Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Ibu Harus Terlibat Korupsi?

22 Desember 2018   15:04 Diperbarui: 22 Desember 2018   15:05 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun nyatanya teori tersebut terbantahkan dengan fakta yang kita saksikan sendiri di Indonesia. Sejak tahun 2006 politisi perempuan banyak yang diseret ke meja pengadilan karena kasus suap menyuap dan korupsi. Bahkan kasus teranyar penangkapan beberapa Bupati/Walikota (perempuan) dalam OTT KPK RI. Termasuk yang sedang berlanjut perkaranya saat ini yakni kasus E-KTP yang melibatkan mantan anggota Dewan terhormat dari partai politik.

Analisis ini tentu tidak berkorelasi langsung antara jender perempuan dengan korupsi. Artinya tidak secara otomatis bahwa perempuan dan korupsi memiliki kausalitas yang saling memengaruhi. Atau korupsi itu tidak identik dengan jenis kelamin tertentu. Sebab korupsi terjadi karena beberapa faktor yang lain yang justru lebih dominan

Namun yang menjadi pertanyaan adalah mengapa perempuan perlu terlibat korupsi? Karena jika kita lihat dari tesis sebelumnya bahwa perempuan termasuk memiliki sifat paling jujur dibanding laki-laki. Dan terbukti pada riset Muhammad Yunus yang kemudian mendirikan Grameen Bank (GB) di India yang mengkhususkan diri pada isu-isu perempuan.

Dalam praktik Grameen Bank, Muhammad Yunus menemukan bahwa perempuan memang paling jujur dan sangat bertanggung jawab dalam mengembalikan pinjaman modal usaha yang berikan GB, sehingga NPL-nya nihil. Padahal mereka tergolong komunitas miskin. Dengan temuan ini rasanya sulit dipercaya jika perempuan Indonesia sangat berani dan tidak malu-malu lagi dalam melakukan korupsi. Ini sangat ironi.

Atas dasar itu perlu kiranya kita mengembalikan harkat dan martabat perempuan (ibu) Indonesia pada posisi semula, dimana mereka diciptakan sebagai makhluk mulia dan dimuliakan. Jangan sampai korupsi mengotori tangan-tangan lembut mereka, menggantikan kasih sayang mereka dengan kemarahan dan kebencian.Tetaplah perempuan-perempuan Indonesia sebagai pilar negara yang selalu siap berkorban untuk negeri ini.

Selamat Hari Ibu Sedunia. Happy Mother's Day Arround The World. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun