Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Sekawanan Kambing dari Sekelompok Kambing Hitam

3 Maret 2019   19:44 Diperbarui: 3 Maret 2019   19:54 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Inilah salah satu keajaiban hidup: jika Anda menolak segala sesuatu yang berada di bawah level puncak, Anda pasti sampai di puncak kesuksesan." (Somerset Maugham).

Ketika sekawanan Kambing berlari, mereka menuju ke suatu tempat tanpa berpikir. Bahkan, mereka tidak menyadari ketika berlari ke tempat kematian. Dan, yang mengherankan, gaya ini digunakan oleh manusia yang selalu oleh manusia yang selalu mengumandangkan jargon, "mati bersama adalah rahmat!"

Betapa sering kita mendengarkan keluhan manusia. Ada seorang pegawai yang bekerja di bidang yang tidak ia sukai. Ketika kita tanyakan, mengapa ia bekerja dibidang itu? Ia menjawab bahwa ketika masuk kuliah, ia didaftarkan dalam jurusan yang sama dengan teman-temannya.

Padahal, ia tidak suka jurusan tersebut. Ia mengambil jurusan itu tanpa perencanaan, tanpa tujuan serta tanpa pertimbangan akan kemampuan dan kecenderungannya!

Cara seperti itu tidak hanya terjadi di bangku kuliah atau di dunia kerja, tapi juga terjadi dalam kehidupan. Ketika sebuah keputusan harus dikerjakan oleh sekelompok orang, sebagian dari mereka menjalankan keputusan ini tanpa kebebasan dan pertimbangan.

Yang lebih aneh lagi, gaya seperti ini dianggap sebagai gaya keikhlasan dan kesetiaan, tanpa mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan. Mereka hanya menuruti garis batas yang telah ditetapkan. Akibatnya mereka salah dalam mengorbankan dirinya.

Dalam konteks pilpres mestinya kita tidak identik dengan sekawanan kambing yang senang berlari mengejar gerombolan. Kita perlu belajar pada sang kancil dalam menilai situasi. Memiliki akal yang cerdas seperti kancil dan mempunyai ketajaman seperti naluri kambing menjadikan kita kuat dalam kombinasi.

Memang sudah jalannya jika sekelompok orang selalu memberikan pilihan pada setiap alternatif yang mereka tetapkan, tanpa diminta pun perilaku itu akan muncul dengan sendirinya. Alasan kuat memberikan pilihan tertentu karena dorongan ingin berubah atau tidak ingin berubah (status quo). Hanya akan ada dua konsekuensi logis pada pilpres kali ini.

Anda dan kita semua tidak perlu heran dan merasa keberatan dengan apa yang disajikan para elit hari ini. Hidangan perdebatan ala Arab baduy yang kurang pengetahuan atau perdebatan cara Barat yang tidak memliki nilai-nilai nusantara akan selalu dihidangkan setiap saat diruang tamu rumah kita.

Anda tidak akan bisa lari kemana-mana, karena Anda sudah terkepung dan diserbu oleh ketidakwarasan penggembala yang menginginkan kita menjadi sekawanan Kambing gembalaannya. Hampir tidak ada ruang kosong dan relung hampa dimana Anda dan kita semua dapat beristirahat dengan damai sehabis bekerja seharian dan terhindar dari "teror" capres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun