Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sekuntum Mawar untuk Ratu Tisha Destria

31 Januari 2019   09:51 Diperbarui: 31 Januari 2019   14:42 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jagad sepak bola nasional tengah dalam sorotan publik. Ramai warga net dan kelompok masyarakat Indonesia pencinta olah raga ini memperbincangkan kekisruhan persepakbolaan nasional. Bahkan diskusi tentang organisasi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) selalu diwarnai dengan kontroversi.

Apalagi akhir-akhir ini PSSI dikabarkan tersandung skandal pengaturan skor pada liga 1 yang membuat publik "naik darah" dan menuding pengurus PSSI terlibat dalam jaringan mafia sepak bola. Hingga membuat Ketua Umum PSSI yang juga Gubernur Sumut mengundurkan diri dari PSSI.

Tekanan masyarakat pencinta sepak bola terhadap PSSI dirasa wajar sebagai bentuk kontrol publik. Sebab PSSI merupakan wadah tertinggi organisasi dunia sepak bola Indonesia yang dibiayai oleh anggaran negara. Sehingga keterlibatan masyarakat dalam mengawasi PSSI sudah tepat.

Yang justru tidak boleh dilakukan oleh publik adalah menuduh tanpa dasar dan bukti yang valid kepada pengurus yang sudah bekerja keras memajukan sepak bola nasional. 

Karena bila itu yang dilakukan, maka niat untuk "membersihkan" PSSI dari cengkraman mafia semakin sulit mendapatkan dukungan luas masyarakat juga, apalagi bila terindikasi adanya kepentingan politik tertentu.

Upaya pembersihan dugaan skandal pengaturan skor yang dikendalikan oleh beberapa oknum pengurus PSSI kini mulai bergulir ke ranah hukum. Kepolisian sudah menetapkan orang-orang yang dicurigai atau mengetahui perbuatan melawan hukum ini sebagai saksi dan dimintai keterangan. Sejumlah nama pun mulai dipanggil dan diperiksa secara lebih mendalam dala proses penyelidikan.

Bahkan Tim Satgas Antimafia Bola menggeledah kantor PSSI di gedung fX Office Tower Sudirman, Jakarta Pusat, kemarin (Rabu, 30/2/2019). "Penggeledahan dilakukan untuk mencari barang bukti terkait kasus mafia bola." Kata Ketua Tim Media Satgas Antimafia Bola Kombes Argo Yuwono.

Penggeladahan yang dilakukan oleh kepolisian tergolong mendadak dan tertutup. Penggeladahan dilakukan di dua lokasi yang menjadi tempat PSSI berkantor. Selain di fX Sudirman, penggeledahan juga dilakukan di kantor lama PSSI di Jalan Kemang Timur V, Kemang, Jakarta Selatan.

Dalam penggeladahan tersebut disaksikan oleh sejumlah anggota staf PSSI. Bahkan Sekjen PSSI, Ratu Tisha juga berada dilokasi dan ikut mendampingi Polisi dan menyaksikan tim kepolisian bekerja.

Menurut juru bicara Satgas Antimafia Bola, Syahar Diantono, dalam penggeledahan ini kepolisian telah mendapatkan seratusan dokumen di dua tempat tersebut dan semuanya berkaitan dengan penyelenggaraan Liga 3 2018.

So, memang begitulah yang terjadi pada dunia sepak bola kita saat ini. Berbagai persoalan kerab menghantam. Pengelolaan olah raga yang berorientasi pada prestasi dan kepentingan bisnis sebagai sebuah industri sepak bola telah menjebak sejumlah pengurus PSSI dan klub pada praktik buruk dan melanggar sportivitas.

Namun itu hanyalah nila setitik. Yang diyakini tidak akan merusak "sebelanga" persepakbolaan nasional. Kita tidak boleh berhenti untuk mendorong dan selalu memberikan dukungan bagi prestasi sepak bola Indonesia. Masih banyak klub-klub sepak bola kita yang dipimpin oleh orang-orang yang memiliki integritas dan moralitas yang baik.

Bahkan saya percaya pada sosok Sekjen PSSI yang saya kagumi, ia memiliki kemampuan yang luar biasa untuk membawa PSSI semakin bersih dan profesional. Ratu Tisha mempunyai daya tarik dan kelihatan cerdas sebagai posisi orang penting di organisasi itu.

Dalam konteks dimana PSSI sedang mendapatkan masalah dan tekanan publik yang demikian besar, Ratu Tisha mampu mengelola masalah tersebut dengan baik, tenang, dan mengakomodir keinginan berbagai pihak. Menurut saya ini sebuah kecerdasan (smart thinking) seorang Ratu Tisha.

Dara cantik berusia muda yang memiliki nama lengkap Ratu Tisha Destria menggemari sepak bola sejak ia masih duduk dibangku SMA. Bahkan bukan hanya sekedar hobi, Ratu Tisha memiliki sekolah sepak bola dan ia sendiri sebagai salah seorang manajernya. Pengalaman menjadi manajer klub juga pernah ia miliki saat masih kuliah di ITB, saat itu Tisha ditunjuk menjadi manajer klub PS ITB.

Ratu Tisha ternyata tidak hanya memiliki pasar cantik. Ia juga ternyata memiliki segudang prestasi dalam jagad sepak bola dan pendidikan sepak bola. Ratu Tisha merupakan lulusan FIFA Master tahun 2013. Di FIFA Master, Ia berhasil mendapat gelar Master of Art dan meraih peringkat tujuh.

Tidak tanggung-tanggung Ratu Tisha juga rupanya menguasai lima bahasa asing sekaligus, Bahasa Inggris, Jepang, bahasa Belanda, dan Italia. Dari sisi kapasitas personal, Ratu Tisha memiliki banyak kelebihan yang dapat ia berikan bagi kemajuan sepak bola Indonesia, apalagi ia tergolong bersih dan tidak pernah terlibat korupsi ataupun kejahatan lainnya.

Sebaliknya Ratu Tisha sangat kooperatif dan mendukung semua pihak untuk menjadikan PSSI bersih dan maju. Sehingga klub-klub yang tergabung di bawah bendara PSSI dapat menjadi klub-klub sepak bola profesional yang mampu bersaing di tingkat regional maupun internasional.

Untuk mendapatkan klub-klub yang berkualitas, maka mereka harus terbebas dari praktik-praktik curang dan korupsi. Tidak boleh dalam sepak bola profesional adanya persekongkolan jahat seperti pengaturan skor dan suap menyuap.

Untuk persoalan ini, Sekjen PSSI Ratu Tisha siap mendukung tim satgas mafia dalam memberikan setiap data dan informasi yang diperlukan bahkan bersedia mencarinya jika masih ada data atau informasi yang kurang. Komitmen tersebut ia jelaskan ke media ketika usai kedatangan tim satgas mafia ke Kantor PSSI kemarin.

Jika sudah demikian, maka tidak ada alasan bagi saya untuk tidak mendukung Ratu Tisha. Saya doakan semoga dirimu selalu sehat dan memiliki ketegaran melewati fase berat dalam perjuangan ini. Kami yakin dan percaya Ratu Tisha pasti bisa. Karena engkau bagaikan sekutum mawar yang selalu menebar keindahan dalam seni sepak bola Indonesia.

Untuk mu kuberikan sekutum mawar merah sebagai penyemangat. Caiyooo Ratu Tisha Destria. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun