Dunia pendidikan identik dengan sekolah. Mulai dari level pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), untuk sebutan SMA pernah berubah menjadi sekolah menengah umum. Namun kini kembali lagi kesebutan semula yaitu SMA.
Di lingkungan sekolah agama juga terdapat jenjang pendidikan dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi, seperti Madrasah Ibtidaiyah sebagai sekolah dasar dan Universitas Islam sebagai pendidikan tinggi.
Di luar itu terdapat pula pendidikan pra sekolah semisal PAUD (pendidikan anak usia dini) dan Taman Kanak-kanak atau disingkat dengan TK. Meskipun tidak dimasukkan dalam golongan sekolah, namun pendidikan level tersebut dirasa sangat penting karena masa-masa itulah seorang anak mulai mengenal kecerdasan sosial, dan berhubungan dengan alam sekitar.
![Dokumentasi Politeknik Kutaraja](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/20/img-20190120-114441642-5c4401d0c112fe16af35333b.jpg?t=o&v=770)
![Siswa-siswi beramah tamah dengan dosen Politeknik Kutaraja disela-sela sosialisasi pendidikan tinggi vokasi di sekolah SMAN 11 Banda Aceh (dok: Politeknik Kutaraja)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/20/img-20190120-114454331-5c4401b16ddcae063a70bc43.jpg?t=o&v=770)
Pendidikan luar sekolah adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan sistem khusus. Perencanaan pendidikan luar sekolah dirancang sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan peserta didiknya. PLS sangat fleksibel dalam penerepan kurikulum, sistem belajar, dan metode pembelajaran yang diterapkan.
Meskipun demikian, baik PLS maupun sekolah formal lainnya memiliki tujuan yang sama dalam penyelenggaraan pendidikan yaitu bagaimana menciptakan dan melahirkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang andal, berkualitas, beriman dan bertaqwa.
![Sebanyak 300 siswa serius mengikuti sesi sosialisasi pendidikan tinggi vokasi (dok: Politeknik Kutaraja)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/20/img-20190120-114244979-5c43ffca12ae944f336054f2.jpg?t=o&v=770)
Agar sistim proses yang berstandar mutu bagus berjalan dengan baik, sekolah perlu memastikan seluruh variabel yang dibutuhkan dalam rangka melakukan proses itu tersedia secara cukup, berkulitas, dan berkelanjutan. Di antara variabel tersebut yaitu kurikulum, guru, infrastruktur pendukung, metode, dan dukungan stakeholder.
Jika semua variabel itu tersedia dan saling terhubung menjadi sebuah sistem mutu yang berjalan sebagai sebuah standar proses, besar kemungkinan hasil (outcome) yang diinginkan akan mudah tercapai. Sebaliknya jika standar proses yang dilakukan tidak didukung oleh berbagai varibel diatas, maka hasilnya pun akan mengecewakan.
Hal inilah yang menjadi pokok pikiran Kepala Sekolah SMAN 11 Banda Aceh yang beralamat di Jalan Paya Umet, Gampong Blang Cut Kecamatan Lueng Bata Banda Aceh. Â Aceh, Ibu Nuriati, M. Pd, yang memiliki visi untuk melahirkan lulusan-lulusan yang berkualitas, cerdas, beriman dan bertaqwa.
![Kepala SMAN 11 Banda Aceh saat membuka acara sosialisasi dan sekaligus menyampaikan kata-kata sambutan dihadapan siswa. (dok: Politeknik Kutaraja)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/20/img-20190120-115411179-5c44009cc112fe1ad50d0802.jpg?t=o&v=770)
Oleh karena itu setiap unit kerja dalam lingkungan sekolah tersebut serius menyelenggarakan setiap tahapan proses standar mutu pendidikan yang telah direncanakan. Selain melakukan berbagai latihan atau tes dan try out di internal sekolah, kepala sekolah bersama komite juga mengundang pihak eksternal ke sekolah untuk memberikan pembekalan bagi siswa-siswi.
Kegiatan internal yang secara rutin dilakukan oleh pihak sekolah antara lain, memberikan pelajaran tambahan diluar jam belajar reguler, program bimbingan belajar, program pendampingan belajar, dan pengembangan ekstra kurikuler. Seluruh kegiatan tersebut telah disusun secara sistematis dan terstruktur, baik jadwal, proses, dan parameter keberhasilannya.
Sedangkan program yang berhubungan kerja sama dengan eksternal antara lain, program motivasi, sosialisasi, dan penguatan karakter siswa. Dan beberapa partner yang sudah melakukan kegiatannya di SMAN 11 Banda Aceh yaitu Politeknik Kutaraja.
Bersama Politeknik Kutaraja, kegiatan sosialisasi pendidikan tinggi telah berhasil dilaksanakan. Dengan menghadirkan beberapa dosen dari kampus berbasis vokasi tersebut, acara pengenalan kampus sebagai pilihan untuk melanjutkan pendidikan tinggi bagi siswa-siswi SMAN 11 yang akan lulus tahun ini berjalan dengan baik.
Keseriusan siswa mengikuti seluruh program yang ada sangat tinggi. Terbukti ketika Politeknik Kutaraja menawarkan kegiatan tes bakat dan minat kepada siswa-siswi yang duduk di kelas XII mereka semua sangat antusias. Dari hampir 300 siswa-siswi yang ada semuanya ikut mengambil formulir dan ikut tes bakat dan minat.
![Dokumentasi Politeknik Kutaraja](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/20/img-20190120-114425241-5c4400a612ae9404ff4c167c.jpg?t=o&v=770)
![Siswa-siswi SMAN 11 Banda Aceh antusias bertanya tentang tes bakat dan minat dari Politeknik Kutaraja dan mengisi formulir. (dok: Politeknik Kutaraja)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/20/img-20190120-114351299-5c4401016ddcae7e8314b8f2.jpg?t=o&v=770)
Kenyataan inilah yang mendorong Politeknik Kutaraja untuk menjadikan tes bakat dan minat sebagai salah satu program pengabdian masyarakat. Melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini, perguruan tinggi menghadirkan sesuatu yang berguna bagi siswa-siswi.
Manfaat yang mungkin diperoleh adalah para siswa-siswi dapat mengetahui apa bakat yang mereka miliki, lalu mereka dapat menyesuaikannya dengan minat serta kemampuan. Dengan demikian hasil ini dapat menunjang mereka dalam mecapai kesuksesan di masa depan. Dan yang lebih penting adalah mereka tidak salah memilih jurusan saat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI