hampir 400 ribu lebih amplop berisi pecahan uang 20-50 ribu siap edar disita oleh KPK di sebuah tempat di kawasan Jakarta Selatan.

Menurut Febri Diansyah juru bicara KPK, sejauh ini amplop uang tersebut diduga akan dibagikan oleh Bowo Sidik kepada warga. Pembagian itu demi kepentingan pencalonan Bowo sebagai calon anggota DPR di Pemilu 2019.

Informasi KPK dikatakan pihaknya menemukan 400.000 amplop berisi pecahan Rp 20.000 dan Rp 50.000 dalam 82 kardus dan 2 kotak wadah plastik. Nilainya diperkirakan mencapai Rp 8 miliar. Ini tidak main-main, temuan ini tergolong luar biasa vulgarnya praktik politik uang di era Jokowi-Jk. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun