Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Apa dengan Masjid, Mengapa Menjadi Tertuduh?

29 November 2018   09:50 Diperbarui: 29 November 2018   10:17 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Baiturrahim Ulee Lheu Banda Aceh saat tsunami Aceh 2004/foto: Nurchaliq

Begitu pula halnya hasil riset (yang belum tentu ilmiah) P3M yang mengatakan ada 41 masjid terpapar radikalisme (cap negatif) dari 100 masjid yang menjadi objek riset mereka. Jika hasilnya itu benar, tentu signifikan sekali, karena hampir 50 persen. Terus terang riset ini masih debatable dan masih perlu diuji publik.

Jika tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka sudah sepatutnya P3M ini dievaluasi dan dibina kembali agar tidak menjadi organisasi yang justru semakin membuat gaduh negeri ini. Mestinya juga BIN tidak langsung merilis kembali secara terbuka ke publik, idealnya melakukan kajian sendiri juga dengan memiliki parameter radikalisme yang ilmiah.

Namun begitu riset P3M ada sisi positifnya, paling tidak jika itu masjid pemerintah, maka pihak-pihak terkait bisa langsung melakukan evaluasi bersama. Masa masjid pemerintah bisa terpapar radikalisme (cap negatif)? 

Padahal masjid pemerintah lebih tertib dan memiliki standar yang jelas, baik isi khutbah, dan penceramahnya. Bahkan khutbah pun harus memiliki teks atau naskah tertulis yang sebelumnya sudah diberikan lebih dulu ke pengurus masjid.

Tetapi apapun, kita harus menyikapi semua hasil riset tersebut secara positif. Seperti kata Presiden Joko Widodo, jangan politisasikan agama, ulama tidak boleh berpolitik praktis. Maka sebagai rakyat kita pun perlu menghindari melakukan politisasi masjid dan cegah ulama untuk berpolitik praktis.

Salam***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun