Sentilan capres 01 pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin membuat Rusia bersuara. Kalimat yang menjurus tudingan membikin Kedubes Rusia merasa perlu meluruskan ucapan Jokowi.
Dalam "tuduhannya" itu, Jokowi mengatakan persoalan terkait banyaknya hoax dan fitnah itu karena adanya upaya adu domba ala asing. Dia menyebut hal itu dilakukan oleh tim sukses, yang menurut Jokowi menyiapkan propaganda ala Rusia. Meskipun Jokowi tidak menunjuk secara jelas siapa tim suskes yang dia maksud.
Bagaikan membangunkan Singa tidur, Jokowi telah membuat pihak Rusia berang dengan tuduhan tak berdasar tersebut. Bahkan pernyataan Jokowi itu dapat digolongkan pada bentuk hate speech atau penyebaran kebencian terhadap Rusia.
Sebagai seorang Presiden atau capres petahana, mengeluarkan sebuah statement bukanlah tanpa dasar. Pasti pihak intelijen istana sudah menyuplai informasi valid. Artinya Jokowi memiliki sejumlah bukti atas tuduhannya.
Tidak mungkin pula Jokowi menyebar informasi hoaks atau kebohongan. Namun sejauh mana "propaganda Rusia" berperan dalam pilpres Indonesia, hanya Jokowi dan intelijen istana yang tahu.
Akan tetapi Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Verobieva menyatakan tak terima dengan penggunaan istilah "Propaganda Rusia" yang disebut calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi.
Menurut Lyudmila istilah "propaganda Rusia" direkayasa pada tahun 2016 di Amerika Serikat saat pilpres berlangsung. Ia menegaskan tudugan tersebut tidak berdasarkan pada realitas.
Lebih jauh pihak Rusia mengatakan mereka sama sekali tidak melibatkan diri dan campur tangan soal pilpres Indonesia karena hal itu urusan negara lain, dan melanggar aturan di Rusia. Jadi Rusia jangan diseret-seret dalam pusaran pilpres Indonesia.
Apalagi Indonesia merupakan negara sahabat bagi Rusia. Posisi Indonesia sangat penting dalam hubungan bilateral dan multilateral. Sehingga kepentingan Rusia justru bagaimana menjaga sistim demokrasi Indonesia dapat berjalan baik.
Namun Jokowi menyiratkan bahwa apa yang ia katakan bukanlah mengada-ngada. Hal itu dapat terbaca pada pernyataan yang ia ucapkan dalam sindiran bagi kubu Prabowo-Sandi.
"Cara-cara politik seperti ini harus diakhiri, menyampaikan semburan dusta, semburan fitnah, semburan hoaks, teori propaganda Rusia yang kalau nanti tidak benar, lalu minta maaf. Akan tetapi, besoknya keluar lagi pernyataan seperti itu, lalu minta maaf lagi," kata Jokowi di Kantor Redaksi Jawa Pos, Graha Pena, Surabaya, Sabtu, 2 Februari 2019.
Nah sekarang siapa yang harus dipercaya? Jokowi atau Kedubes Rusia? Ntahlah... (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H