Meskipun gaya yang diusung atau berkonsep klasik, desain tokonya layak menjadi spot foto. Tujuan dibuatkan spot foto sebagai salah satu daya tarik agar calon pelanggan betah dan senang saat berkunjung. Dan yang lebih penting secara marketing sangat efektif karena pelanggan akan share foto kepada teman-teman mereka tanpa perlu kita bayar.
Kini dengan bisnis pomade yang digelutinya, Andri sudah dapat menikmati keuntungan yang cukup lumayan. Meskipun tidak besar, tetapi dengan profit yang ada, ia mengaku telah mampu membeli kenderaan bermotor kesukaannya tanpa perlu meminta uang dari orang tuannya.
Saat ditanya berapa omset bisnis pomade-nya itu, Andri dengan sedikit malu-malu mengatakannya secara diplomatis, "adalah bang, cukup-cukup buat makan dan bayar uang kuliah," begitu katanya.
Karena penasaran, dan terus didesak akhirnya dia pun buka suara.Â
"Secara total omset per bulan berkisar 3-5 juta rupiah dengan pelanggan yang datang rata-rata 30 orang per hari. Adapun harga yang ditawarkan sangat bervariasi tergantung ukuran dan merek, dari 25 ribu rupiah hingga 150 ribu rupiah per pcs. Dari omset tersebut saya memperoleh keuntungan sebesar  25-30 persen. Itu sudah bersih," lanjut Andri.
Bisnis pomade tergolong jenis peluang usaha baru. Karena tren memakai minyak rambut jenis pomade relatif baru berkembang saat ini sebagai bagian dari gaya hidup. Biasanya anak muda menata gaya rambutnya dengan menggunakan pomade. Jadi ini bisa dibilang sebagai style baru anak muda zaman now.
Ya begitulah cerita inspirasi, datangnya dari seorang anak muda kreatif yang berani mengambil resiko pada pilihan masa depannya. Dengan berbisnis sejak dini, maka mental berwirausaha akan terlatih sejak muda.
Semoga langkah yang dilakukan Andri dapat ditiru dan diikuti oleh anak-anak muda Indonesia lainnya. Kuliah memang penting, namun berani mandiri sejak muda jauh lebih penting.Â
Karena pendidikan yang sebenarnya adalah upaya memberdayakan potensi manusia agar ia bisa hidup mandiri dan memberi manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Apalagi negara kita saat ini sedang menghadapi dilema pengangguran yang meningkat. Ditambah lagi dengan tambahan lulusan Perguruan Tinggi (PT) setiap tahunnya yang mencapai ratusan ribu sarjana dan umumnya tidak memiliki keterampilan serta keahlian. Sehingga tidak siap menghadapi realita hidup yang sebenarnya diluar kampus.
Akibatnya lulusan PT berlomba-lomba ingin menjadi pegawai negeri sipil (PNS), sebagai jalan pintas. Karena mereka tidak memiliki mental yang cukup berani untuk menjadi wirausaha atau membuka lapangan kerja sendiri.Â