Secara demografi, penduduk Singkawang yang bergama Islam sekitar 53 persen, Budha 30 persen, Katholik 8 persen, dan Protestan 5 persen, selebihnya menganut agama dan kepercayaan lainnya.
Singkawang memiliki jumlah penduduk 215,30 jiwa pada tahun 2017, dengan tingkat pengangguran mencapai 8,08 persen dengan tren terus meningkat sejak 2014-2016. Mayoritas keturunan Tionghoa, Dayak dan Melayu.Â
Banyaknya populasi Tionghoa yang memeluk agama Budha dan Khonghucu membuat banyaknya bangunan Vihara dan Kelenteng yang dibangun di Kota Singkawang.
Kunci tertinggi indeks toleran kota yang sering diistilahkan "Hongkong" Indonesia tersebut adalah masyarakat Singkawang sangat unik dan plural sekali dan tidak ada yang dominan di Singkawang.Â
Di kota ini Anda boleh melakukan apa saja, bebas asalkan tidak melanggar ketertiban umum. Bahkan sebagai kota unik, "amoy" Singkawang pun bisa menjadi pelopor toleransi. Jadi ucapan selamat untuk Kota Singkawang.
Lain kota toleran, lain pula capres intoleran. Meskipun belum ada lembaga yang berani mengeluarkan hasil survei, manakah diantara dua pasangan capres 2019 yang paling tidak toleran. Sebenarnya penting untuk diketahui publik.
Konon jika sudah disebut hasil survei biasanya publik langsung percaya pada kesimpulan itu tanpa tedeng aleng-aleng.
Sebagaimana metode survei pada umumnya yang berlaku pada riset ilmiah, tentu survei capres intoleran juga menggunakan indikator-indikator atau paramater.
Mungkin yang sudah pernah dilakukan oleh LSI yang menemukan aksi 212 sebagai pemicu Intoleran. Bisa dikaitkan dengan capres, apakah toleran atau tidak. Itu bisa menjadi indikator.
Atau bahkan Islam selalu dilekatkan dengan intoleran. Artinya jika ada capres yang didukung oleh ummat Islam bisa ada kemungkinan ia tergolong capres yang tidak toleran. Namun harus ada angka indeksnya agar terlihat sebagai hasil karya ilmiah.
Lalu berikutnya buat juga survei dengan topik politik toleran dan politik intoleran. Misalnya diskriminasi hukum dan ketidakadilan, atau mengarahkan pendukungnya untuk menghadang capres lain agar tidak bisa kempanye, persekusi, kriminalisasi, dan variabel lain yang dapat dijadikan tolok ukur.
Nah kemudian hasilnya dibeberkan kepada publik agar masyarakat menjadi sadar akan pilihannnya. Dan hal ini juga bisa menjadi pemicu bagi capres untuk menjadi lebih toleran dalam praktik politik yang mereka jalankan.(*)