Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Indonesia Barokah dan Obor Rakyat, Biarkan Saja Karena Itu Barokah bagi Kecerdasan Rakyat

27 Januari 2019   07:07 Diperbarui: 27 Januari 2019   10:42 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabloid Indonesia Barokah vs Obor Rakyat. Sama-sama beredar jelang Pilpres, dikirim ke pesanteren dan DKM masjid. - Kolase Tribun Jabar (Kompas)

Dugaan Fahri Hamzah meskipun bernada politis namun dapat dipertimbangkan sebagai bahan pemikiran rakyat. Dan justru perspektif-perspektif seperti itulah yang menghidupkan demokrasi. Jadi menurut saya biarkan saja tabloid Indonesia Barokah Beredar di masyarakat. Dengan begitu pemikiran-pemikiran rakyat akan berkembang dan kritis.

Kekuatiran yang berlebihan dari elit terhadap kapasitas masyarakat, menandakan bahwa mereka (elit) masih menganggap rakyat Indonesia bodoh. Padahal faktanya tidaklah demikian. Rakyat justru mampu menilai mana yang faktual dan mana hoaks. Ibarat pasar, ada demand dan ada suplai. Jika memang tabloid ini menarik bagi masyarakat, maka akan diterima. Begitu juga sebaliknya. Maka percayakan saja pada mekanisme pasar.

Malah yang harus diwaspadai adalah bukan soal isi tabloidnya tetapi kelemahan pemerintah dan pihak terkait dalam penegakan aturan dan hukum. Tabloid yang jelas-kelas melanggar hukum kok bisa bebas beredar tanpa upaya apapun dari pihak kepolisian? Mestinya tanpa menunggu laporan siapapun, polisi sudah dapat bekerja untuk menyelidiki media yang tidak jelas kepemilikannya tersebut.

Kalau masalah konten saya rasa tabloid Indonesia Barokah, Obor Rakyat, sepanjang tidak terlalu brutal, dibiarkan saja. Biarkan masyarakat terbiasa dengan penggunaan kapasitas berpikir kritis. Proteksi yang berlebihan dari pemerintah justru membuat cara pandang masyarakat terhadap sebuah fenomena jadi salah. Artinya apa yang ditulis dalam kedua tabloid tersebut biarkan saja rakyat sendiri yang menilai.

Apabila kontennya berisi kebohongan-kebohongan, tanpa diminta oleh siapapun, masyarakat akan membakar tabloid-tabloid tersebut. Sehingga proses seleksi yang benar dan salah akan berjalan secara alamiah dan dalam kesadaran berpikir yang lebih rasional.

Terakhir mari kita jadikan kedua tabloid yang pernah terbit tersebut dalam masa pemilu sebagai barokah bagi rakyat Indonesia. Kenapa? Karena dengan adanya media yang seperti itu mendidik masyarakat jadi lebih kritis dan mengetahui mana yang asli dan mana yang palsu, salah dan benar, hoaks dan fakta.

Justru yang "baper" adalah para politisi yang sok bersih dan merasa dia paling benar. Seolah-olah tidak memiliki dosa dan kekurangan. Sikap elit yang terlalu menjaga citra diri palsu itulah yang bikin mereka tidak nyaman dengan pemberitaan-pemberitaan yang ada. Sehingga sibuk sana-sini membela diri, khutbah untuk membersihkan diri. Padahal sesungguhnya memang kotor.

Sedangkan rakyat damai-damai saja. Tidak merisaukan apa kata orang-orang. Bahkan para elit sudah sering pula membohongi rakyatnya. Maka mereka (rakyat) memiliki penilaian sendiri terhadap berbagai informasi yang beredar tentang apapun dan ditujukan kesiapapun. So elit tenang saja.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun